Sabtu, 27 Oktober 2012

NIKMATILAH TUBUH ISTRIKU, MAS ZAENAL 5

"Makan dulu" Ajak Tutik. Tanpa menjawab Zaenal langsung duduk di sisi Tutik. Dengan cekatan, wanita itupun mengambilkan nasi untuk Zaenal. "Segini cukup?" Tanya wanita itu. Zaenal hanya mengangguk dan mengambil lauk pauk sendiri.
"Badanku lemes banget nih, Tut. Rasanya ngantuk banget lagi" Celetuk Zaenal memecah suasana.  
"Makanya tidur sini aja" Sahut Tutik.
"Nggak enak sama Tutik, soalnya anakku agak panas badannya" Sahut Zaenal lagi.
"Memang kamu bisa bawa mobil?" Tanya Tutik.
"Ya, nanti istirahat kalau ngantuk" Kilah Zaenal.
"Nal..." Ucap Tutik lirih sembari memegangi tangan lelaki itu.
"Aku ingin kamu temeni" Lanjut Tutik merengek manja. Sejenak Zaenal hanya diam lalu menghela nafas.
"Aku pengennya juga gitu, Tut. Masalahnya, entar Tutik curiga lagi. Trus kalau suami kamu pulang kan nggak enak?" Kilah Zaenal.
"Aku bilang suamiku biar nggak pulang dulu kan bisa?" Rengek Tutik lagi 
"Tutik, Aku juga pengen banget bersamamu, bukan hanya malam ini, tapi selamanya" Ucap Zaenal lirih sembari memandang lembut ke wajah Tutik, hingga membuat wanita itu begitu terbuai suasana. 
"Aku ingin memilki kamu selamanya, bukan hanya hari ini" Lanjutnya.
"Aku bener-bener nggak bisa hidup tanpamu. Aku merasa kamu juga begitu. Hati kita benar-benar satu dan tak mungkin dipisahkan oleh apapun" Lanjutnya serius.
Tutik tertegun mendengarnya, dan hanya bisa diam memandangi wajah lembut mantan pacarnya itu. Sejenak wanita itu menghela nafas seakan hendak bicara, tapi tak tahu apa yang harus dia katakan.
"Bahkan terus terang, aku ingin menikahi kamu" Lanjut Zaenal serius. 
Kata-kata Zaenal terakhir itu menghentak perasaan Tutik begitu rupa. Wanita itu tak menyangka Zaenal berharap sejauh itu. Padahal sebelumnya mereka sepakat untuk memadu cinta sekedar melepaskan beban kerinduan yang selama ini terpendam tanpa harus mengakhiri rumah tangga masing-masing.
"Tut... Tutik" Zaenal membangunkan Tutik dari lamunannya,
"Oh... Iya, Nal" Sahut Tutik gelagapan.
"Kenapa? Kamu nggak mau?" Tanya Zaenal meyakinkan, yang membuat Tutik tak tahu harus berkata apa. 
"Emm.... Lalu istrimu bagaimana?" Tanya Tutik.
"Suamimu bilang, kalau kamu mau aku boleh memadu kamu" Jelas lelaki itu.
"Memaduk? Ih, enggak ah" Sergah Tutik.
"Terus gimana, dong" Rengek Zaenal.
"Hemmm... Aku maunya kamu jadi milikku saja. Aku nggak siap kalau dimadu" Gerutu Tutik.
"Terus, apa kita mau seperti ini terus? Kan nggak enak sama suami kamu?" Zaenal berusaha meyakinkan.
"Dia kan nggak masalah?" Kilah Tutik.
"Tut, bagaimanapun suamimu juga manusia. Dia punya perasaan. Kamu nggak mikir bagaimana perasaan dia sebenarnya?" 
"Coba bayangkan kalau kamu jadi dia. Padahal jadi istri kedua saja kamu nggak mau" Jelas Zaenal lagi.
Tutik hanya diam. Beberapa saat wanita itu benar-benar tak tahu harus bicara apa. "Pokoknya aku nggak bisa Nal kalau dimadu" Gerutu Tutik. 
"Masalahnya lagi, apa suami kamu bener-bener bisa terima kamu?" Tanya Zaenal yang kembali tak dijawab oleh Tutik.
"Memangnya kenapa?" Tiba-tiba Tutik balik bertanya.
"Kurasa dia sengaja melepas kamu. Dia nggak mau lagi sama kamu. Itu sebabnya dia biarkan kita  melakukan semua ini" Jelas Zaenal serius.
"Atau dia memang berharap kamu ijinkan dia melakukan hal yang sama?" Lanjut Zaenal. Tutik hanya terdiam dengan pikiran kosong.
"Enggak, dia nggak gitu" tiba-tiba Tutik bicara memecah kebekuan.
"Terus mau kamu gimana?" Tanya Zaenal.
"Aku nggak mau kehilangan kamu" Sahut Tutik cemberut sembari bergelayut manja di pundak laki-laki itu.
"Kamu mau lepas dari suamimu?" Sahut Zaenal bertanya, tetapi Tutik hanya menghela nafas melepas kebingungan hatinya.  
"Tut..." Zaenal menggoyang-goyangkan tubuh Tutik, tetapi wanita itu diam saja.
"Aku nggak mungkin pisah dari suamiku, Nal" Ucap Tutik lirih.
"Dia terlalu baik padaku meski dia tahu aku mencintaimu" Sambungnya.
"Terus akan berapa lama kita begini?" Tanya Zaenal heran.
"Selamanya" Sahut Tutik santai.
"Hah?" Zaenal terperangah.
"Pokoknya jangan pulang. Kamu milikku. Aku nggak mau kamu menyentuh istrimu" Rengek wanita itu.
"Ya nggak mungkinlah, Tut. Hubunganku dengan istri selama ini baik-baik saja" Sergah Zaenal heran.
"Pokoknya aku nggak rela" Rengek Tutik memaksa.
"Tut...., Kamu jangan egois gitu, dong"
"Aku nggak bisa, Nal. Aku nggak bisa biarkan kamu nyentuh wanita itu. Tapi aku tahu, bagaimana lagi?" Sahutnya.
"Udah. Pokoknya malam ini kamu jangan pulang dulu" Pinta Tutik lagi.
"Tut... Jangan gitu, dong. Anakku lagi sakit. Lain kali saja, ya?" Kilah Zaenal.
"Please..." Pinta Zaenal serius. Sejenak kemudian lelaki itu bangkit dari kursi makan, lalu bergegas mengambil kunci mobilnya.
"Nal...." Rengek Tutik sembari memeluk lelaki itu yang dibalas dengan pelukan dan kecupan mesra.
"Aku sayang kamu, Tut" Ucap lelaki itu dengan tatapan penuh sayang. 
Lelaki itu beranjak menuju mobilnya setelah kembali mengecup bibir wanita itu dalam-dalam. Tutik tak henti memandangi lelaki itu hingga mobilnya melaju di jalanan.
Tiba-tiba rasa kantuk yang sejak tadi teramat berat membebani mata Tutik kian tak tertahankan. "Papa pulang, dong" Wanita itu menelponku.
"Lho, kan ada Zaenal?" Tanya suaminya di seberang telepon.
"Dia pulang. Anaknya sakit" Sahut Tutik.
"Waduh, nggak ada yang kelonin, dong" Godaku.
"Hemm... Cepetan pulang, ya? Aku sendirian, nih" Rengeknya manja.
"Oke, oke" Jawabku. 
"Mungkin nyampe rumah sudah tengah malam" Sambungku sebelum mengakhiri telepon.
Setelah mengunci pintu, Tutik merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Bayang-bayang indah kebersamaannya dengan Zaenal hari ini terpendar dalam wajahnya yang pucat kelelahan dan membawanya tenggelam dalam tidur yang teramat lelap.

