Rabu, 10 Juli 2013

TAK PUAS SAMA ISTRI AKIBAT SEKS PRANIKAH - 4

Sejak kehilangan dik Ida, aku merasa kehilangan idola. Tak ada gadis yang benar-benar ideal di mataku, tapi yang pasti aku kian membutuhkan seks. Aku kian sering terganggu oleh keinginan bercinta yang tak tersalurkan lagi pada dik Ida.
Persis setahun setelah tak lagi berhubungan dengan dik Ida, aku memutuskan menikah dengan dik Titi, teman lamaku. Aku memang pernah menyukai gadis itu saat pertama kali bertemu beberapa tahun lalu, tetapi cintaku bertepuk sebelah tangan karena dia memilih cowok lain.
Kali ini dia menerimaku karena hubungannya dengan sang cowok yang telah terjalin beberapa tahun ternyata tak disetujui orang tuanya. Aku tak berfikir panjang, meski mungkin dia juga sudah tidak perawan lagi, karena aku pada dasarnya ngebet pengen ML lagi, atau entahlah, mungkin nasibku memang berjodoh dengan bekas lelaki lain.
Terus terang, perasaanku sebenarnya kurang nyaman sama gadis ini, terutama karena sikapnya yang ja'im banget, kurang respek dan kurang manis padaku. Aku jadi merasa dia tak benar-benar mencintaiku dibanding dik Ida, tetapi aku memilih melanjutkan pernikahanku.
Selain demi seks, yang aku pikirkan hanya secara fisik sepertinya tubuh dik Titi tidak seganas dik Ida. Aku berharap lebih mampu memuaskan gadis ini. Aku berharap tak ada masalah seks seperti dengan dik Ida, meski melihat kedekatannya dengan sang pacar aku menduga dia mungkin sudah tak perawan lagi. Aku siap menerima keadaan calon istriku, apapun adanya.
Rupanya aku salah. Ternyata istriku bener-bener masih perawan meski sudah sekian tahun pacaran. Tentu saja aku bahagia karena dapat merasakan keperawanan meski semula aku sama sekali tak mempersoalkannya. Sepertinya dia memang masih mempertahankan keperawanannya untukku, lelaki yang menikahinya.
Aku percaya dia masih perawan karena bulu vaginanya saja belum pernah dicukur sampai malam pertama pernikahan. Dia sangat tertutup dalam urusan seksual, bahkan hingga beberapa tahun setelah menikah dia masih sangat kaku dalam bercinta.
Semula aku berusaha menikmati pernikahanku meski sikapnya tidak pernah senyaman dik Ida, tetapi waktu demi waktu aku kian merasa sulit mendapat seks yang aku butuhkan. Entah karena pernah ML sebelum nikah atau karena minat istriku terhadap seks yang kurang, aku merasa hubungan seks dengan istriku terasa kian tidak memuaskan.Selain terlalu sering menolak ajakan bercinta, hubungan seks selalu terasa hambar.
Vaginanya yang kencang seharusnya lebih nikmat dari vagina dik Ida yang sangat mudah dimasuki penis, tapi tidak demikian yang kurasakan. Bila masuk vagina dik Ida terasa hangat dan geli yang luar biasa, aku tak merasakan apa-apa saat ML dengan istriku. ML dengan istri terasa seperti menyetubuhi boneka saja.
Bila setelah ML dengan dik Ida aku selalu merasa tenang, dan ingin tidur, setiap ML dengan istriku aku justeru merasa tak bisa tidur. Setelah ML aku justeru merasa seperti ingin berlari-lari sekencang-kencangnya, tak tenang dan ingin keluar kamar. Aku bahkan jadi sering masturbasi setelah ML dengan istri untuk menuntaskan hasratku yang belum sepenuhnya terpenuhi.
Tanpa kusadari aku sering menyesal dan kecewa telah menikahinya. Aku menyesal telah melepas dik Ida yang dapat memberiku segalanya sebagai lelaki. Aku menyesal menikahi wanita yang kurasa tak benar-benar mencintaiku. Aku sering merindukan saat-saat ML dengan dik Ida, meski itu mustahil kulakukan. Aku merasa bagai orang yang sedang dahaga kasih sayang justeru setelah ada seorang pendamping hidupku.
Tanpa kusadari sikap mentalkupun berubah. Aku jadi mudah uring-uringan dan mudah tersinggung.  Aku bukannya bersyukur dan merasa tenang memiliki istri perawan, tetapi sebaliknya. Sejak menikah justeru terlalu banyak yang aku permasalahkan dari istriku, mulai dari sikapnya yang tak asyik, ML yang kurang, sampai hubungannya dengan mantan pacarnya.