Untuk meredakan tekanan batin, orang tua jaman dulu sering mengajarkan untuk bersabar, dengan mengatakan, "Setiap pasangan pasti memiliki masalah", "Menikah dengan siapapun pasti menghadapi konflik", atau "Setiap suami-istri pasti menghadapi sesuatu yang menyebabkan air mata mengalir"
Di satu sisi, ajaran itu dapat meredakan konflik dan ketidakharmonisan. Masalah adalah sesuatu yang pasti, sehingga setiap pihak harus bersiap-siap menerimanya sebagai kenyataan hidup. Di sisi lain, ungkapan seperti itu sekaligus mengekspresikan ketidakmampuan pasangan untuk keluar dari masalah.
Ketidakmampuan menyelesaikan masalah, sebagian pasangan menghabiskan sepanjang hidupnya untuk belajar menerima masalah abadi yang tidak pernah terpecahkan. Mereka yang memilih mengakhiri hubungan adalah mereka yang benar-benar tak dapat keluar dari tekanan.
Agar masalah dapat diselesaikan, setiap pasangan seharusnya memahami bahwa masalah dalam kehidupan pasangan dapat dipilahkan menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu masalah komitmen dan keseharian.
Ketidakmampuan menyelesaikan masalah, sebagian pasangan menghabiskan sepanjang hidupnya untuk belajar menerima masalah abadi yang tidak pernah terpecahkan. Mereka yang memilih mengakhiri hubungan adalah mereka yang benar-benar tak dapat keluar dari tekanan.
Agar masalah dapat diselesaikan, setiap pasangan seharusnya memahami bahwa masalah dalam kehidupan pasangan dapat dipilahkan menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu masalah komitmen dan keseharian.
Jenis masalah:
1. Menyangkut Komitmen
2. Problem Kehidupan
Keyakinan banyak orang bahwa setiap pasangan pasti mempunyai masalah menjadi bukti kultural ketidakmampuan kebanyakan pasangan menjalin hubungan harmonis.
Untuk menjalin hubungan yang harmonis