NIKMATILAH TUBUH ISTRIKU, MAS ZAENAL 4

Dalam keadaan tanpa busana Zaenal dan Tutik melangkah ke kamar mandi. "Aku duluan" Sergah Tutik saat membuka pintu kamar mandi.
"Bareng aja" Sahut Zaenal.
"Aku mau pipis dulu" Sergah Tutik sambil menahan pintu.
"Aku juga" Sahut Zaenal menggoda.
"Idih... Tapi nggaklah... Gantian aja" Sergah Tutik
"Aku ingin tahu segalanya tentang kamu" Bisik Zaenal sembari memaksa masuk. Dengan wajah keki Tutikpun membiarkan lelaki itu turut masuk ke kamar mandi.
"Mending kamu di luar. Aku mau pipis, sayang" rengek Tutik. Zaenal tak menjawab, hanya kecupan lembut dia daratkan ke bibir wanita itu. Tutikpun menyambut dengan penuh kepasrahan.
"Ayo dong pipis. Aku mau lihat" Pinta Zaenal.
"Idih.. Jorok banget" Sergah Tutik.
"Kapan lagi bisa lihat kamu pipis?" Rengek Zaenal memanja.
"Ih.. Kamu" Sergah Tutik sembali membalikkan badannya. 
"Kalau gitu biar aku yang pipis dulu" Ucap Zaenal seraya membuka penutup kloset. 
Sejenak kemudian air seni mengucur deras dari penis lelaki itu. Dengan tatapan ragu, Tutik melirik penis coklat yang besar dan panjang itu mengucurkan air seni begitu banyak. Hati wanita itu berdebar melihat penis mantan pacarnya yang begitu menggoda hasrat kewanitaannya. 
Saat Zaenal terlihat akan selesai pipis, wanita itu bergegas menyalakan shower untuk membasahi tubuhnya. Setelah menyiram closet Zaenal segera menyusul wanita itu berguyur di bawah shower. Senyum geli mengembang di wajah wanita itu saat tubuh Zaenal menyentuh kulitnya. Rona bahagia terpancar di wajahnya yang basah saat Abied memeluknya dari belakang.
Tubuh wanita itu menggeliat geli saat penis Zaenal menyentuh sela-sela pantatnya yang indah sedang tangannya merayapi pinggangnya dan secara perlahan menyusuri perutnya, lalu meremas lembut buag dadanya. Semmbari menggeliat kegelian jangan Tutik bergerilya di belakang pantatnya, meraih penis Zaenal yang terasa licin oleh sisa sperma bercampur air.
Beberapa saat kemudian Tutik membalikkan badannya, merekatkan payudaranya ke dada lelaki itu. Di bawah guyuran showe keduanya sejoli itu kembali larut dalam pelukan sembari saling melumat bibir dengan penuh kemesraan. Mereka begitu larut dalam kesyahduan cumbuan yang begitu membuat, beberapa saat kemudian penis Zaenal terlihat mulai menegang lemah, dan perlahan membesar.
Tutik sedikit terhenyak saat ujung penis itu menekan permukaan vaginanya. "Ah... " sergah wanita itu sembari tersenyum saat lumatan bibirnya terlepas dari bibir Zaenal. Buru-buru Zaenal melumat kembali bibir mungil itu sembari menggerakkan pinggulnya. Lelaki itu berusaha kembali menyusupkan ujung penisnya di sela vagina yang basah oleh guyuran shower.
Beberapa kali menggerakkan pinggulnya, ujung penis Zaenal gagal senyusup ke liang vagina. Zaenal terus berusaha menekan lebih keras, tetapi penisnya hanya menyentuh permukaan vagina yang tercukur halus itu. Menyadari keinginan Zaenal, Tutikpun membukakan melonggarkan selangkangannya, hingga perlahan penis itu mulai menyentuh klitoris dan bibir dalam vagina, dan kesulitan masuk lebih dalam.
Beberapa saat Tutik membiarkan penis Zaenal menggesek liang vaginanya, meninkmati gesekan penis yang terasa hangat di tengah sejuknya guyuran shower. Melihat Zaenal begitu penasaran, Tutikpun mengangkat kaki kanannya dan menginjakkannya ke atas closet duduk warna ungu di kamar mandi itu.
Bless... Akhirnya penis itu secara perlahan menembus liang vagina wanita yang masih terasa sempit meski pernah melahirkan empat anak itu. "Emh..." Tutik meleguh saat tusukan penis menembus liang di vaginanya. Zaenalpun merasakan kenikmatan yang sama dan secara perlahan menggerak-gerakkannya keluar-masuk liang vagina Tutik.
Saat hasrat kian meninggi, Zaenal mulai semakin cepat menggerak-gerakkan penisnya keluar-masuk vagina Tutik, hingga membawa keduanya dalam kenikmatan yang sensasional, nikmat bersenggama di bawah guyuran shower. Hanya tak berapa lama, Zaenal merasa kelelahan dan penisnya tak juga menyemburkan sperma.
"Sambil duduk yuk" Pinta Zaenal lirih sembari melepas penisnya dari liang senggama. Tutik hanya menurut, sembari mematikan shower. Wanita itu mengangkang di atas paha Zaenal yang dusuk dia atas closet. Dengan hati-hati, wanita itu memasukkan penis Zaenal ke vaginanya lalu memeluk lelaki itu erat-erat.
Sejenak mereka kembali berciuman yang teramat dalam, sedang Tutik mulai menggerak-gerakkan pinggulnya perlahan. Wanita itu menggerakkan pinggulnya kian cepat saat bibirnya terlepas dari bibir Zaenal. Lelah dengan gerakan maju-mundur, wanita itu mencoba menggerakkan pinggulnya ke atas-ke bawah, tapi tak berapa lama wanita itu merasa tak nyaman dan lelah, sehingga kembali ke gerakan semula.
Mungkin karena bersetubuh seharian, merekapun kelelahan, dan berhenti sejenak sambil berpandangan. "Kamu bahagia nggak, Tut?"
"Hem.. emh" Jawab Tutik sembari mengangguk.
"Gumana kalau kita coba di dalam bak mandi?" Sambung Tutik menawarkan.
"Boleh" Sahut Zaenal senang. Lelaki itupun naik ke atas bibir bak mandi dan perlahan menyeburkan diri ke dalamnya. Air bak mandi yang penuh itupun tumpah keluar. Dengan berpijak pada closet, Tutik mencoba naik ke bibir bak mandi menyambut uluran tangan Zaenal yang membantunya masuk ke dalam air.
Air bak mandi kembali tumpah ruah ke lantai setelah Tutik menceburkan diri ke dalamnya. Air kembali deras meluber saat kedua sejoli itu membenamkan tubuhnya ke dalam air. Wajah Tutik berburai senyum saat Zaenal mendekapnya dari belakang. Senyum wanita itu kian melebar saat jemari lelaki itu meremas payudaranya dengan lembut. Tutik menggelinjang saat jemari Zaenal mulai memilin puting susunya yang menegang.
Beberapa lama mereka begitu asyik menikmati nikmatnya sentuhan kulit tubuhnya di dalam air. Penis Zaenal yang sedari tadi menegang sesekali menghentak sela-sela pantat Tutik yang mulai terasa dingin. Wanita itu menggeliat lembut saat Zaenal menciumi tengkuhnya yang putih.
Sesaat kemudian Zaenal dan Tutik terdiam menikmati buaian asmara dalam air bak mandi yang dingin. Mereka biarkan perasaan mereka menyatu dalam indahnya dekapan. Beban kerinduan yang sekian lama tertahan seakan mulai menemukan kedamaian, sejernih air yang menyatukan mereka senja ini.
Saat tubuh terasa mulai dingin, Tutik bangkit dan membalikkan tubuhnya. Wanita itu mulai mengangkangkan kakinya di atas tubuh zaenal, dan dengan meraba-raba jemarinya memegang erat penis Zaenal. Perlahan sejoli itu berusaha menyatukan raganya dalam balutan air yang tak lagi terasa terlalu dingin.
Tak seperti yang mereka bayangkan, ternyata vagina Tutik terasa kesat karena cairan pelumas vaginanya larut oleh air bak mandi. Setelah usaha-demi usaha yang mereka lakukan, akhirnya penis Zaenal masuk sedikit demi sedikit ke dalam vagina yang di dalamnya terasa hangat dan nikmat. "Emmm... mmh" Keduanya meleguh mendesah oleh nikmatnya bersenggama di dalam air.
Rona bahagia terpancar jelas di wajah kedua insan yang mulai tampak sayu. Sesaat mereka kembali saling berpandangan penuh makna, seakan menyatakan beribu kata cinta yang tak mungkin terucap. Hanya senyum bahagia yang terlukiskan di wajah mereka yang basah. Hanya kecupan lembut dan kuluman penuh rasa yang mereka padukan mewakili berjuta rasa.
Meski sedikit sulit, mereka berusaha menggerakkan pinggulnya, memacu hasrat yang telah menyatu. Zaenal dan Tutik bercinta sembari berenang, serasa di samudera cinta yang tak bertepi. "Sudah dulu, Nal. Sakit" Ucap Tutik tiba-tiba sembari berdiri melepaskan penis Zaenal dari jepitan vaginanya.
"Benernya enak banget, Tut" Rengek Zaenak sembari menarik tangan Tutik.
"Tapi sakit" Keluh Tutik.
"Emang biasanya gimana?" Tanya Zaenal sembari memeluk tubuh Tutik di dalam air.
"Biasanya... Ih kamu ngomong apa, sih" Sergah isriku yang enggan menjawab.
"Aku baru kali ini kaya gini" Sahut Zaenal.
"Masa?"
"Iya. Berarti pengalaman kamu luar biasa, ya?" Goda Zaenal.
"Idih... Ngomong apaan, sih?" Sergah Tutik dan Zaenal hanya diam saja.
 "Suamiku memang jago banget main ginian"
"Kalah dong aku?"
"Cek. Enggak juga. Dia memang pinter banget soal ginian. Itu sebabnya, dia bisa mengalihkan perasaanku dari kamu"
"Kok akhirnya....?" Tanya Zaenal terputus, tetapi Tutik paham maksudnya.
"Emmm.... Dia nggak nyaman karena diam-diam aku masih suka kamu. Aku nggak bisa lupakan kamu, Nal"
"Aku juga, Tut. Kamu beruntung punya suami yang begitu ngerti. Kalau aku, rasanya nggak mungkin biarkan Tutik disentuh orang" Terang Zaenal.
"Atau jangan-jangan dia memang nggak cinta kamu?" Sambung Zaenal.
"Entahlah. Dia bilang, inilah cara dia menunjukkan cintanya"
"Gila banget, ya? Kadang aku ragu, apakah dia beneran atau... " Sahut Zaenal.
"Enggak, kok. Dia itu beda banget dari kebanyakan orang" Jelas Tutik.
"Udahlah... dingin banget" Sergah Tutik mengakhiri pembicaraan.
"Aduh... Masih pengen lama-lama, nih" Rengek Zaenal menahan tangan Tutik.
"Tapi dingin banget. Lagian, penis kamu sudah lemas, tuh" Sahut Tutik. Zaenalpun bangkit dan membimbing Tutik keluar bak mandi.
Saat Tutik menggosok rambutnya dengan sampo, lelaki itu menyabun tubuh Tutik. Dia memanfaatkan kesempatan meraba-raba tubuh indah Tutik dengan air sabun yang licin. Tutik sempat kegelian, saat jemari lelaki itu menyentuh payudara, perut, dan pantatnya. Wanita itu menyergah saat jemari lelaki itu mulai meraba vaginanya.
Setelah mengguyur sekujur tubuhnya dengan air shower, wanita itu gantian menyabun tubuh Zaenal. Jemari lentiknya menyusuri setiap lekuk tubuh lelaki itu. Zaenal mengerang keenakan saat jemari Tutik mengocok penisnya dengan air sabun, hingga penis itu perlahan menegang kembali.
Zaenal menarik tubuh wanita itu ke hadapannya saat penisnya menegang lebih keras. Lelaki itu berusaha memasukkan lagi penisnya ke vagina Tutik, tetapi ereksinya terlalu lemah. Akhirnya merekapun hanya berpelukan sembari tersenyum penuh arti.
Setelah mengguyur kembali tubuhnya, Tutik keluar kamar mandi sambil berbalut handuk. Dia sudah berganti pakaian saat Zaenak keluar kamar mandi. Saat rabutnya masih basah, Tutik pergi ke dapur menyiapkan makanan. Makanan sudah tersaji rapi di atas meja makan saat Zaenal muncul dan mendaratkan kecupan.    


