Kamis, 13 Juni 2013

NASIBKU BERJODOH DENGAN PRIA BERISTRI?

Teman-teman banyak yang bilang sebenarnya wajahku cukup cantik. Bahkan sejak masih sekolah sampai kuliah banyak cowok yang naksir aku, tetapi semua aku biarkan belalu. Sebenarnya ada juga sih yang aku suka, tetapi entahlah, aku selalu enggan untuk membuka hatiku.
Aku begitu nyaman menjomblo selama kuliah, dan kebetulan teman-teman dekatku juga para jomblowati paling solid di kampusku. Setelah KKN dan kuliah hampir selesai satu persatu teman dekatku mulai menemukan calon pendamping hidup. Ada juga temanku yang karena orang tuanya tak setuju masih belum menikah yang hingga beberapa tahun setelah lulus kuliah, padahal dia sudah mantap dengan cowok idamannya.
Hanya aku yang praktis sama sekali belum laku. Hingga beberapa tahun aku menjadi saksi pernikahan teman-temanku, tetapi sepertinya tak ada yang akan datang untuk menyaksikan pernikahanku. Apalagi sejak mereka berkeluarga dan aku mencari kerja di daerahku. 
Satu-satunya yang perhatian padaku justeru bosku sendiri. Sebenarnya tampang lelaki itu tidak menarik di mataku. Apalagi usianya sudah setengah baya dan sudah beristri. Kekayaan saja yang menjadi satu-satunya daya tarik lelaki itu.
Setelah sekian lama menemaninya mengurus bisnis aku mantapkan diri menjadi istri mudanya. Apalagi dia beralasan tidak punya anak dengan istri pertamanya. Aku tak peduli dengan sikap teman-temanku yang memandang aneh dengan pilihanku. Aku tak persoalkan meski cuma menjadi istri siri baginya, karena aku berharap bisa memberinya anak dan hidup berkecukupan. 
Rupanya pikiranku salah, sebab lelaki itu pada dasarnya memang mandul, sehingga tak dapat memberiku keturunan setelah menikah beberapa tahun. Bahkan sejak pamit pulang ke istri pertamanya di Nusa Tenggara dia tak pernah lagi kembali padaku. Kabar yang kuterima dia meninggal dunia, tapi entahlah. Aku sama sekali tak dapat berbuat apa-apa. Apalagi beberapa saat kemudian usahanya di daerahku ditutup, dan aku kembali menganggur.
Beberapa lama aku hanya lontang-lantung mencari pekerjaan untuk menghidupi diriku sendiri, karena tak satupun keluargaku peduli. Atas bantuan temanku, akhirnya aku mendapat pekerjaan di dekat kampusku dulu. Di tempat inilah aku mencoba menikmati hidupku, mungkin sampai akhir hayat nanti.   
Aku hanya berharap kembali menemukan lelaki yang baik untukku, tapi satu-satunya yang serius denganku hanya sopir perusahaan tempatku bekerja. Dia bukan lagi bujangan, dan usianya jauh lebih tua dari suamiku terdahulu. Anehnya, aku terima saja lamaran lelaki itu, dan bersamanyalah kini aku menjalani hidupku.
Semua temanku kembali memandangku aneh, tetapi aku tetap saja jalani. Mungkin memang inilah suratan hidupku, menikah dengan pria beristri, dan jauh lebih tua dariku.