Senin, 16 September 2013

MALAM PERTAMA KAGET DISENTUH PENIS

Sejak masuk kamar pengantin, penis Abid sudah menegang. Di benak lelaki itu terbayang akan indahnya malam yang dia lalui hari ini. Penantian akan terbukanya misteri hubungan suami istri terasa begitu di depan mata.
Setelah saling cerita banyak hal, Abid dan Nia mulai ngobrol sambil tiduran. Nia hanya tersipu saat tangan Abid mulai meraba perutnya, dan perlahan membuka kancing baju baby doll itu satu persatu. Batin Nia merasa geli saat Abid memintanya membalikkan tubuh agar dapat melepas kacing BH yang dikenakannya.
"Kok langsung ke sini-sini, sih?" Tanya Nia keki. 
"Kan ini malam pertama?"
"Memangnya kenapa?" Tanya Nia pura-pura tak tahu.
"Kok kenapa, sih? Ya, umumnya pengantin ngapain?"
"Aku nggak tahu" Jawab wanita itu.
"Masak nggak tahu?" Sahut Abid.
"Ya pernah dengar, sih. Cuma aku bayangkannya ya cuma ngobrol-ngobrol saja"
"Harusnya ini kan pertama kalinya kita melakukan hubungan suami-istri?" Sahut Abid tenang.
"Kalau aku nggak mikir soal begituan"
"Kok bisa?"
"Bener. Kemarin aku bilang sama mbak Umi. Duh, mbak. Gimananya? Rasanya malu" Jelas Nia.
"Itu sebabnya aku beli selimut tebal ini" Lanjut nia.
"Menurutku ya normal saja, sih. Setiap pengantin pasti begitu"
"Em.... Kalau aku nggak tahu, ya. Bayangkan saja sudah malu" sahut Nia.
"Gimana, ya? Tiba-tiba tidur sekamar dengan laki-laki. Aduh... gimana, gitu?" sambung Nia lagi.
"Ternyata gimana?" sahut Abid sambil menindihkan kaki kanannya di atas paha Nia, hingga penisnya yang menegang di balik sarung sedari tadi menyundul pinggang gadis itu.
"Emh... Gimana, ya?" Sahut gadis itu terbata-bata. 
"Gimana?" Tanya Abid, tetapi wanita itu hanya diam dengan wajah merah padam. Urat lehernya berdenyut-denyut seiring degup jantungnya yang kian berpacu.
Beberapa kali Nia memejamkan mata seperti merasakan sesuatu yang teramat berat. Tubuhnya menegang saat jemari Abid menyusup di balik celana baby doll warna krem yang dia kenakan.
"Mas...." Sergahnya sembari menahan jemari lelaki itu.
"Kenapa" Tanya Abid.
"Aku takut" Ucapnya sembari menatap suaminya.
"Kenapa?" Sahut Abid lembut, tetapi beberapa saat wanita itu terdiam seperti enggan bicara.
"Mas... Jangan dulu" Sergahnya sembari menahan celana yang dipelorotkan suaminya.
"Kenapa, sayang" Bisik Abid yang mengurungkan niatnya, lalu memeluk tubuh wanita itu dari atas, hingga penisnya menyundul permukaan vagina istrinya yang masih terbungkus celana baby doll dan celana dalam.
Nia balik memeluk erat tubuh suaminya saat lelaki itu bermaksud bangkit dari pelukan. Wajah wanita itu tampak kian tegang, bahkan gemetar, dan berusaha menolak saat suaminya kembali mencoba melepas celananya.
"Sayang...., Ini malam pengantin kita" Bisik Abid.
"Aku aku takut. Jangan sekarang" Rengek Nia sembari memeluk erat punggung suaminya.
"Kenapa?" Bisik Abid lagi.
"Aku takut sakit" Rengek Nia.
"Kita coba pelan-pelan, sayang" bujuk Abid lagi.
"Tapi...." Rengek Nia yang kian erat mendekap tubuh suaminya.
"Oke, kita ngobrol aja dulu" Jawab Abid bersabar, yang membuat Nia melepaskan dekapannya.
"Kamu mikir apa, sayang?" Bisik Abid.
"Aku takut" Lagi-lagi Nia merengek.
"Kenapa?" Tanya Abid lagi. Sejenak Nia menghela nafas sambil memandangi suaminya.
"Kok besar sekali?" Rengeknya.
"Masak?" Sahut Abid.
"Memang kamu pengennya yang seberapa?" Tanya Abid menggoda.
"Idih.... Ngaco ini" Sergah wanita itu. Keduanyapun kembali terlibat obrolan seputar seks.
"Aku kaget waktu ini tadi nyentuh pinggangku" Jelas Nia.
"Aku kaget. Aduh, kok besar sekali. Apa cukup? Apa nggak sakit?" Lanjutnya.
"Memang kamu pikir seberapa?" Sahut Abid.
"Aku pikir kaya punya anak kecil itu" Jawab Nia. Setelah ngobrol beberapa lama akhirnya Nia membiarkan jemari Abid menyusup di balik celana dalamnya. "Idih..., basah" Seru Abid lirih. Nia hanya mengerling keki.
"Berarti sudah siap, nih" Sergu Abid seraya bangkit dan berusaha melepas celana panjang dan celana dalam istrinya. Nia hanya tersenyum keki melihat ulah suaminya yang terlihat begitu menginginkan hubungan intim.
Nia hanya menurut saat Abid membuka pahanya dan mencoba menekan ujung penisnya di sela bibir vaginanya yang mulai basah. 
Vagina itu terasa kesat saat ujung penis mulai ditekan ke dalam. "Aduh... Pelan-pelan" Sergah wanita itu kesakitan. Abidpun menarik lagi penisnya, lalu mengusik liang vagina itu hingga terasa basah, lalu kembali menusukkan ujung penisnya ke dalam vagina, tetapi lagi-lagi Nia merasa kesakitan. Nia bahkan hampir menolak karena beberapa tusukan ujung penis terasa sakit di vaginanya, tetapi melihat Abid yang tak henti mencoba, wanita itu membiarkan suaminya melakukan yang dia inginkan.
Setelah mencoba, akhirnya penis Abid benar-benar masuk ke dalam vagina istrinya. Perasaan lega terpancar di wajah keduanya, meski saat digerakkan Nia selalu merasa kesakitan. Tak berapa lama Abid ejakulasi di dalam vaginya istrinya dengan perasaan lega luar biasa.
Nia bangkit melihat vaginanya sendiri saat Abid selesai menumpahkan seperma di dalamnya. "Kok nggak keluar darah ya, mas" Rengeknya.
"Nggak tahu. Katanya kan nggak selalu keluar darah? Apalagi kalau umur wanita sudah dawasa" 
"Tapi terasa sakit" rengek Nia.  
"Mungkin karena selaput daranya robek" Sahut Abid menenangkan. Keduanya begitu bahagia karena telah membuka lembaran baru kehidupan rumah tangganya.