Rabu, 24 Oktober 2012

NIKMATILAH TUBUH ISTRIKU, MAS ZAENAL 3

Zaenal dan Tutik kembali saling berpelukan erat sesaat setelah mereka bangkit dari tempat tidur. Lelaki itu tak mampu menahan hasratnya melihat tubuh mulus Tutik yang hendak memakai pakaian. Baju yang hendak mereka pakaipun kembali terjatuh di lantai. 
Tubuh mereka bergoyang-goyang karena begitu eratnya pelukan. Kedua insan itu seakan belum rela mengakhiri percintaannya yang begitu membara hari ini. Kerinduan mereka untuk memadu kasih sepertinya belum sepenuhnya terpuaskan. 
Beberapa kali mereka saling bertatapan mata penuh arti saat mengendurkan pelukan, lalu kembali berpelukan erat dan kian arat. Pertemuan hari serasa belum cukup untuk melepaskan kerinduan yang selama ini terpendam. Hasrat cinta bahkan kian merebak mengikat batin kedua insan tanpa ingin mengakhirinya kembali.
"Aku ingin selamanya bersamamu, Tut" Ucap Zaenal lirih saat mereka kembali bertatapan mata.
"Aku juga, Nal" Sahut Tutik syahdu, yang disusul kecupan lembut di bibir wanita itu.
"Berat rasanya harus mengakhiri semua ini" Sambung Tutik saat mereka kembali saling berpelukan.
"Aku juga" Sahut Zaenal lirih, dan seketika Segulir air mata tampak merembes dari pelupuk mata keduanya.
"Aku ingin selamanya bersamamu" Bisik Tutik sendu.
"Aku juga. Aku benar-benar damai bersamamu" Bisik Zaenal.
Perlahan kelamin lelaki itu kembali menegang menyentuh vagina Tutik. "Kok tenang lagi?" Bisik Tutik nakal. 
"Kamu terlalu menggoda" Bisik Zaenal menimpali.
"O ya?" Sahut Tutik sembari melonggarkan selangkangannya. Zaenalpun menekan-nekan pinggulnya hingga ujung penisnya menyusup di sela vagina Tutik. Dengan menggerakkan pinggul perlahan, ujung penis Zaenal menggesek-gesek sela vagina Tutik yang ternyata juga kembali basah. 
Seperti halnya Zaenal, gairah wanita itu ternyata juga kembali menghangat menyambut hasrat mantan kekasihnya yang kembali dalam pelukan. Setelah beberapa saat ujung penis itu hanya mengusik sela vaginanya, Tutik mengangkat kaki kirinya berpijak pada bibir tempat tidur, hingga penis Zaenal mudah menyusup ke dalam liang senggamanya.
Zaenal kian leluasa menggerakkan penisnya keluar masuk liang vagina dan kembali membawa kedua insan yang saling mencintai itu kembali larut dalam kenikmatan. Mereka saling menatap sendu. Mereka kembali larut dalam paduan hasrat yang begitu dalam. 
"Nal...." Leguh Tutik beberapa kali. Zaenal hanya menatap dan menggerakkan pinggulnya maju-mundur memacu hasrat Tutik yang kian hanyut dalam rangsangan kenikmatan. 
"Nal... Oh..." Leguh Tutik kian keras saat rasa nikmat kian memuncak. Seakan tahu yang Tutik mau, Zaenalpun kian cepat menggerakkan penisnya di dalam vagina Tutik. 
"Nal... Nal... Zaenal... Nal... Zaenal... Nal... Sayang...." Pekik Tutik kian meninggi dan tubuh keduanyapun mengejang hebat. "Tut.... Uh.... Hem... Uh..." Zaenalpun meleguh panjang saat spermanya kembali memamcar deras ke rahim Tutik. 
"Hem......" Beberapa saat mereka mengerang sambil berpelukan erat. Tubuh mereka terhuyung-huyung lemas, kemudian rebah bersama di atas tempat tidur. Beberapa kali mereka mengeratkan pelukan yang tak pernah mereka lepaskan.
Mereka baru kembali kendurkan pelukan saat panasnya hasrat mulai mengendur, dan “Emh... “ Mereka meleguh serempak saat penis Zaenal yang mulai melepas terlepas dari vagina Tutik.
Tangan Tutik tak henti mengelus tubuh Zaenal. Begitupun Zaenal tak bosan mengelus, membelai, menjelajahi sekujur tubuh Tutik, menyusuri wajah cantiknya dan sesekali diikuti kecupan demi kecupan.
“Kamu hebat sekali, Nal” Bisik Tutik sendu.
“Masa sih?” Sahut Zaenal penuh perhatian.
“Tiga kali berturut-turut. Aku nggak pernah sebanyak ini” Sahut Tutik.
“Aku juga nggak pernah segairah ini” Sahut Zaenal lagi.
“Biasanya aku cuma sekali lalu tertidur bersama” Sambung Tutik.
“Aku juga biasanya gitu” Zaenal menimpali.
“Aku belum pernah sepuas ini, sayang”  Sambung Zaenal lagi yang disambut Tutik dengan pelukan lalu kecupan lembut di bibir lelaki itu.
Beberapa saat mereka saling berbagi cerita soal pengalaman mereka bercinta dengan pasangan masing-masing. Sesekali mereka tersenyum geli dan saling tertawa lirin saat hal-hal lucu terlontar dari celoteh mereka berdua.
Jiwa kedua sejoli itu begitu bahagia menemukan kembali kenyamanan batin yang selama ini hanya impian belaka. 
"Sudah sore. Kita mandi dulu, yuk" Ajak Tutik memanja. Setelah kembali beradu kecupan, Tutikpun beranjak bangkit meraih pakaiannya di lantai, tetapi Zaenal segera menarik pakaian itu. 
"Idih... gimana, sih? Mau mandi, nih..." Sergah Tutik manja. Tanpa menjawab, Zaenal  langsung memeluknya dari belakang. Mengelus perutnya, dadanya, menciumi tengkuknya. 
"Idih... Bau" Sergah Tutik saat jemari lelaki itu mencoba meraba vaginanya.
"Kita mandi bersama aja" Bisik Zaenal disambut senyum Tutik yang terkembang. 
Dengan tubuh bugil, Tutik membimbing lelaki itu ke kamar mandi.   





Selasa, 23 Oktober 2012

8 HAL YANG MEMBUAT CEWEK MUDAH DIAJAK BERCINTA

Dalam berpacaran, kebanyakan cewek lebih berharap memiliki jalinan batin yang kuat dari kekasihnya, berupa perasaan dicintai, disayangi, atau merasa dibutuhkan. Ini sedikit berbeda dari kecenderungan cowok kebanyakan. Sealim apapun, cowok biasanya juga menginginkan hubungan yang bersifat fisik, mulai dari sekedar ciuman, pegangan, pelukan hingga yang lebih jauh saat masa pacaran.
Pada kebanyakan kasus, cowoklah yang menjadi pihak yang "mengajak" cewek melakukan hubungan fisik, tetapi sebagian cewek tidak mudah "menyerah" pada ajakan sang cowok. Sebagian cewek menahan diri dari "melayani" kemauan cowok karena masih malu, segan, takut, atau kuatir tak bisa mengendalikan diri, dan sebagian lagi "bertahan" karena bertentangan dengan prinsip agama dan tradisi yang mewarnai kepribadiannya. 
Saat ini hampir tidak ada pacaran yang tidak melibatkan hubungan fisik, meski sekedar peluk cium. Cowok selalu punya beribu cara agar sang cewek mau memenuhi keinginannya. Cowok biasanya memanfaatkan berbagai cara sehingga cewek setegar apapun sering kali tak bisa menolak ajakan cowok, bahkan dengan suka hati "menyerahkan diri". Situasi yang membuat biasanya membuat cewek "menyerah" pada cowok di antaranya:
1.  Terbuai
Ini adalah saat termudah bagi seorang cewek untuk "menyerahkan diri" pada ajakan cowok. Seseorang biasanya kehilangan sebagian kendali atas akal sehatnya saat mengalami perasaan jatuh cinta yang membuai. Apapun akan disikapi cewek dengan sikap boleh dan boleh akibat buaian perasaan cintanya. Kesadaran cewek pada "bahaya" hilang karena sentuhan fisik secara kodrati membuat cewek merasa dibutuhkan.
2.  Mantap dengan Pilihannya
Cewek biasanya membuka kesempatan hubungan fisik dengan cowok saat dia merasa yakin atas pilihannya. Cewek secara mental terbuka untuk melakukan hubungan fisik ketika merasa menemukan pasangan yang paling tepat dalam hidupnya. Dalam situasi ini, hubungan fisik hanya soal waktu dan kesempatan saja, atau tergantung kapan cowok akan memulai. 
3.  Merasa Bersalah
Cewek tidak jarang menjadikan dirinya sebagai "penebus" rasa bersalah pada kekasihnya. Cewek seangkuh atau sealim apapun biasanya akan berusaha melakukan berbagai cara agar kekasihnya memaafkan kesalahannya, meski kadang dengan mentolerir hal-hal yang sebelumnya dia pertahankan. 
4.  Iba
Mungkin saja seorang cewek tidak berfikir melakukan hubungan fisik saat pacaran, tetapi "permainan perasaan" sang cowok kadang membuat cewek merasa iba pada kekasihnya. Seperti seorang yang tak tahan mental berhadapan dengan pengemis yang merengek-rengek minta belas kasihan, cewek biasanya "menyerah" pada keinginan cowok saat tak mampu lagi meredam perasaan ibanya.  
5.  Sedih
Ini juga merupakan saat yang paling mudah membuat cewek jatuh dalam pelukan sang cowok. Cewek yang tengah sedih atau menghadapi masalah berat biasanya tidak menolak pelukan dan belaian kekasih. Sentuhan menjadi cara untuk membuat cewek merasa lebih tenang bila mendapat belaian dan pelukan dari seseorang untuk menenangkannya. Pada awalnya belaian dan pelukan itu mungkin bukan karena dorongan birahi, tetapi kesempatan pertama akan membuka kesempatan yang lain.
6.  Takut Kehilangan
Sebagaimana ungkapan umum, lelaki mengikat wanita dengan cintanya, sedang wanita cenderung mengikat lelaki dengan tubuhnya. Cewek biasanya merelakan tubuhnya, baik sekedar peluk cium atau lebih jauh dalam rangka mengikat cowok agar tidak meninggalkannya.
7.  Marah
Mungkin kedengarannya aneh, bila cewek justeru "menyerah" pada cowok saat marah. Faktanya cewek biasa kehilangan kontrol dirinya saat dia benar-benar sedang marah atau kecewa pada kekasihnya. Semakin marah, semakin menurun pula kendali dirinya. Saat-saat seperti itulah cewek membutuhkan seseorang untuk menenangkan amarahnya. Seperti halnya saat sedih, sentuhan fisik menjadi obat penenangnya.
8.  Terangsang Film Romantis
Menonton film romantis bersama kekasih membuat cewek mudah terbawa suasana. Suasana romantis akan membuat cewek terbuka dan sulit menolak ajakan-ajakan nakal sang cowok. Alam pikiran cewek yang mulai dipenuhi pikiran-pikiran romantis akan membuka kesempatan terjadinya percintaan demi percintaan. 

