Sabtu, 03 Mei 2014

SAHABAT YANG MEMPESONA

Sejak pulang dari reuni kampus beberapa waktu lalu, Nia, terlihat sangat bahagia. Keramahan canda, tawa dan keakraban, apalagi pujian hampir semua teman kuliahnya membuatnya merasa begitu istimewa. Saapaan dan dan sesekali godaan teman-teman kuliahnya yang laki-laki membuat wanita itu merasa telah menjadi bintang reuni hari itu. "Kamu kok seperti masih perawan aja?" pujian Asnan, seorang teman laki-laki yang hampir 20 tahun tak bertemu membuat ibu empat anak itu begitu berbeda.

Hingar bingar pertemuan sepanjang hari itu masih memenuhi ruang batinnya bahkan saat tiba kembali di rumah tengah malam. Meski baru saja melakukan perjalanan seharian, wanita cantik itu masih begitu bergairah. Sejak di perjalanan, Nia mulai menggoda sang suami, Tirta, dan begitu tiba di rumah langsung menarik suaminya ke peraduan dan meluapkan hasrat lebih dari biasanya. Padahal wanita itu hampir tiap hari mengeluh capek, malas, ngantuk, atau tidak mood meski seharian menghabiskan waktu di rumah. 

Sejak subuh esok harinya, Nia seperti tak sabar mengenang kembali betapa senangnya dia dengan reuni sederhana kemarin. Langsung saja dia kontak kembali teman-teman kuliah yang kemarin menjadi panitia. Tak terkecuali dia menyapa teman-teman lain yang baru saja terhubung kembali setelah sekian lama larut dalam kesibukan masing-masing. Wanita itu begitu senang dengan pengalaman reuni tempo hari dan seakan tak sabar ingin mengulangnya.

Entah apa sebabnya, wanita itu begitu surprise saat Nur, seorang karibnya semasa kuliah, memberitahu bila Asnan, teman kuliah yang bertemu saat reuni tempo hari berburu nomor teleponnya. Sebenarnya bukan hanya Asnan yang mengontak Nia baik via FB maupun HP, tetapi ada perasaan berbeda ketika Asnan, lelaki sebenarnya hanya dia kenal saat masih tahun pertama itu mencari tahu nomor kontaknya. Berbeda dari teman-teman lainnya, Nia begitu antusias menanggapi telepon, SMS atau chatting-an Asnan dibanding yang lain. Nia bahkan yang pertama kali menggoda lelaki berpostur gagah itu dengan SMS, sebelum akhirnya mereka kian akrab.

Sebenarnya tidak ada pembicaraan istimewa antara Nia dan Asnan. Asnan memanggil Nia dengan panggilan "Bu" dan Nia memanggil Asnan dengan panggilan "Pak". Mereka bahkan seperti baru berkenalan karena Asnan sebenarnya tak begitu ingat dengan wanita itu. Chatting, SMS dan teleponpun mulai sering mereka lakukan dan kian sering terjadi. Semula Asnan kelihatan asa-asalan chatting atau SMS, tapi Nia begitu antusias menanggapinya. Keisengan itu membawa Nia seakan terhipnotis oleh pesona lelaki itu.

Hari-hari Nia lalui dengan perasaan gelisah setiap kali Asnan tak segera membalas SMS atau telepon dari lelaki itu. Wajahnya sering terlihat kusut dan muram didera rasa gelisah yang tak dia mengerti. Meski kadang dia selingi telepon, SMS atau chatting dengan teman-teman wanita yang dulu sempat akrab dengannya, tetapi Asnan telah menjadi yang paling dia nantikan.

Saat sang suami tak di rumah, wanita itu begitu leluasa menghabiskan waktu dengan Asnan via telepon dan SMS. Menunggui anak bungsunya yang susah tidur selalu menjadi alasan wanita itu membuka kesempatan berbagi dengan lelaki yang mempesonanya. Ketika suami di rumahpun, Nia masih menyempatkan menanggapi sapa, canda dan godaan Asnan via FB secara sembunyi-sembunyi.  

