Senin, 03 Juni 2013

4 TANDA PASANGAN BAHAGIA

Setiap pasangan pasti berharap menjadi pasangan bahagia. Meski demikian, tidak semua pasangan dapat menggambarkan secara jelas seperti apa bentuk kebahagiaan itu. Definisi pasangan bahagia tentu berbeda-beda bagi setiap orang. Apalagi kebahagiaan bersifat batiniyah dan hanya pasangan itu sendiri yang tahu dan merasakannya. 
Meski demikian, ada beberapa tanda umum yang dapat digunakan untuk menilai menilai apakah Anda termasuk pasangan bahagia atau tidak. Di antara tanda tersebut adalah:
1.  Ketenangan Batin
Hal pertama dan paling mendasar yang menjadi tanda bahwa sebuah pasangan termasuk bahagia atau tidak adalah tercapai tidaknya ketenangan batin. Tujuan pertama-tama pernikahan adalah memperoleh ketenangan (litaskunuu ilaiha). Ketenangan berarti:
  • Terbebas dari beban yang menekan perasaan.
  • Terbebasnya jiwa dari gejolak batin 
Seseorang dapat menikmati ketenangan apabila kebutuhan sebagai pasangan terpenuhi, baik yang bersifat materi (lahiriyah) maupun kejiwaan (batiniyah).
Sebagian pemikir (filosof) meyakini bahwa kebahagiaan berarti nihilitas atau kondisi nol
Kebahagiaan sesungguhnya adalah kebebasan jiwa. Jiwa bahagia adalah jiwa yang tidak terbebani, jiwa yang bebas dari segala bentuk keterikatan pada kebutuhan dan keinginan. Mereka yang didera kebutuhan atau keinginan tidak akan bahagia sebelum kebutuhan atau keinginan tersebut terpenuhi. 
Padahal faktanya, tidak semua kebutuhan atau keinginan dapat dipenuhi sesuai harapan. Bagi masyarakat awal seperti kita, cara semacam itu akan mengantarkan kita pada kehampaan. 
Manusia pada umumnya lebih menyukai cara mencapai kebahagiaan yang kedua, yakni memenuhi  kebutuhan atau keinginan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya.  Cara ini akan mengantarkan pada kebahagian dalam bentuk kesenangan dan kepuasan. 
Tercapainya kesenangan dan kepuasan akan mengantarkan pada ketenangan, meski seringkali ketenangan tersebut bersifat sementara, sebab setelah satu kebutuhan atau keinginan tercapai, biasanya muncul kebutuhan atau keinginan yang lain lagi. 
2.  Ada tidaknya masalah yang membebani
Kebahagiaan juga identik dengan kebebasan dari segala bentuk tekanan baik yang datang dari pasangan maupun dari pihak luar. Adanya masalah yang membebani salah satu atau kedua belah pihak menunjukkan bahwa pasangan tersebut tidak bahagia.
Masalah merupakan satu bentuk kebutuhan yang harus dipenuhi dengan cara mengatasinya. Teratasinya suatu masalah akan membebaskan pasangan dari tekanan yang mengganggu kebahagiaan.  
3.  Kesenangan yang dapat diraih
Kesenangan yang dimaksud dalam hal ini adalah kebahagiaan tingkat lanjut, setelah memperoleh ketenangan. Selain berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi, setiap pasangan pasti mempunyai keinginan-keinginan yang hendak diwujudkan. Tercapainya keinginan sebuah pasangan sudah barang tentu akan menambah kebahagiaan yang dapat mereka raih.
Pasangan yang tidak memperoleh ketenangan mungkin saja dapat bersenang-senang, tetapi kesenangan yang dapat diperoleh hanyalah pelarian dari ketidakbahagiaan. Pada gilirannya, ketidakbahagiaan akan kembali mewarnai kehidupan pasangan setelah kesenangan yang dilakukan berakhir.     
4.  Kesempatan mengekspresikan diri  
Pasangan bahagian ditandai pula dengan kebebasan mengekspresikan diri, baik secara individual maupun bersama pasangan. Mereka menikmati hidup sesuai cara yang mereka sepakati. Mereka memiliki cara menikmati hidup mereka sendiri yang dapat mereka ekspresikan tanpa tekanan.
Kebahagiaan pasangan berselera liberal menikmati hidupnya bilamana mereka dapat menjalani hidup sesuai selera mereka. Pasangan berselera kolot menikmati hidup mereka bilamana mereka dapat menikmati hidup sesuai cara yang mereka pandang paling baik.