Minggu, 23 September 2012

NIKMATILAH TUBUH ISTRIKU, MAS ZAENAL 2

Sekitar dua jam sudah Tutik tertidur di pelukan Zaenal. Tidur mereka begitu lelap seusai bercinta yang penuh gairah siang ini. Tutik tampak begitu nyaman tenggelam dalam dekapan lelaki itu. Tangannya meningkari lemah di pinggang mantan pacarnya, sedang tangan Zaenal tak pernah lepas dari vaginanya.
Sepertinya mereka begitu puas melepaskan kerinduan yang selama ini terhalang oleh kehadiranku. Segurat perasaan bersalah menyelinap di hatiku telah memisahkan mereka selama ini. Melihat kemesraan mereka hari, aku jadi kasihan pada Tutik, yang harus hidup bersamaku, orang yang sejatinya bukan pilihan hatinya. 
Tubuh Tutik tampak menggeliat setelah beberapa lama diam tak bergerak dalam pelukan lelaki itu. Butiran keringat tampak membasahi sebagian tubuhnya, hingga diapun menggeliat melepaskan pelukan Zaenal, dan lelaki itupun sepertinya tersadar dari tidurnya 
Tutik kembali tertidur, sedang Zaenal terlihat mulai terbangun. Lelaki itu tampak memandangi wajah Tutik dengan penuh kasih sayang. Sesaat kemudian telapak tangannya mulai meraba perut Tutik, dan secara perlahan bergerak menyusuri buah dadanya. Tutik kembali terbangun sembari tersenyum saat jemari lelaki itu membelai wajahnya dengan lembut, lalu seketika memeluk lelaki itu. Merekapun kembali ternggelam beberapa lama dalam pelukan yang seakan tak akan pernah mereka lepaskan lagi.
Sesaat setelah melonggarkan pelukan mereka saling beradu kecupan bibir, lalu tenggelam dalam kecupan yang teramat dalam. Di kamera aku lihat penis Zaenal kembali perlahan menegang hingga menyentuh liang vagina Tutik. Perlahan Tutik menjulurkan jemarinya memegang lembut kemaluan lelaki itu. Keduanyapun tersenyum bahagia.
"Besar sekali, Nal" Bisik Tutik sembari tersenyum. 
"Masa sih? Punya suamimu paling lebih besar"
"Enggak. Punya dia nggak sebesar ini. Makanya tadi aku puas banget"
"Iya?"
"Hemm... Aku nggak pernah sepuas ini"
"Ssst... Ntar suamimu dengar" Sergah Zaenal yang diikuti tawa geli keduanya.
Sejenak kemudia Zaenal kembali menindih tubuh Tutik. Dia kembali memeluk erat tubuh wanita itu sembari mengecup bibirnya dalam-dalam. Pinggulnya tampak bergerak berusaha memasukkan penisnya ke vagina Tutik, tetapi kesulitan masuk. Sejenak mereka tampak berhenti saat Zaenal terlihat berusaha memasukkan penisnya ke vagina lagi. Tangan Tutik terlihat menjulur meraih penis itu dan memasukkannya ke liang vagina sembari membuka pahanya.  
"Ah..." Serempak mereka mendesah lirih, saat penis Zaenal kembali menyusup liang yang selama sekian lama hanya menjadi milikku. Wajah mereka tampak begitu berbinar bahagia saat kembali menyatu dalam cinta. Beberapa lama mereka kembali berciuman sambil berpelukan, begitu dalam, begitu erat seakan tak ingin terpisahkan selamanya. Aku begitu terharu melihat adegan romantis itu.
Setelah beberapa lama pinggul Zaenal terlihat bergerak perlahan maju-mundur. Setelah beberapa lama Tutikpun turut menggerakkan pinggulnya mengimbangi gerakan Zaenal. Hampir seperampat jam mereka beradu hasrat penuh perasaan, yang sesekali diselingi kecupan dan pelukan penuh kasih sayang.
Sekitar dua puluh menit berlalu Zaenal tampak lebih keras menggerakkan pinggulnya, sementara Tutik berusaha mengimbangi gerakan pinggul lelaki itu. Semakin lama gerakan pinggul Zaenal semakin cepat dan Tutikpun meleguh-leguh penuh perasaan. 
"Zaenal... Zaenal... Sayang.... Aku, aku... Aku nggak kuat..." Leguh Tutik kemudian. Beberapa kali dia mengulangi leguh dan desahannya sembari memanggil-manggil nama lelaki itu. Sementara Zaenal tampak kian bernafsu menggerakkan penisnya keluar-masuk vagina Tutik dengan tubuh penuh peluh. 
Beberapa saat kemudian tubuh keduanya menggelinjang hebat sembari memekik bersamaan, "Ah... Uh.... Sayang.... Ah..." Teriak Tutik begitu histeris saat mereka mencapai klimaks bersamaan.
"Tutik... Tut... Tutik Sayang..." Pekik Zaenak di puncak kenikmatannya. Merekapun berpelukan erat, sangat    erat hingga beberapa waktu.
"Aku sayang kamu Tut" Bisik Zaenal berulang kali di telinga Tutik. 
"Aku juga, Nal. Aku bahagia sekali hari ini" Sahut Tutik di telinga lelaki itu.
"Aku ingin sekali selamanya bersamamu" Sambung Tutik.
"Aku juga.... Rasanya nggak mungkin berpisah lagi denganmu" Sahut Zaenal yang diikuti pelukan erat penuh curahan kasih sayang. Mereka terus berpelukan bahkan saat penis Zaenal terlihat melemah.
"Uh..." Leguh Tutik saat penis itu keluar dari vagianya.
"Nal..., Jangan pergi" Bisiknya. Zaenal hanya mengangguk sembari tak bosan menciuminya.
Sesaat kemudian tubuh lelaki itu kembali terkulai di sisi tubuh Tutik. Lelaki itu seakan tak mau melepaskan pelukannya, sedang bibirnya tak henti menciumi wajah Tutik. Tutikpun tak henti mengelus tubuh lelaki itu, lalu memegangi penis Zaenal yang basah.
"Aku ingin sekali bisa melakukannya lagi" Bisik Zaenal.
"Aku juga" Sahut Tutik manja.
"Cuma... Suamimu..."
"Ya, mau bagaimana lagi? Kuharap dia bisa mengerti aja" ujar Tutik lirih.
"Aduh... Sudah sore gimana, nih?" Tanya Zaenal tiba-tiba.
"Kita mandi bareng?" Ajak Tutik. Zaenal tak menjawah, tapi wajah lelaki itu terlihat berbinar lalu kembali merengkuh Tutik dan mengecup wajahnya dengan lembut.

Sesaat kemudian mereka tampak terbangun dan meraih pakaian yang berserakan di lantai, lalu bergegas ke kamar mandi bersama.

Kamis, 13 September 2012

JATUH KE PELUKAN GADIS TAK PERAWAN


Akhir-akhir ini aku kenal dengan seorang gadis sebut saja F. Wajahnya lumayan cantik, tetapi dari pertemanan itu aku tahu sebenarnya F sudah tidak perawan lagi. Dia sudah biasa ML dengan pacarnya yang dua bulan lalu putus.
Aku sangat bersimpati padanya. Itu sebabnya aku tak keberatan nemenin dia bahkan jalan sama dia ke mana saja. Dia selalu curhat padaku dalam segala hal, terutama soal perasaannya yang sangat terpukul karena pacarnya berselingkuh dengan gadis lain. 
Aku sempat berusaha bantu F dekati cowoknya agar mau bertanggung jawab, tapi F melarang. Aku tak bisa berbuat apa-apa karena cewek mantan pacar F juga tak mungkin lepaskan lelaki itu, karena dia juga sudah ML sama laki-laki itu.  
Meski hubunganku dan F makin akrab, aku pastikan tak akan pacari cewek itu. Aku tak mungkin bisa terima keadaannya. Aku hanya kasihan pada dia yang merasa kehilangan segalanya. Aku ingin dia lebih tegar menghadapi hidup yang masih terbentang luas.
Tapi kedekatan itu membuatku tak kuasa menahan godaan. Aku kian dekat dan teramat dekat, hingga suatu saat aku tak kuasa membiarkan diriku tak menyentuhnya. Entahlah, di saat kami hanya berdua, aku begitu tergoda untuk memeluknya dan bercumbu mesra begitu dalam dengannya. 
Aku merasa bagai terhipnotis oleh pesonanya melihat dia begitu bahagia membiarkan aku melakukan itu semua. Aku hilang semua kendali diriku melihatnya hanya tersipu saat aku melepas pakaiannya. Dia bahkan membalasku dengan melepas semua pakaian yang aku kenakan, hingga hanya tersisa aku dan dia. Getaran hasrat yang begitu mempesona membawaku terlena dalam pelukannya. Aku tak kuasa membiarkan semua itu berlalu begitu saja. Akhirnya, keperjakaanku terlepas di sorga dunianya.  
Sebagai lelaki, aku harus bertanggungjawab padanya, meski masa lalunya menjadi beban yang benar-benar berat buatku menerimanya. Aku tahu, itu hanya sikap egoisku saja, tapi aku tak punya pilihan selain mempertanggungjawabkannya.       
   