Setelah beberapa kali nyaris kepergok suaminya, Nia mulai berfikir untuk lebih berhati-hato. Wanita itu berusaha tak terlalu sering kontak dengan lelaki itu. Dia sangat kuatir ketahuan seperti saat kontak dengan Zaenal dulu. "Kalau kita nggak saling kontak dulu gimana?" Tanya Nia pada Asnan suatu malam.
"Kenapa?" Tanya Asnan keheranan.
"Nggak kenapa-kenapa. Cuma kurasa kita terlalu sering aja kontak" Jelas Nia.
"Oke" Jawab Asnan seperti tersinggung lalu menghilang begitu saja, yang membuat wanita itu merasa tak enak hati.

Seharian Nia begitu gelisah. Wanita itu merasa telah mengecewakan lelaki itu. Beberapa kali dia meminta maaf, tetapi lelaki itu tampak enggan menanggapi. Merasa tak enak hati, Nia terus berusaha kembali mengontaknya. Nia begitu gelisah melihat Asnan tampak tak enak hati padanya. Beberapa kali wanita itupun kembali berusaha kembali mengambil lelaki itu, dan merekapun kembali dekat.

Tak seperti biasanya, berminggu-minggu wanita beranak empat itu berubah menjadi sangat protektif dengan hanphone-nya. Dengan raut gelisah, wanita itu selalu menggenggam handphone android itu di tangannya. Nia seakan enggan menjauh dari benda itu, bahkan saat tidurpun benda itu selalu didekap erat. Raut wajahnya jelas terukir raut gelisah penuh penantian.

Tirta suami Nia melihat jelas perubahan sikap istrinya. Wanita itu tampak kehilangan concern pada banyak hal dan berusaha menjauh darinya, apalagi saat menjawab telepon dari lelaki itu. Sehari-hari wanita berusaha menyendiri di ruang sepi dengan alasan ada pekerjaan yang harus dikerjakan, padahal sedang didera rasa penasaran pada kejenakaan, serta pujian demi pujian yang membuai dari sahabat baru yang mempesona. 

Nia sangat terkejut, seakan baru tersadar dari buaian saat mendapati sindiran sang suami di laman kronologi FB-nya. Sebenarnya sang suami hanya menceritakan tingkah istrinya selama kontak dengan Asnan yang mampu membuat perasaan istrinya begitu terbuai. Apalagi ini bukan pertama kalinya sang istri begitu, sebab jauh hari sebelumnya sang istri pernah mengalami hal serupa saat terbuai pesona Zaenal, mantan pacar Nia sebelum menikah. 

Semula Nia berusaha diam menyimpan rasa kagetnya dalam-dalam. Wanita itu berusaha bersikap seakan tak terjadi apa-apa, tapi entah kenapa dia tak kuasa menahan perasaan yang tak menentu. Meski semula ragu, akhirnya wanita itu beberapa kali telepon sang suami yang tengah di kantor, tetapi tak terangkat. Diapun kirim SMS, "Pa maafkn semua kesalahan mama ya mskpn mama tau ini tk mungkin buat papa.mama sayang papa mama ingin selalu bersama papa selamanya.mama ingin ktmu papa seceptnya mama ingin bicara." Bunyi SMS yang dia kirimkan, tetapi tak segera terjawab. Beberapa kali dia kembali telepon, tetapi tak juga terjawab. 

"Papa yg minta maaf sayang, ga bisa bahagiakan mama, g bs buat mama nyaman.Papa g ingin nyoal itu, krn ujung2nya pasti spt yg sudah2 & hny nyakiti prasaan mama.Lupakan sj spt yg sdh2.Papa g nuntut apa2 dr mama, kan?"  Tiba-tiba datang SMS balasan sang suami.

"Nggak sayang mAma yg mau minta maaf.mama mau berani jujur bercerita apa adanya dan jujur mau mengakui kesalahan mama.mama selalu menyakiti papa.mama nggak ingin menyembunyikn apa2 dari papa.papa skrg sama siapa mama mau tlp" Kembali Nia berkirim SMS, tetapi tak juga dibalas oleh sang suami.

"Pa maafkn semua kesalahan mama ya mskpn mama tau ini tk mungkin buat papa.mama sayang papa mama ingin selalu bersama papa selamanya.mama ingin ktmu papa seceptnya mama ingin bicara." Nia kembali kirim SMS, tapi beberapa saat tak juga terbalas.

Tak sabar menunggu SMS balasan, wanita itupun langsung telepon sang suami dengan menangis sesenggukan. Berulang kali dia meminta maaf karena telah mengulang kesalahan yang sama. "Sudahlah, nggak perlu ada yang disoal. Nggak perlu dibahas. Lebih baik kita bicara yang enak-enak saja atau yang memang bermanfaat" Jelas suaminya yang enggan menanggapi masalah itu.

