Minggu, 03 Maret 2013

MASA DEPAN CINTAKU

Kisah ini memang jauh dari sempurna, jauh dari kata memuaskan. Cinta suci yang ada di benakku benar-benar hayalan yang harus dilupakan. Hanya ada kisah nyata, yang harus dijalani sebagaimana adanya. Aku benar-benar tak punya pilihan.
Mengecewakan memang, tapi tetap lebih baik dari pada menghancurkannya. Membahasnya tak memberi manfaat apapun selain mengorek rasa kecewa, membuat sedih dan putus asa. Jika tak bisa raih seluruhnya jangan tinggalkan seluruhnya. Lebih baik ada yang dapat dinikmati dari pada tidak sama sekali. Inilah kenyataan hidup dan harus dijalani. Titik.
Pertama, aku tak akan menuntut apapun dari istriku, bahkan sekedar kepuasan seksual. Dia juga sudah cukup menderita dengan semua ini. Yang jelas, kami sudah jadi satu keluarga, dia istriku dan aku suaminya, dan ini harus dipertahankan demi anak-anak. Aku bahkan tak meminta dia melupakan kekasihnya yang dulu, sebab ini sudah soal hati, soal perasaan. Tak ada yang bisa memaksakan hati, bahkan Tuhan sekalipun. Aku tak akan menghalangi bila dia masih berhubungan dalam konteks apapun. Siapa tahu dapat sedikit membuatnya terhibur. Aku tak akan menyakiti diri sendiri dengan rasa cemburu.
Kedua, Aku sendiri juga akan bebaskan perasaan dan pikiranku. Aku akan merasa, berfikir dan berbuat yang sama dengan dia. Menikah bukan halangan untuk bisa berhubungan dengan siapapun, teman baik ataupun bekas kekasih. Sekedar berteman tidak ada salahnya. Kalaupun terjadi sesuatu itu urusan nanti, bukan dipermasalahkan di depan. Segalanya yang belum jelas hanya akan membuat pertengkaran, dan itu tidak menyenangkan.
Ketiga, aku akan berusaha nikmati kisah ini dalam hal-hal yang memang bisa dinikmati. Bagaimanapun punya perempuan lebih baik dari pada tidak. Meski tidak sering, sesekali aku masih dapat menikmati kemesraan yang aman. Sekali lagi aku tak akan banyak menuntut, ada dinikmati, tidak ada juga tidak apa-apa. Enam tahun selalu begitu dan aku tak mempermasalahkan meski juga jauh dari yang aku butuhkan. Ketika kita sudah salah langkah, semuanya memang cenderung serba salah dan tidak memuaskan.
Keempat, aku harus tetap bekerja untuk diriku sendiri. Aku harus kurangi pengabdianku padanya, sebab potensial mencelakakan diri sendiri. Bagaimanapun aku harus tetap hidup, tetap eksis. Segalanya memang telah jauh berbeda dari sebelum menikah, tapi aku tak boleh tinggal diam. Aku tak mimpikan lagi jadi penulis atau orang beken dan banyak duit. Yang jelas, aku harus jadi orang mandiri biar tidak terus dilecehkan.
Kelima, aku harus menjaga jarak dari keluarganya. Aku tak mau jadi budak ambisinya. Kalau berhasil mereka yang jadi raja, kalau gagal ini kegagalanku sendiri. Celaka sekali kan? Aku menilai mereka manusia yang tak tahu diri, tak tahu berterima kasih sebagaimana orang lain yang pernah aku hormati. Celakalah mereka yang bekerja untuk orang lain tanpa jelas kontrak kerjanya.