Sabtu, 14 September 2013

MALAM PERTAMA GAGAL, MESKI TINGGAL BUKA CELANA DALAM

Mahmud (29 th), bukan nama sebenarnya, sudah menjalin hubungan dengan Rahma (22 th) sekitar 2 tahun. Ketampanan Mahmud yang bekerja sebagai guru SLTA di sebuah pesantren di Jawa Timur membuat banyak cewek tertarik kepadanya, tidak terkecuali Rahma yang belajar di pesantren di dekatnya.
Tidak seperti gaya pacaran anak sekarang, hubungan mereka sebatas bertemu di ruang tamu asrama pesantren. Status sebagai orang pesantren membuat hubungan keduanya hanya sebatas ikatan batin. Selama dua tahun menjalin berhubungan, mereka bahkan belum sekalipun bersentuhan, meski hanya berjabat tangan. Keduanyapun sepakat menikah saat gadis cantik itu tamat sekolah. Setelah proses lamaran berjalan lancar, merekapun duduk di pelaminan dengan rona bahagia. Di depan tamu, para guru, dan teman-teman keduanya tampak bahagia dengan pernikahan yang mereka jalani. Usai resepsi pernikahan yang meriah, keduanya tampak selalu bersama melayani tamu, makan, dan saat malam mulai larut keduanyapun masuk kamar dengan wajah berseri.
Setelah ngobrol beberapa saat, dengan gerakan ragu Mahmud membuka pakaian istrinya. Lelaki itu benar-benar tak tahan melakukan sesuatu yang selalu diimpikan oleh umumnya lelaki saat malam pengantin baru. Semula Rahma merasa rikuh dengan ulah suaminya. Perasaan malu mendera batinnya saat kancing demi kancing baju terbuka, tetapi wanita cantik itu tak kuasa menolak, meski dengan wajah keki dan tegang.
Wanita itu menyergah malu dengan wajah merah padam menahan pakaian panjang yang dikenakannya dilepaskan suaminya, namun tak menghentikan hasrat Mahmud melepas gaun panjang itu hingga benar-benar terlepas. Rasa tegang benar-benar mendera wanita itu saat suaminya berusaha melepas Bra yang menutupi buah dadanya yang ranum. Seketika wanita itu membungkukkan tubuhnya sambil menyilangkan lengan di dada sambil menutupi wajahnya.
Mahmud semakin tak sabar melihat tubuh istrinya tinggal berbalut celana dalam. Lelaki itupun bergegas melepas kemejanya. Melihat sang suami melepas sarung, tiba-tiba Rahma langsung lengkup di tempat tidur sambil membungkus tubuhnya dengan selimut.
Dengan tubuh gemetar, wanita itu memegang erat selimut hingga Mahmud kesulitan membukanya. Wanita itu tetap bertahan dalam selimutnya meski Mahmud tak henti membujuk dan merayu. Saat Mahmud berusaha melepas selimut dengan sedikit memaksa, Rahma justeru menangis sambil meringkuk di sisi tempat tidur.
Tangisan itu membuat Mahmud iba dan menghentikka aksinya. Beberapa saat lelaki itu berusaha menenangkan istrinya, tetapi wanita itu tak bergeming. Beberapa saat kemudian, wanita itu justeru bangkit dan kembali mengenakan pakaiannya, lalu pergi keluar kamar dengan wajah muram.
Setelah berpakaian, Mahmud keluar kamar, dan melihat mertuanya tampak membujuk wanita itu untuk kembali masuk kamar. Wanita itu tetap menolak masuk kamar meski beberapa lama dibujuk. Dengan langkah gontai Mahmud kembali ke kamar sendirian setelah mertuanya memintanya bersabar. 
Mahmud hanya tertegun dengan semua yang terjadi malam itu. Dia hanya berharap penolakan istrinya hanya karena belum siap berhubungan intim saja. Dia berharap esok hari istrinya akan bersedia melayaninya seperti yang dia lazimnya pengantin baru, tetapi esok paginya sang istri justeru tak lagi di rumah.
Meski dulu dia menyukai lelaki itu, setelah menikah wanita itu merasa begitu muak pada suaminya, tanpa dia tahu sebabnya. Dia merasa tak siap menikah dengan laki-laki itu, tanpa dia jelaskan. Bujukan gurunya di pesantren dan teman-temannya tak mempu mengubah pendirian wanita itu. Beberapa bulan berikutnya, wanita itu bahkan menggugat cerai, dengan alasan tidak ada kecocokan.