"Aku merasa sudah terlalu tua untuk membicarakan hal-hal seperti itu. Lagi pula buat apa? Kalaupun dibicarakan, itu toh tak mengubah apapun, selain hanya menyakiti perasaan mama" Jelas sang suami menambahkan.

"Aku itu nggak ada apa-apa. Sungguh. Aku hanya segan sama papa kalau lagi telepon di dekat kamu" Dalih wanita beranak empat itu membela diri.

"Oke. Lagi pula aku kan nggak menyoal itu? Aku sudah berulang kali bilang, aku nggak berharap apa-apa dari mama, kan?" Sahut lelaki itu dengan nada enggan menanggapi. Ada perasaan geli keheranan di benak lelaki itu. "Alasan yang sama" Celetuk Tirta dalam hati.

"Hanya karena segan?" tanyanya dalam hati. "Berarti sama dengan telpon, SMS atau chatting sama Nor, Umi, mbah Harti? Masih juga berbohong!" Hati lelaki itu kembali berguman, tetapi Tirta tak mau menanyakan itu lagi pada istrinya.

Alasan itu membuat Tirna benar-benar yakin, jawaban istrinya tak akan jauh beda dari sebelumnya. Tak seperti saat menyoal hubungan istrinya dengan Zaenal dulu, kali ini Tirta seperti benar-benar memandang tak ada gunanya lagi bicara soal begini dengan istriny.  

"Sudahlah lupakan saja. Aku tahu seperti apa penjelasan kamu. Yang jelas, ini bukan pertama kalinya, dan kamu akan buktikan bukan terakhir kalinya. Jadi..., lupakan aja" Jelas lelaki itu menutup pembicaraan.  

Pulang dari kerja, Tirta benar-benar tak membahas masalah itu. Nia juga enggan bicara, sebab wanita itu tahu penjelasan apapun tak ada gunanya lagi. Seperti ucapan Tirta, mereka hanya berusaha berhubungan baik seakan tak terjadi apa-apa. Sesekali raut tak nyaman terlihat jelas di wajah sang istri, tetapi lelaki itu tetap tak tertarik membicarakannya.

Hari berlalu dengan perasaan yang sulit digambarkan. Nia terlihat berusaha tegar seakan dia tak punya beban apapun pada sang suami. Nia tak mau menempatkan semua itu sebagai kesalahan. Saat pikirannya terbawa kesedihan, Nia hanya memilih menyibukkan dirinya dengan memasak kue, membuat baju, belanja atau telepon teman-teman wanitanya.

Sejak saat itu, sebenarnya Nia berusaha putus kontak dari Asnan. Beberapa kali telepon dan SMS Asnan dia biarkan tak terjawab. Hatinya benar-benar terpukul oleh terulangnya kejadian yang membuat hubungannya dengan suami berubah tak mengenakkan. Nia berusaha tak menanggapi meski beberapa kali Nor selalu bilang Asnan mencarinya, "Asnan merasa kehilangan kontak" Goda Nur, tetapi wanita itu tak bergeming.

---***---

Beberapa minggu terakhir terasa begitu penat bagi Nia. Kegelisahan yang tak dia pengerti selalu memenuhi hari-harinya. Hanya berita-berita online danbrowsing pakaian di dunia maya jadi penghiburnya. Beberapa kali sapaan Asnan via SMS tak dia hiraukan. Nia hanya menanggapi dingin setiap kali Nur dan Umi bilang Asnan menanyakannya.

Beberapa kali wanita itu kembali membuka lama FB-nya. Banyak teman asyik chatting di sana, tetapi nama Asnan tak pernah muncul yang membuat Nia merasa aman turut serta. Entah kenapa beberapa waktu kemudian nama Asnan al-Qodri kembali muncul, tetapi dia enggan menyapa. Rupanya Nor memberi tahu lelaki itu kalau Nia kembali aktif chatting.

Kejengahan dan rasa tak enak pada Asnan membuat wanita itu kembali menanggapi sapaan lelaki itu. Kejengahan pada sang suami terasa menekan hatinya, Nia terpikir kembali menanggapi sapaan candaan Asnan. Apalagi saat wajah suaminya terlihat begitu egois di matanya. Suaminya terlihat selalu sibuk dengan pekerjaannya. Lelaki itu terlihat begitu fokus pada pekerjaannya setelah beberapa tahun terakhir perasaannya benar-benar hancur dan banyak pekerjaannya berantakan.