Selasa, 11 September 2012

NIKMATILAH TUBUH ISTRIKU, MAS ZAENAL 1

Zaenal membalikkan badannya menghadap Tutik. "Tut. Aku.." Zaenal mencoba bicara, tetapi terputus karena kecupan Tutik yang sangat dalam membungkam mulut lelaki itu. Beberapa saat Zaenal dan Tutik tenggelam dalam lumatan bibir yang teramat dalam.
"Sebentar..., Tut" Sergah Zaenal seraya menengok ke arahku saat Tutik mulai melucuti pakaiannya.
Wanita itu terlihat begitu larut dalam gairahnya sendiri. Kerinduan yang sekian lama terpendam pada mantan kekasihnya tak lagi mampu dia sembunyikan. Pesona Zaenal siang itu membuat wanita itu seakan tak ingat lagi pada suami dan anak-anaknya.
Tutik begitu bernafsu melepas seluruh pakaian lelaki itu. Dengan sedikit ragu, Zaenalpun turut melepas pakaian Tutik sembari berdiri.
Sembari melorotkan celana mantan kekasihnya, mulut Tutik langsung menerkam kelamin lelaki itu. Wanita itu begitu bernafsu meluapkan segala kerinduannya pada lelaki yang pertama kali mengisi hatinya itu.
Spontan wajah Zaenal menyerigai keenakan. Dengan mata melotot, mulutnya menganga dan leguhan tak menentu, tubuh lelaki itu menggelinjang menahan nikmat, membuat Tutik kian beringas mengulum penisnya.
"Ah..., Tut... Ah..." Beberapa saat kemudian tubuh lelaki itu terhempas di atas kasur, tetapi Tutik tak sedikitpun mengendurkan kulumannya. 
Dengan payudara menggelantung dia terus menggulum habis kemaluan mantan kekasihnya, hingga membuat Zaenal menggelinjang sembari mengerang-erang kenikmatan. "Tutik... Nggak kuat... Tut...Ah...." Beberapa saat kemudian lelaki itu meronta-ronta tak tahan merasakan kuluman Tutik yang bagai kesetanan.
"He, he, he, he..Kenapa?" Tutik tertawa terkekeh di atas tubuh lelaki itu. Wanita itu tampak begitu bahagia melihat orang yang dia kasihi menggelinjang oleh kulumannya. 
"Aku nggak kuat, Tut" Sergah Zaenah di sela helaan nafas yang tesengal-sengal. 
"Sakit, ya?" Goda Tutik pada lelaki itu.
"Aduh.. Bener-bener"
"Emang kalau sama istrimu gimana?" Tanya Tutik.
"Aku nggak pernah ginian"
"Masa, sih?"
"Hemmh..." Sahut Zaenal sembari terengah-engah.
"Tapi enak, nggak? Goda Tutik lagi"
"Hemmm"  Sahut lelaki itu sembari memeluk tubuh wanita itu erat-erat.
"Aku belum pernah merasakan senikmat ini" Bisik lelaki itu.
"Masa, sih?"
"Sure"
"Aku nggak bayangin kamu bisa sehebat ini"
"Ih.... Gombal!" Sergah Tutik.
"Bener. Aku biasanya cuma normal-normal saja"
"Normal gimana?"
"Ya, singkap roknya, masukkan. Gitu saja"
"Masa, sih?"
"Hem emh Bener-bener nggak bayangin ngrasain yang kaya gini"
"Kalau gitu, aku kulum lagi, ya?" Tutik kembali menawari.
"Aduh... Nggak kuat, Tut" Sergah Zaenal, tetapi Tutik langsung saja kembali mengulum penis lelaki itu. 
Zaenal kembali menggelinjang tak kuasa menahan geli yang teramat nikmat. Beberapa saat Tutik kembali mengulum dengan ganas, hingga tubuh lelaki itu meronta-ronta, "Sudah, nggak kuat... Tutik... Nggak kuat" Sergahnya sembari meronta menghindar dari kuluman. Tutik terus memaksanya, tetapi akhirnya menyerah saat Zaenal benar-benar tak tahan dengan kulumannya.
Sejanak kemudian wanita itu mengangkang di atas tubuh lelaki itu. Perlahan dia raih penis Zaenal dan menggesek-gesekkan ujung benda kenya itu ke liang vaginanya. Beberapa lama Zaenal hanya bisa meleguh menahan geli. "Tut, aku mau keluar... nggak kuat, Tut" Tiba-tiba lelaki itu berteriak. 
Setelah beberapa kali berontak, akhirnya Tutik membenamkan penis lelaki itu di liang vaginanya. Sembari mengerang keduanya beradu gerakan. Tutik tampak begitu bergairah menggoyangkan  pinggulnya di atas tubuh lelaki itu sembari tak henti meleguh mengerang, hingga keringat yang bening bercucurah membasahi tubuh keduanya.
Sesaat kemudian kedua orang itu saling berpelukan, kian erat dan makin erat. Sembari mengerang-erang tubuh sepasang kekasih yang lama terpisahkan itupun mengejang hebat, serasa saling beradu ketegangan. Sembari mengejang menghentak, tiba-tiba mereka serempak berteriak seakan melepas beban yang teramat berat. "Ah...  Zaenal...." teriak Tutik sembari memeluknya teramat erat.
Hingga beberapa lama tubuh Tutik masih menindah tubuh lelaki itu. Dari sela pantat belakangnya terlihat vagina wanita itu masih berdenyut lembut. Perlahan kulihat penis Zaenalpun masih berdenyut lembut dan perlahan melemas. "Ah... " Keduanyapun sontak meleguh bersamaan saat penis lelaki itu lepas dari jeitan vagina Tutik dan terkulai lemas.
Merekapun kembali berpelukan erat beberapa saat seakan melepas semua hasrat yang sekian lama terpendam dalam, hingga Tutikpun terguling di samping Zaenal. Dengan lemah Zaenal memiringkan tubuhnya lalu kembali merengkuh tubuh mulus Tutik.
Wajah mereka yang sayu kelelahan terburai senyuman. Mereka tampak begitu bahagia layaknya sepasang pengantin baru yang baru saja merayakan sukses percintaan perdana. Zaenal beberapa kali memeluk dan menciumnya erat sembari membisikkan sesuatu yang direspon Tutik dengan pelukan mesra. Dengan suara lirin keduanya saling berbincang soal pengalaman percintaan yang baru saja mereka lalui, yang sesekali diselingi tawa lirih.
Sembari bercengkerama, jemari lelaki itu seakan tak bosan mengelus tubuh Tutik, meremas buah dadanya atau meraba vaginanya yang basah. Tutikpun mengimbangin elusan itu dengan meraba dada dan perut lelaki itu. Beberapa saat wanita itu tampak memilin penis basah Zaenal yang tampak kembali menegang lemah. Beberapa saat kemudian, kedianya tertidur saling berpelukan.
Aku begitu terharu menyaksikan percintaan Tutik siang ini. Memberi kesempatan Tutik bercinta dengan mantan pacarnya, mungkin kedengaran gila, tapi entahlah, aku merasa begitu lega bisa memberi mereka kesempatan untuk melepaskan kerinduan yang sekian lama tak mungkin didustakan.

Aku sadar, Tutik memang Tutik dan Zaenal bukan lagi pacarnya, tapi aku juga sadar mereka terlanjur ditakdirkan sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai, saling merindukan, dan saling membutuhkan. Mereka tak mungkin memungkiri perasaan itu.

Sabtu, 01 September 2012

MASTURBASI AMAN BUAT CEWEK

Buat kamu para cewek yang memiliki gairah seks tinggi, lebih baik melakukan masturbasi dibanding ML dengan pacar kamu, apalagi dengan sembarang lak-laki. Sebenarnya ini bukan anjuran, tetapi bagaimanapun masturbasi memiliki resiko lebih kecil dibanding seks pranikah, terutama dari segi resiko moral dan sosial. Soal dosa enggaknya, itu tergantung pada keyakinan kamu saja.
Yang jelas ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan dalam masturbasi agar kegiatan pemuasan nafsu secara swalayan ini aman buat kamu. Di antara hal yang harus kamu perhatikan adalah:
1.  Pastikan Waktu dan Tempat Aman
Jangan masturbasi di sembarang tempat dan sembarang waktu. Masturbasi di tempat umum pada jam sibuk pasti nggak nyaman bukan. Kalaupun kamu melakukannya di kamar pribadi kamu, pastikan pintu dan jendela terkunci rapat dan di saat yang tepat. Kalau saat masturbasi tiba-tiba nyokap nyuruh kamu belanja, pasti tidak asyik. Intinya usahakan tempat itu benar-benar private buat kamu. Usahakan tak ada yang tahu yang kamu lakukan, terutama laki-laki, sebab kalau ada yang lihat, maka itu sama saja kamu ngajak dia ML. 
2.  Pastikan Tangan Kamu Bersih
Kalau kamu masturbasi dengan tangan kamu sendiri, maka pastikan dicuci bersih terlebih dahulu, karena vagina adalah organ yang rawan terkena penyakit. Bila perlu mandi dulu, sebab tak jarang tangan kamu perlu merangsang bagian lain tubuhmu, seperti payudara, paha, selangkangan atau pantat kamu sendiri. Dengan begitu saat tangan kamu menyentuh vagina, tidak ada kuman yang ikut masuk ke dalam. 
3.  Pastikan Peralatan Aman dan Steril
Kalau kamu termasuk menggemar sex toys pilihlah alat-alat yang aman, misalnya vabrator kecil yang tidak berbentuk penis. Kalau berbentuk penis, biar buat para janda atau mereka yang sudah merit saja. Kalau kamu masih tetap ingin suamimu ngerasain kenyalnya keperawananmu, mendingan pilih alat yang nggak sampai masuk liang senggama. Dan jangan lupa, pastikan alat itu bersih dari kuman dan kotoran.
4. Siapkan Pelicin
Agar masturbasi lebih hot dan nyaman, kamu bisa gunakan pelicin vagina yang tersedia di berbagai toko dan apotik. Ada banyak merek seperti Vigel, Durex dan sebagainya. Perhatikan tanggal kedaluwarsanya agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleskan sedikit saja dan rasakan khasiatnya.
5. Usahakan tidak masuk liang senggama.
Agar keperawananmu tetap terjaga, usahakan rangsangan pada bibir dalam dan klitoris saja. Rangsangan pada bagian itu sudah cukup untuk membuat kamu orgasme. Memang sih, kalau lagi horny kamu pengen dimasukin penis ke vagina, tetapi kalau kamu masih merasa perlu menyisakan buat calon suami mendingan tahan dulu. Nanti kalau masih kepingin, mending masturbasi lagi.

Sabtu, 25 Agustus 2012

AKU MASIH ADA RASA PADA ZAENAL


Semula aku selalu membatasi diri untuk berhubungan dengan Zainal, mantanku. Paling sering aku hanya sekedar memberi ucapan selamat hari raya.  

Sejak pertengahan 2010 lalu aku memberanikan diri untuk kembali menghubunginya. Aku jadi sering telepon dan saling kirim SMS dengannya. Aku tak tahu mengapa akhirnya aku menjadi begitu sering menghubunginya. Aku terbawa suasana, tetapi aku tak bermaksud apa-apa, selain berteman seperti sebelumnya.
Terus terang aku memang  menyukainya, tetapi aku tak tahu apakah itu perasaan macam apa. Aku merasa yang aku lakukan tak lebih dari sekedar berteman saja. Meski tak sesering hubunganku dengan Zain, perasaan yang sama kurasakan saat berhubungan dengan Faiz.
Kuakui, aku merasa nyaman berteman dengannya. Aku merasa cocok berkomunikasi dengannya. Dia orang yang enak diajak bicara, bahkan Any, Adikku, selalu bilang kalau dia orang ternyaman untuk curhat.
Dia memang sering bercanda-canda yang bernada menggoda, dan sedikit mengarah pada perasaan. Aku senang mengetahui perasaan dia padaku masih seperti dulu. Aku senang perasaan itu terbuka kembali namun kami berdua menyadari bahwa kami juga masih sayang dengan keluarga masing-masing dan tidak akan merusaknya. Aku sendiri selalu berusaha bicara tentang hal-hal yang bersifat umum, menghindari curhat dan membahas masalah pribadi, khususnya antara aku dan kamu.
Aku ingin menganggap hubungan itu sebagai hal yang wajar saja, tapi jujur kuakui aku takut kamu tahu. Aku tahu kamu tak bisa menerima apa yang aku lakukan. Aku tahu dalam batas mana aku bisa berhubungan dengan dia. Aku selalu ingat keluarga, dan tak akan berhubungan sampai taraf yang membahayakan hubunganku dengan kamu. 
Aku sadar kamu tak akan suka bila tahu hubunganku dengan lelaki itu, tapi aku selalu berharap bisa terus menjalin hubungan dengannya. Aku merasa terlanjur dekat satu sama lain dan bisa saling terbuka dalam banyak hal.
Kuakui ada perasaan khusus antara kami berdua, meski selama ini tidak pernah terus terang menyatakan suka antara satu dan lain. 
Aku sangat kecewa kamu menganggapnya sebagai suatu penghianatan kepercayaan kamu padaku. Aku tak berniat merendahkan kamu. Pikiran seperti itu sama sekali tidak ada. 
Aku hanya bisa akui, aku merasa memiliki kisah yang indah masa itu, tapi maafkan aku. Aku tak bisa seterbuka yang kamu mau, tapi aku tak bermaksud menutup-nutupi apapun. Aku tak bisa membuka bagaimana hubunganku di masa lalu seperti kamu. Aku yakin kamu tak akan suka mendengarnya, sama sebagaimana aku sejujurnya juga merasa sakit mendengar cerita masa lalumu.
Aku tahu telah melakukan kesalahan fatal. Aku hanya ingin memperbaikinya sebaik mungkin. Aku berharap kamu bisa memaafkanku, meski aku tahu ini tak mungkin terhapus dari pikiranmu selamanya.

