Jumat, 08 Maret 2013

SUDAH KEHILANGAN APA, SIH?

Aku pernah tanya pada dik Iid. Dia cewek yang main backstreet karena hubungannya tidak disetujui orang tua. Dia tetap bertahan sekalipun dimaki, bahkan dipukuli ayahnya karena tetap mempertahankan hubungannya.
"Jane sampeyan ki wis kelangan opo to, kok nekat koyo ngono" Tanyaku sambil bercanda.
Di luar dugaan dia menamparku, meski berhasil kuhindari. Dia teramat sangat marah dengan pertanyaanku. "Kamu pikir aku ngapain?" Tanyanya memaki, dengan mata melotot. 
Setelah itu dia menangis tersedu-sedu. Dia bilang sangat kecewa dengan pertanyaanku. Dia merasa aku merendahkannya karena pertanyaanku. "Kata-kata ayahku yang paling menyakitkan ya seperti itu" Tegasnya. "Sak jane, kowe ki wis diapakne ae kambek Arif? Hatiku sakit sekali dikata-katain seperti itu"
Saat amarahnya mereda aku jelaskan, kalau aku benar-benar tak bisa memahami perasaan  seseorang yang begitu ngotot menjalin hubungan, sekalipun tidak disetujui orang tuanya. Aku tak begitu percaya seseorang bisa jatuh cinta pada seseorang itu sampai segitu kuatnya. 
Mungkin itu karena aku tidak pernah merasakannya. Aku memang pantang berkonflik soal cinta. Bagiku sangat naif meributkan soal pilihan pasangan hidup, berebut pacar, apalagi berkonflik dengan orang tua untuk urusan cinta. Kalau tidak bisa memilih satu orang, bagiku selalu ada orang lain. Tidak ada manusia yang terlalu sempurna di mataku. Tidak ada perempuan yang tak tergantikan. Tidak ada cinta yang buta, apalagi membabi buta. Tidak ada.
Aku bilang padanya, "Kalau kamu bilang menyukai aku, mau kalau menikah dengan aku, berarti kekasihmu itu bukan tak tergantikan. Kamu mestinya bisa menerima orang lain. Karena itu, aku pikir tidak mungkin kamu bersikukuh memilih seseorang, kalau bukan karena sesuatu, satu alasan yang sangat kuat" 
Aku tetap tidak paham ketika dia menjelaskan alasan-alasannya. Bagiku alasan-alasan itu seharusnya tidak cukup kuat untuk bertahan, tetapi aku sama sekali tak membantahnya. Aku hanya menganggukkan kepala tanda paham, meski sebenarnya itu alasan konyol buatku.
Entahlah, sepertinya orang yang sedang jatuh cinta punya alasannya sendiri, yang aku tak pernah pahami.