Selasa, 13 Mei 2014

ISTRIKU KEKASIH ORANG LAIN

Saat memutuskan menikah denganku, istriku sepakat dengan Zaenal, kekasihnya saat itu. Mereka sepakat tak TAK ADA KATA PUTUS di antara merek, meski akhirnya harus menikah dengan orang lain, aku. Keputusan itu mereka pilih karena:
1.  Perpisahan itu bukan karena keinginan mereka.
Berulang kali istriku menegaskan bahwa menikah denganku bukan keinginannya. Pernikahan ini karena kemauan orang tuanya, bukan dia dan Zaenal. Aku hanya suaminya, bukan kekasihnya. 
2.  Zaenal dan Istriku cocok 100%
Secara kasat mata istriku menilai Zaenal adalah satu-satunya lelaki terbaik dalam hidupnya. Dia merasa sudah sangat cowok (kuffu) dengan zaenal dalam segala hal. Satu-satunya penghalang hanyalah ayahnya yang percaya khurofat dan tahayul.
3.  Zaenal adalah Kisah Tanpa Cela
Istriku selalu mengenang betapa semua yang pernah dia jalani bersama Zaenal adalah kisah paling sempurna dan serba indah dalam hidupnya. Wanita itu selalu memuji Zaenal sebagai lelaki penyabar, sangat baik, sangat pengertian, dan mampu membuatnya merasa nyaman. Zaenal adalah tempat curhat ternyaman menurt istriku. Tak ada yang sebaik Zaenal di hatinya.
4.  Istriku Selalu Kangen Zaenal
Diam-diam istriku selalu mencari kabar Zaenal lewat mbak Umi Batu Malang, teman KKN yang pernah jadi "mak coblangnya" dulu. Beberapa kali mereka saling telepon dan SMS. Istriku kelihatan begitu bahagia dapat kembali dekat dengan Zaenal. Dia begitu marah ketika kupergoki sedang melepas kerinduannya pada lelaki itu. Dia bertekad akan terus berteman dengan Zaenal, dan tak ada yang bisa menghalanginya. Dia baru melunak ketika aku mulai pikir-pikir soal kelanjutan pernikahanku dengannya.
"Kalau memang masih cinta kenapa nggak cerai saja dari aku dan menikah dengan Zaenal?" Tanyaku. "Bukankah bapakmu yang selama ini menjadi penghalang cinta kamu, sudah meninggal dunia?" Dia malah bilang, tak akan menikah dengan Zaenal.
Buatku, pernikahan ini benar-benar ujian hidupku. Aku berjuang antara membela egoku dan masa depan anakku, dan aku memilih yang terakhir. Apapun yang aku rasakan tak lagi penting buatku.