Beberapa hari terakhir Nia mengeluh sakit. Sepertinya gejala mag kambuh lagi, tetapi Tirta diam saja. Lelaki itu menilai istrinya tak benar-benar sakit. Dari wajahnya, wanita itu memang sedang terlihat stress, tertekan, tak bahagia, sebab rumah tangga itu memang sedang ada banyak masalah, tetapi Nia tetap saja asyik chatting via FB dan Whatzap.

Lelaki itu memilih menyibukkan diri dengan pekerjaannya yang bertumpuk. Saat mencari-cari bahan di internet, dia harus login via FB. Karena terlalu banyak logis pakai aku FB, dia mencoba login dengan akun sang istri, tapi iseng-iseng dia buka lama pesan. Ternyata sang istri masih kontak dengan Asnan, bahkan kali ini mereka kian akrab. Kali ini Asnan memanggil Nia dengan mbak, dan Nia tak kalah genit memanggil Asnan dengan Dik.

Sejak menikah, wanita itu memang mudah gonjing hatinya, apalagi bila sedang dirundung masalah. Nia memang tak berfikir untuk selingkuh. Dia hanya berfikir, "Dari pada suntuk menghadapi suami yang sibuk dan masalah bertumpuk, apa salahnya menghibur diri sendiri?"

Apalagi di saat Nia menyadari sepertinya penilaian suaminya tak akan berubah. "Apapun yang aku lakukan toh tak ada gunanya. Biar aja kalau dia tahu", Begitu pikirnya dalam hati.

Mungkin karena jengah dengan sikap suaminya, akhir-akhir ini wanita itu merasa kehilangan gairah pada suaminya. Meski kadang berusaha tetap mesra, tetapi dia tak mengingkari betapa dia sebenarnya gairah itu begitu muram. Yang pasti, hanya sapaan, candaan dan godaan Asnan yang kocak dan tanpa beban yang mampu memancing gairah itu berdesir dalam jiwanya. 

Sebenarnya hubungan Nia dan Asnan memang hanya sebatas teman sama dengan teman-teman dia yang lain. Hanya saja, Nia mengakui kedekatan batinnya dengan teman-teman yang lain tidak sedekat Asnan. Tidak ada yang mampu membuatnya tertarik untuk berbagi, sekedar menyapa atau saling goda melebihi teman dekat yang satu ini. Kedekatan itu terlihat saat Nia mulai nyaman mengorek urusan yang pribadi seorang laki-laki.

Itu terlihat saat Tirta membaca chatting-an istrinya dengan Asnan akhir-akhir ini. Terakhir Asnan berhasil memancing perhatian wanita itu dengan curhat soal urusan pribadi, sebuah curhatan tak lazim dari seorang lelaki yang konon berstatus kyai dengan seorang wanita cantik, istrinya. Nia begitu antusias menanggapi cerita Asnan soal hubungannya dengan seorang wanita, yang boleh dibilang selingkuhan.

Sebenarnya Asnan tak menceritakan hubungan itu dengan jelas, bahkan beberapa jawaban Asnan sering kali terlihat main-main, tetapi sepertinya Nia begitu antusias menaggapinya. Nia bahkan yang lebih sering memancing Asnan untuk cerita. Niat selalu menanggapinya dengan begitu bersemangat, meski sering kali lelaki itu menjawab asal-asalan, seakan iya seakan tidak.

Tirta paham istrinya sedang digoda, dan Nia mulai tergoda. Asnan berhasil membuat Nia begitu berarti, merasa didengar, diperhatikan, dan berjasa membantu sahabat barunya. Pastinya Nia tertarik menanggapi curhatan lelaki itu, sesuatu yang jarang dia lakukan kecuali dengan Umi, teman kuliahnya yang memang sedang ada masalah keluarga. Bahkan dengan bangga wanita itu bercerita pada Nur, sahabatnya, "Lucu Nur, aq tertawa sendiri, soalnya aq seperti emak2 yang lagi nasehati anaknya" Begitu ujarnya pada Nur.