Kamis, 09 Agustus 2012

SELINGKUH KARENA KDRT

Saya wanita usia 33 tahun tinggal di Jakarta. Pernikahanku dengan suami sebenarnya didasarkan atas rasa cinta, tetapi setelah menikah sikap suami berubah kasar. Bila ada masalah dia meluapkan kemarahan dengan kata-kata kasar, kotor, bahkan tidak jarang main pukul. 
Semula aku menyikapinya dengan penuh kesabaran, tetapi lama kelamaan aku tak tahan juga dengan sikapnya. Apalagi setelah kehidupan ekonomi kami semakin mapan, dia berubah menjadi semena-mena padaku. Tidak jarang tubuhku lebam oleh tendangan dan pukulan suami. 
Semula aku berusaha bersabar dengan sikap dan kata-katanya. Bahkan demi cintaku padanya aku berharap dia stroke saja, agar aku bisa merawatnya tanpa harus ada kekerasan.
Kesabaranku mulai habis ketika suatu hari dia bercerita tentang pengalamannya bersama wanita penghibur di panti pijat. Aku semakin tak tahan dan marah besar ketika suatu hari dia meminta ijin untuk menikah lagi dengan seorang janda. Dia bahkan tanpa bersalah bertelpon mesra dengan wanita di hadapanku.
Untuk menghibur batinku aku curhat pada mantanku. Meski tidak menyelesaikan masalahku dengan suami, hubunganku dengan mantanku cukup menghiburku. Beberapa kali aku janjian bertemu di mall dan rumah makan. Aku bahkan membelikannya BB agar bisa saling berkomunikasi dengan mantanku itu.
Untuk mengalihkan kesedihan hatiku aku semakin sering menghabiskan waktu dengan curhat dengan mantanku itu. Kami bahkan makin berani bertukar gambar sexy dengannya. Apalagi bila hubunganku dengan suami sedang memburuk.  
Beberapa kali kami sempat bertemu di rumahku saat suamiku pergi. Kami menghabiskan waktu bercumbu layaknya sepasang kekasih bahkan beberapa kali melakukan hubungan suami-istri.
Celakanya, suamiku tahu yang aku lakukan selama ini. Rupanya dia diam-diam menyadap BB-ku dan membuatku sama sekali tak berkutik lagi di hadapannya. Suami menghajarku habis-habisan, dan bilang akan menceraikanku. Dia juga membayar seseorang untuk membuat mantanku kehilangan pekerjaannya.
Meski begitu aku semakin berani melawan. Aku tahu dia tak mungkin menceraikanku karena tidak mau kehilangan anak-anakku. Aku tak mau kalah di hadapannya. Aku juga menyoal yang dia lakukan di luar rumah.  
Meski dengan hati yang hancur tidak karuan, akhirnya kamipun berbaikan demi anak-anak. Aku tak lagi berhubungan dengan mantanku. Aku bahkan dilarang memegang handphone kecuali untuk menghubungan keluargaku.   
Aku tak peduli bagaimana perasaanku dan suamiku saat ini. Yang penting keluargaku utuh. Aku tak dendam lagi padanya, dan kuharap diapun bisa memaafkanku. 

Senin, 16 Juli 2012

MENGEMBALIKAN KEPERCAYAAN SUAMI


Saya adalah seorang ibu yang beberapa bulan lalu pernah konsultasi karena susah lepas dari mantan pacar. Terus terang, saya kurang menuruti nasehat ibu. Sejak saat itu saya tetap berhubungan dengan mantan pacar saya. Selain berat sekali, saya pikir tidak ada salahnya saya tetap berhubungan, karena saya berusaha menganggap dia hanya sebagai teman. Apalagi saya juga tetap bersikap baik pada suami seperti biasa.
Saya malah berniat menjelaskan ke suami perihal hubungan saya, bahkan berencana mengajaknya berkenalan dengan mantan pacar agar suasananya berbeda, tapi rupanya suami lebih dulu tahu. Tanpa saya sadari, rupanya suami merekam telepon saya, mendownload email dan SMS saya. Saya sempat kesal dan sangat marah karena merasa tidak dipercaya lagi, tapi suami diam saja. Dia orangnya memang pendiam, tapi sejak saat itu kami tidak saling sapa beberapa hari.
Beberapa hari kemudian suami bilang sangat kecewa dan tak lagi percaya pada saya. Dengan wajah sedih, dia bilang tak ingin lagi bersama saya. Dia menganggap hubungan kami sudah tidak ada artinya, sudah berakhir. Berulang kali dia bilang ingin bercerai, tapi belum berani memutuskan karena mempertimbangkan anak-anak.
Terus terang saya merasa sangat shock. Saya tidak membayangkan sikap suami akan sejauh itu. Saya sudah berusaha menjelaskan berulang kali bahwa saya hanya berteman, tidak lebih, tapi suami seperti tak mau mengerti. Kami  sering berdebat panjang tanpa kesimpulan. Dia begitu kukuh dengan penilaiannya. Saya sempat curiga dia ada “apa-apa”, sehingga mencari-cari kesalahan saya.
Saya sedih, mengapa di saat saya berusaha mengubah sikap saya pada mantan pacar, justeru semuanya memburuk? Saya benar-benar kehabisan akal untuk menjelaskan. Saya sudah tun jukkan berbagai argumen betapa mantan pacar saya itu bukan apa-apa dibanding suami dan keluarga yang saya miliki, tapi sepertinya suami sudah tak bisa percaya lagi.
Terus terang saya takut suami benar-benar menceraikan saya. Saya tak bisa membayangkan seperti apa jadinya keluarga saya, terutama anak-anak. Kadang saya merasa bodoh karena terlambat mengikuti saran ibu, tapi rasanya tidak rela dituduh seolah telah berselingkuh.
Meski saya akui sempat ada perasaan khusus, tapi hubungan kami masih wajar-wajar saja. Kami cuma telepon, sms dan email, tak sekalipun pernah kontak fisik, tapi mengapa di mata suami sepertinya perbuatan saya tidak bisa dimaafkan lagi?
Meski bawaannya diam, suami saya seperti sudah gelap mata. Dia tetap memvonis saya seolah sudah melakukan kesalahan besar. Saya merasa sangat terpojok oleh kata-katanya, yang menurut saya tidak sepadan dengan kesalahan saya.
Saya benar-benar kuatir, cepat atau lambat hal yang saya takutkan akan terjadi. Saya ingin memperbaiki hubungan saya dengan suami, tapi mungkinkah? Bagaimana membuat dia percaya pada penjelasan saya? Bagaimana caranya mengembalikan kepercayaannya? Mohon jawaban secepatnya, sebab saya tak ingin salah bertindak dan terlambat mengambil sikap.
Ny. F - somewhere

Senin, 09 Juli 2012

MAAF, AKU TAK MUNGKIN JUJUR PADAMU


Menyenangkan sekali bisa berhubungan kembali dengan mantan pacar. Eh, sebenarnya bukan mantan sih…, soalnya aku dan Zaenal sudah sepakat tak akan pernah ada kata putus di antara kami. Aku senang kesepakatan itu dia tepati.
Senang rasanya bisa kembali berbagi kabar berita dengannya, berbagi cerita, berbagi canda tawa seperti dahulu kala, dan sesekali mendengar kembali bujuk-rayunya. Lega rasanya bisa menumpahkan kerinduan yang sekian lama tersimpan di dada. Bahagianya hatiku mendengar dia bilang masih suka padaku seperti saat dulu masih bersama, dan tak pernah berubah, meski dia telah bahagia dengan keluarganya.
Sejak kembali bisa bicara nyaman dengannya, aku menjadi selalu ingin kontak dia lagi dan lagi. Setiap kali memegang handphone, aku selalu tak sabar untuk segera menghubunginya.Aku merasa tak sabar menunggu balasan SMS darinya. Aku tahu kapan dia bisa dihubungi dengan bebas, diajak bertukar SMS silih berganti, atau telepon seolah tak mampu berhenti. Bersamanya benar-benar menjadi penghibur duka, di tengah beribu beban dan masalah yang tak henti mendera.
Dia lelaki paling sempurna di mataku. Selain pribadinya teramat baik, dia sosok yang paling bisa "ngemong" aku. Adikku, Anny, selalu bilang, Mas Zaenal adalah tempat curhat ternyaman. Akupun merasakan itu. Dekat dengannya selalu memberikan kedamaian yang tak pernah kudapatkan dari siapapun, termasuk mas Irfan, suamiku sendiri.
Sayangnya, pasangan resmiku ternyata mengetahui semua. Dia begitu kecewa karenanya. Seketika aku tak bisa berkata-kata, saat dia mengatakan semuanya. Aku sadar telah melukai hatinya. Diam-diam aku memang bermain hati di belakangnya, tapi aku tak rela dia menganggapku telah mengkhianatinya.
Saat kesedihannya mulai mereda, aku berusaha memperbaiki semua. Aku berusaha keras meralatnya. Berulang kali kutegaskan padanya, bahwa aku hanya berteman saja. Aku harap dia menganggap semua itu hanya sebagai hal biasa. Kuharap dia tak lagi mempersoalkannya, karena aku merasa tak melakukan apa-apa.
Dia memang tidak murka, meski raut kekecewaan begitu jelas memenuhi hari-harinya. Beribu penjelasanku ternyata percuma, bahkan hanya menambah duka hatinya, membuat aku semakin tak berharga di matanya. Kata-kataku hanya angin lalu baginya, bahkan membuatnya kian tak percaya, dan sama sekali kehilangan rasa percaya.
Aku kehilangan jalan untuk kembali meyakinkannya. Tanpa kusadari, penjelasan-penjelasanku yang begitu banyak justeru menegaskan betapa aku hanya berdusta. Di matanya aku tak lebih dari pendusta yang berusaha menutupi dusta dengan dusta.
Kuakui, aku memang tak mampu memberi penjelasan masuk akal padanya. karena dia terlalu banyak tahu lebih dari yang aku duga. Meski begitu, aku tak pernah menyerah untuk membenarkan diriku. Sering kali aku balik menyerang dia, terutama masa lalunya, tapi hanya mempertegas kedunguanku di hadapannya. Dia justeru kian yakin, betapa aku hanya berusaha menutupi kesalahanku.
Aku tahu dia hanya butuh kejujuran dariku, tapi aku tak mungkin  memberikannya. Aku tak mau dia menganggapku telah mengkhianatinya. Aku lebih suka berharap dia akan mempercayai ocehan bodohku suatu hari nanti, meski sepertinya sia-sia. Aku tahu perasaannya padaku tak lagi sama. Baginya, kehadiranku tak lagi seberarti masa-masa sebelumnya. Rasa tanggung jawab saja yang membuatnya bertahan. Andai bukan karena buah hati yang terlalu berharga baginya, dia pasti memilih mengakhiri kisahku bersamanya.
Sejauh ini dia baik-baik saja, tapi kuakui ada ruang hampa antara aku dan dia. Aku sadar dia hanya menempatkan aku sebagai teman di kehidupannya, bukan lagi sebagai kekasih. Sikapnya bahkan menegaskan betapa sebenarnya dia tak lagi membutuhkan aku meski tetap hidup bersama. Dia terlanjur memiliki keyakinan sendiri tentang aku. Dia memilih cara sendiri untuk menata hatinya di hadapanku, dan aku tak tahu bagaimana mengubahnya.
Kadang aku ingin memberikan kejujuran yang dia minta, tapi harga diriku terlalu berat melakukannya, tapi aku tak yakin akan memperbaiki keadaan. Dia manusia biasa, bukan malaikat. Aku tak yakin dia bisa menerima kenyataan di hatiku, sebab aku sendiri merasa berat menerima bila dia mengatakan yang tak aku inginkan.