"Ya sudah, selamat mantenan lagi, biar tambah momongan" Dengan yakin Nia memberi nasehat pada lelaki itu. Padahal dia paling pantang bicaran hal-hal berbau seks dengan laki-laki selain suaminya, tetapi sikap Asnan membuatnya seakan-akan orang terdekat Asnan, kakaknya atau ibunya. Wanita itu tampak begitu bangga melihat Asnan yang selalu bersikap manis dan penurut padanya seakan lelaki itu di pangkuannya. Selain sering memujinya, Nia merasa begitu berarti saat Asnan menyebut hubungannya dengan istri dan dua anaknya kembali baik berkat nasehat Nia. Asnan berlagak bloon seakan tak tahu yang harus dilakukan 

Nia baru berfikir merasa digoda oleh lelaki itu saat chatting dengan Nur. "Nur aq lihat fotonya yang lagi crmh tertawa sendiri. kok aq nasehati kiyai gitu"Pesan Nia merasa bangga sekaligus ragu.

"Aku juga berfikir begitu. Masa Kyai curhat sama kamu?" Jawab Nur, yang seketika membuat Nia ragu. Jawaban Nur membuat wanita itu mulai ragu Asnan hanya mempermainkannya. 

Melihat Asnan masih online, Tirta sang suami, iseng-iseng men-sceamer FB sang istri, lalu mengajak chatting Asnan. Semula dengan nada biasa-saja, lalu perlahan memancing lelaki itu dengan pesan-pesan nakal, dan gayungpun bersambut. Lelaki itu benar-benar menggoda istrinya, bahkan mengajak bertukar foto bugil. Tirta menjanjikan mau melakukannya tetapi dengan dalih berbelit-belit tetapi menggoda.  

Tirta bahkan memancing lelaki itu, "Mengapa nggak mau kontak aku lagi?" dan tak lupa menghapus chatting nakalnya dengan Asnan agar istrinya tak tahu. Karena tergesa-gesa Tirta sempat kuatir jejak sceaming-nya diketahui, tetapi sampai rumah dia merasa aman-aman saja.

Ayah empat anak itu bahkan dapat menggoda Asnan lebih nakal lagi. "Kenapa sih main sama cewek lain? Apa sama mbake nggak cukup?" Goda Tirta yang memerankan Nia. "

Kalau mbake oke, adike ga mngkin nolak" Jawab Asnan nakal. 

"Tapi ga boleh nakal, ya?" Balas Tirta.

"Nggih..." Jawab Asnan berlagak bloon.

Tirta sempat kuatir sceamingnya salah pencet, tapi andaikata istrinya curiga sama sekali tak kuatir. Dia sangat yakin istrinya tak mungkin bicara soal itu, seperti halnya dia sendiri.

Meski saat Tirta pulang kerja Kamis lalu Nia sudah menghapus rekaman chatting-nya dengan Asnan, sepertinya kenakalan Tirta kali berhasil. Lelaki itu berhasil membuat Asnan penasaran. Di sisi lain, diam-diam penasaran dengan sikap Asnan. Wanita itu berusaha memastikan Asnan tidak main-main dan yang dia katakan tempo hari memang benar. 

Setelah merasa putus kontak sejak Nia ketahuan sang suami, Asnan dan Nia kembali kontak itu via SMS lalu telepon. Sepertinya Asnan ingin memastikan obrolannya via FB dua hari terahir memang benar. Sementara Nia juga ingin memastikan tidak sedang dikerjai sahabat yang mempesonanya itu.

Tirta tenang-tenang saja saat tahu istrinya sedang telepon dengan Asnan, sebab lelaki itu tak mungkin bertanya soal ajakan nakal via FB sebelumnya, kecuali istrinya memang menaggapi. Sejak telepon siang tadi, Nia kelihatan mulai jaga jarak dari suaminya. Sepertinya Asnan dan Nia mulai curiga ada yang bermain di tengah keakraban mereka akhir-akhir ini.

Mungkin itu sebabnya FB Asnan sama sekali tak ol seharian ini, tetapi Tirta tak peduli dan tetap asyik bekerja seakan tak melihat apa-apa. Lelaki itu begitu menikmati ulahnya "ngerjain" sahabat yang mempesona istrinya. "Hidup itu ternyata tetap menyenangkan meski terpaksa hanya dapat dinikmati dengan cara tak semestinya" Guman Tirta dalam hati, sementara Nia memilih bungkam dan berusaha asyik dengan dunianya sendiri.