Sabtu, 30 Juni 2012

SAAT MEMUTUSKAN MENIKAH


Saat aku memutuskan menikah, pada dasarnya aku belum merencanakannya dalam waktu dekat. Aku sadar, usiaku tidak terlalu muda lagi untuk terus membujang, tetapi study S3 yang baru aku tempuh menyita hampir seluruh perhatianku. Aku bahkan tengah berfikir keras bagaimana menyelesaikan studi itu lebih cepat dari kebanyakan kolegaku.
Aku bukan belum membutuhkan wanita. Aku bahkan sudah sangat membutuhkan seseorang yang pasti akan mendampingi hidupku, tetapi aku kehilangan sosok ideal, sehingga tak pernah ada yang benar-benar sempurna di mataku. Mungkin benar kata orang, pertambahan usia menjadikan seseorang kehilangan pilihan, dan itu terjadi padaku.
Kesibukan dan kesendirianku membuat aku tak merasa harus tergesa-gesa untuk memutuskan pilihan. Aku pasti akan terus merasa baik-baik saja, bila saja adikku tidak mendorongku untuk segera menikah. Aku tak mungkin membiarkannya terus membujang seperti aku, karena dia bilang tidak akan menikah sebelum aku.
Saat itu aku terlalu percaya diri, tak perempuan yang akan menolakku, termasuk kamu. Meski begitu aku selalu berfikir, tahun-tahun pertama rumah tanggaku pasti tak akan mudah. Saat itu aku masih kuliah, mencukupi kebutuhan sendiripun bukan hal mudah. Padahal pekerjaanku belum benar-benar mapan dan layak diandalkan. Itu sebabnya, aku selalu berfikir, menikah adalah menjemput masalah.
Karena aku harus segera melangkah, akupun bertanya pada diriku sendiri, apa yang sebenarnya kucari dalam hidupku. Akupun menyederhanakan kriteriaku. Aku butuh perempuan yang dari segi karakter dan fisik sesuai kriteriaku, yang cukup dewasa untuk mendampingi hidupku, yang mencintaiku dan hanya mencintai aku.
Di antara semua wanita yang ada di hadapanku, hanya kamu yang terbaik di mataku. Aku bahkan telah jatuh hati padamu sejak pandangan pertama. Hanya saja, sejujurnya ada satu yang menjadi pertimbanganku. Aku selalu berfikir dua kali untuk menjalin hubungan serius dengan perempuan yang telah berhubungan dengan lelaki lain, apalagi dengan kisah sedramatis kamu. 
Aku ingin seseorang yang hanya mencintaiku, tapi aku membuang beberapa kriteria itu karena aku pasti menyesal bila harus kehilangan kamu. Akhirnya kuputuskan menikahimu, meski akhirnya segudang perasaan ragu menghantuiku hingga hari  pernikahan. Bahkan hingga malam pertama kita, aku selalu bertanya, mengapa pernikahan tak seindah cerita orang.  
Aku begitu kecewa pada sikapmu. Sejak memutuskan menikah, sikapmu tampak tidak simpatik padaku. Aku merasa kamu belum menerimaku seutuhnya. Aku merasa kamu hanya terpaksa mengikuti kehendak orang tua.
Malam-malam pengantinku memberiku jawaban atas beribu tanya. Aku tahu mengapa aku merasa tak begitu berarti di hadapanku. Rupanya keraguanku bukan kenyataan semu. Batinmu memang belum sepenuhnya bisa menerimaku, meski kamu telah benar-benar bersedia menjadi istriku.
Kamupun mengakui semua itu, saat meminta aku mengerti perasaanmu, “Aku sudah empat tahun bersamanya, sedang dengan kamu baru kenal berapa bulan?”  Berulang kali kamu mengulangi beberapa kalimatmu, sekedar menegaskan betapa berartinya orang itu bagimu. “Dia itu sangat baik. Tak sekalipun aku melihat dia marah” Kamu juga menegaskan bahwa kalian mungkin tak bisa menikah, tapi bukan berarti kalian bisa berpisah, “Kami tak mengenal kata putus” begitu ucapmu entah berapa kali di hadapanku. Tangisan demi tangisanmu setiap kali bercerita tentang masa lalu menegaskan betapa kamu masih mencintai seseorang di luar sana.
Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di telingaku. Rasa ragu yang sebelumnya begitu mengganggu berubah menjadi rasa kecewa yang sangat dalam, rasa penyesalan yang tak henti menyiksa hari-hari awal pernikahanku. Setiap hari aku menangis. Aku selalu menyesali betapa bodohnya aku. Aku telah menikah seseorang yang sebenarnya masih mencintai orang lain.
Terus terang aku sempat berniat mengakhiri pernikahan sejak hari-hari pertama pernikahan kita. Aku tersiksa dengan kisah ini, tapi aku tak tega melihatmu meratap mengiba dan akupun mengurungkan niatku. Aku kian tak berdaya saat melihat sikap ibuku yang begitu sedih mendengar kisahku.
Perlahan kembali aku tata hatiku, mengubah cara pandangku padamu, melepas dan membuang jauh-jauh egoku. Aku mulai menatapmu dengan tatapan iba. Aku berubah, memandangmu matamu yang begitu lama tersiksa oleh kegagalanmu bersamanya. Aku tak peduli lagi dengan hatiku. Aku hanya merasa betapa aku tak punya hati, betapa egoisnya aku, betapa jahatnya aku, bila kehadiranku hanya menambah deritamu itu dengan kegagalan kedua.

Kamis, 19 April 2012

FIRST EXPERIENCE

Samas  22 Des 1997 
Pertama kali kita begitu dekat di sebuah kamar penginapan sederhana. Aku tak lagi ragu untuk menyentuhmu.  
Parangkusumo  31 Des 1997 -1 Januari 1998
Di malam tahun baru aku benar-benar tak ragu lagi untuk menikmati seks yang sesungguhnya untuk pertama kali.
Kaliurang, 7 Januari 1998
Aku kulum vaginamu. Kita doggy pertama
Kaliurang, 25 Januari 1998
Aku ingat kamu sedang tak ingin, tetapi tetap melayaniku hingga terkulai, tak sampai puas.
Di Rumah Jetis
Berbuka dengan seks.
Di Rumah Jetis
Di kamar tengah
Di Rumah Jetis
Kau kulum di kamar belakang
Di Penginapan Ngawi
Habis naik motor ML sambil mandi

Senin, 09 April 2012

MEMAHAMIMU DARI KISAH NOVA


Bu Rieny yth,
Saya adalah seorang ibu (usia 37 tahun) dari tiga anak (tertua 12 tahun bungsu 7 tahun). Hidup saya nyaris sempurna. Saya dan suami sama-sama lulusan S2, dan bekerja dengan penghasilan yang lebih dari cukup. Kami juga punya beberapa usaha yang memberi tambahan penghasilan yang lumayan. 
Saya dan suami menikah karena perjodohan. Pada saat itu orangtua kami resah karena sampai usia saya 25 tahun saya tidak memiliki pacar. Sebetulnya saya pernah berpacaran cukup lama dengan seorang lelaki, namun putus karena tidak disetujui orang tua. Sejak saat itu saya tidak pernah tertarik dengan lelaki mana pun, sampai akhirnya orangtua mencarikan jodoh untuk saya.
Sejak menikah hidup saya berjalan tanpa hambatan, walaupun saya tidak pernah benar-benar mencintai suami saya seperti saya mencintai mantan pacar saya. Sampai pada suatu hari tanpa sengaja saya bertemu dengan bekas pacar saya. Sejak itu hubungan kami kian tak terpisahkan. Kedekatan kami bukan karena nafsu, tetapi perasaan saling membutuhkan. Dialah shoulder to cry on, someone to rely on (tempat mencurahkan kesedihan dan tempat bersandar). Kami berdua sudah seperti soulmate.
Kebutuhan untuk tetap berhubungan sudah seperti candu yang mempengaruhi seluruh sendi kehidupan saya. Kebetulan aktivitas kami memungkinkan untuk sering bertemu. Sampai suatu saat, saya harus keluar dari pekerjaan karena mengikuti suami yang harus pindah ke J. Pada saat itu saya sudah sampai pada pemahaman bahwa hubungan kami sangat tidak masuk akal. Kami sama-sama telah menikah dan punya anak. Kami sama-sama sadar bahwa apapun yang kami lakukan, tidak akan mengembalikan keadaan seperti semula.
Akhirnya kami berpisah, sambil sama-sama menguatkan. Setelah itu saya memutuskan untuk melupakan dia dan kembali sepenuhnya pada keluarga. Masa-masa itu sangat sulit saya lalui. Dua kali saya masuk rumah sakit, dengan diagnosa yang tidak jelas. Saya sangat stres. Suami sangat bingung melihat keadaan saya. Tapi ketetapan hati saya sudah bulat, saya harus melupakannya, betapapun itu sangat menyiksa saya.
Masalah tidak berhenti sampai di situ. Pada tahun 2005 kembali saya secara kebetulan berkomunikasi dengan dia lagi. Ternyata 8 tahun tidak cukup bagi kami untuk melupakan perasaan ini. Cinta kami kembali bergelora. Kami tidak pernah bertemu, tetapi telepon, email, sms, berjalan dalam frekuensi yang sangat tinggi. Sungguh, Bu, untuk saat ini saya tidak sanggup lagi berpisah darinya.
Meski saya bahkan tidak bisa menemukan alasan logis yang bisa membenarkan hubungan kami, tetapi setiap hari kami saling menelepon, berbagi cerita. Itu saja. Tidak ada sentuhan fisik, tidak ada gelora nafsu. Tapi kerinduan yang luar biasa, kenangan masa lalu yang tidak pernah bisa benar-benar kami lupakan. Untuk sementara ini keluarga kami sama-sama tidak tahu.
Apa yang terjadi pada kami, Bu? Mengapa kami begitu sulit untuk berpisah. Begitu sulit untuk mengubah perasaan menjadi 'sahabat' saja? Kami sama-sama sadar bahwa hubungan kami sangat tidak pada tempatnya. Kami sama-sama menahan diri untuk tidak bertemu lagi, karena pasti akan membuat kami semakin sulit untuk berpisah. Tapi kadang-kadang saya berdoa agar Tuhan berkenan memberikan kesempatan kedua bagi kami. Gila, kan? Begitu sesaknya perasaan saya kalau saya ingat bahwa dialah sesungguhnya pemilik cinta saya, bukan suami saya.
Sampai saat ini saya masih tetap berhubungan, tapi saya berusaha menempatkannya sekedar teman. Bagaimanapun saya kuatir suami saya tahu dan akan merusak hubungan kami selama ini. Apakah ini bisa dibenarkan?
Bu, sejujurnya saya bingung. Apakah saya sudah sakit jiwa? Apa yang harus saya lakukan? Jawaban ibu sangat saya nantikan secepatnya, agar kegilaan saya tidak semakin menjadi-jadi 
Ny. F – somewhere



IKHLAS

Aku tahu mama punya pandangan tersendiri tentang orang itu. Mama punya keyakinan sendiri tentang yang menurut mama baik dan tidak, yang menurut mama pantas dilakukan dan tidak dengan orang itu. Dari penjelasan dan alasan-alasan mama selama ini, aku bisa merasakan, orang itu begitu istimewa buat mama. Batin mama tidak bisa lepas dari dia, dan sebenarnya ingin selalu terhubung dengannya.
Aku tidak tahu mengapa, dan tak ingin tahu, sebab mama juga tak mungkin memberi tahu. Ada sesuatu yang aku tak perlu tahu tentang mama. Mungkin aku memang tak perlu tahu semua hal tentang mama. Mungkin pula ada hal-hal yang mama tak perlu tahu tentang papa. Setidaknya, mama tak perlu tahu bagaimana perasaan papa.
Aku hanya bisa menerima ini sebagai kenyataan yang harus kuterima dan jalani. Yang jelas, kamu tetap satu-satunya istriku. Kita tetap sepasang kekasih hingga saat ini. Aku bersyukur dengan semua ini.

Kamis, 05 April 2012

SUAMIKU SEORANG GAY



Aku perempuan usia 37 tahun, punya satu orang anak. Sejak awal pernikahan aku sangat bahagia. Meski pekerjaan suami tidak menentu, tapi usaha yang aku miliki cukup untuk menghidupi keluarga. Sayang, kebahagiaan itu hanya bertahan tak lebih dari 3 tahun. 
Sejak usia anak kami hampir 2 tahun aku mendapati suamiku ternyata seorang homo seksual, gay. Aku tidak tahu bagaimana awalnya, sebab sebelumnya tak banyak paham soal laki-laki. Sejak menikah dia memang terkesan begitu sabar, termasuk urusan seks. 
Aku sendiri sebenarnya tak terlalu menuntut dalam urusan seks, tetapi sejak hamil tua aku mulai merasa lebih butuh nafkah batin itu. Aku pikir itu hanya karena bawaan hamil, tetapi setelah anak lahir ternyata aku semakin membutuhkan pemenuhan kebutuhan sexual.
Aku tak mempermasalahkan meski suami tak pernah bisa melayaniku sampai benar-benar puas. Aku tak berpikir jauh meski sering kali aku yang memaksa suami melayaniku. Aku mengira dia hanya kelelahan sehingga tak bisa melayaniku secara optimal.
Aku tidak mempersoalkan ketika belakangan dia mulai enggan memenuhi nafkah batin. Aku mulai resah ketika waktu demi waktu dia semakin jarang melayaniku. Apalagi kesibukan  mengurus anak dan usaha sudah cukup menyita energi.
Aku mulai benar-benar kesal saat suami mulai jarang pulang. Kalaupun pulang, hanya minta uang dan pergi lagi entah ke mana. Setiap pulang, dia selalu mengajak teman lelaki dan tidur bersama di kamar depan.  
Aku sempat curiga jangan-jangan dia punya wanita lain, tetapi rupanya dugaanku salah. Setelah berkali-kali bertengkar, akhirnya suami mengaku kalau dia sebenarnya seorang gay.
Dia memiliki "kekasih" sesama jenis yang beberapa kali pernah menginap di rumah. Hati saya mengetahui semua itu. Dia mengaku tak mungkin berubah menjadi laki-laki normal dan merasa nyaman dengan keadaannya saat ini.
Meski demikian, dia menolak mentah-mentah untuk menceraikanku. Apapun yang terjadi, dia ingin pernikahan ini dipertahankan sampai akhir hayat. Dia bilang padaku, "Lakukan apapun yang kamu mau, asalkan tidak bercerai denganku" 
Aku sangat bingung menyikapi keadaan ini. Di satu sisi aku membutuhkan kehidupan yang normal, tetapi aku juga tidak mau melakukan sesuatu yang dilarang agama.

Rabu, 04 April 2012

TAK TAHAN MENJADI JABLAY

Saya wanita 41 tahun dengan 2 orang anak. Suami saya berumur 51 tahun. Terhitung sudah 7 tahun suamiku nyaris tidak pernah menyentuhku. Sebenarnya saya sebelumnya tidak terlalu menuntut soal hubungan seks. Saya bahkan tidak terlalu mempersoalkan urusan kehangatan di ranjang. Saya cukup bahagia dengan yang diberikan suami selama ini. Apalagi secara ekonomi kami cukup mapan, bahkan suami pernah menjadi anggota DPRD di daerah saya.  
Saya mulai merasa tidak nyaman justeru sejak suami mulai jarang mengajak berhubungan intim. Dia selalu menolak bila saya mengajak bercinta. Setiap kali saya mencoba membicarakan masalah ini, biasanya hanya berakhir dengan perdebatan. Dia selalu uring-uringan kalau saya tanya soal itu. Saya sempat curiga dia punya hubungan dengan perempuan lain, tetapi saya sama sekali tak bisa membuktikannya. Akhir-akhir ini dia lebih sibuk dengan pekerjaannya, dan jarang sekali menemani saya tidur, apalagi bercinta.
Saya merasa sangat gelisah. Hidup saya terasa sangat gersang dan penuh dahaga cinta. Saya merasa sangat rapuh, sehingga saat bertemu seseorang yang begitu perhatian di Facebook, saya tak tahan dan akhirnya "berselingkuh" walau hanya di dunia maya. Meski saya merasa sangat terbuai oleh lelaki itu, saya tidak mungkin melakukannya di dunia nyata. Belakangan saya sangat kecewa dengan lelaki itu, karena ketahuan dia hanya mengharapkan materi dari saya, bahkan sempat menipu saya beberapa juta rupiah.
Di lain waktu saya bertemu kakak kelas waktu kuliah yang terus terang saya idolakan waktu itu. Gayung bersambut, rupanya dia mengaku juga punya perasaan yang sama dengan saya. Akhirnya, kamipun "jadian" meski tidak pernah bertemu. Terus terang, saya sangat bahagia bisa menjalin "asmara terlarang" dengan dia, meski belum sekalipun pernah bertemu kembali.
Saya bahkan tak sabar ingin sekali ketemu. Apalagi dia juga mengeluh punya masalah yang hampir sama dengan saya. Sayangnya, lelaki idaman saya ini super sibuk. Saya sangat kecewa, karena beberapa kali gagal bertemu. Saya tidak sabar ingin memperlihatkan betapa saya menyayanginya. Saya ingin mencurahkan segala keluh kesah dan kasih sayang saya padanya walau hanya sekali, tapi rupanya dia bukan laki-laki yang bisa selalu ada untukku.
Saya mencoba berpuas diri dengan berbagi kabat melalui dunia maya. Rupanya, status, komentar dan catatan yang kami buat di dunia maya terbaca oleh teman dan saudara-saudara saya, sehingga banyak yang curiga. Akhirnya, saya menghapus akun saya di FB dan memutuskan pertemanan. Apalagi si dia semakin jarang OL.       
Di tengah kegalauan hati yang selalu mengganggu perasaan saya, suatu hari saya diajak teman suami saat masih aktif di partai untuk jalan-jalan ke luar kota. Sebelumnya kami memang sudah saling mengenal, dan semakin akrab setelah dia jadi teman curhat saya. Hampir seharian dia dengan sabar menemani saya keliling kota tanpa tujuan, sampai akhirnya dalam perjalanan pulang dia mengajak saya mampir ke karaoke.
Itu pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tempat seperti itu. Di suasana yang begitu riang dan private itulah akhirnya saya melakukan hubungan yang tak seharusnya. Saya tidak bisa menolak kehangatan yang dia berikan di saat saya sangat-sangat dahaga akan kasih sayang. Di sisi lain, saya merasa berdosa. Saya merasa sangat bersalah pada suami yang baru saya sadari telah saya khianati.
Perselingkuhan itu memang begitu menghiburku dari deraan rasa sepi, tetapi beban batin dan rasa bersalah yang saya tanggung sama besarnya dengan kebahagiaan yang saya dapatkan. Saya tidak kuasa menolak setiap kesempatan yang datang, tetapi setelah beberapa kali terulang saya kuatir ini akan menghancurkan keluargaku dan keluarga si dia.
Saya benar-benar dalam dilema antara keinginan dan kebutuhan saya sendiri dan keutuhan keluarga saya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib anak-anak bila keluarga kami pecah. Setelah merasakan kisah terlarang itu, saya baru menyadari betapa keutuhan keluarga adalah harta berharga yang harus saya jaga. Itulah sebabnya akhir-akhir ini saya mulai menjaga jarak dari si dia. Saya ingin sekali menghakhiri kisah terlarang ini sebelum suamiku tahu.