Kamis, 11 Desember 2008

SEBUAH ROMANTIKA CINTA


Satu hal yang kurang dalam rumah tanggaku, Aku kurang bisa menikmati hidup. Mengelola lembaga sosial benar- benar jadi beban rumah tanggaku. Hanya ada kesibukan demi kesibukan, dan masalah demi masalah, sementara manfaatnya masih tanda tanya. Apa yang bisa didapat dari semua ini? Untuk apa? Untuk siapa?  
Makna rumah tangga serasa sirna. Energi cinta habis untuk bersusah payah membangun istana, tapi bukan untuk kami sendiri, bahkan sama sekali untuk orang lain. Imbalannya? Tidak ada, selain keluh-kesah, caci maki bahkan kebencian orang pada kami. Apa yang kami dapat dari semua ini? Tidak ada. Sama sekali tidak ada. Ini konyol, bila kerja keras hanya untuk kerja keras tanpa hasil.
Jangankan manfaat bagi keluargaku, sedang pengorbanan yang telah tercurah selama ini seolah belum cukup untuk menegakkannya. Padahal anak-anakku sendiri, seolah harus jadi tumbalnya. Harapan utama keluargaku tidak terurus. Perhatian kami kalah jauh dibanding semua yang harus kami korbankan untuk kepentingan lembaga ini.
Istriku selalu menghindar untuk menjawab semua tanda tanya itu. Aku saja yang harus berusaha mengerti, bahwa dia menyukai semua permainan ini. Yang jelas, ini semua telah membuat hidupnya terasa berarti, meski sebenarnya sama sekali tak memberi manfaat bagi keluarga kai.
Hanya satu yang dapat aku lakukan, biarkan dia jalani yang dia suka. Aku berbeda prinsip dengannya dalam hal ini. Aku memilih tak mencampuri urusan dia, tak akan menggangu ataupun membantu. Ini jauh lebih baik dari pada kami bertengkar tentang masalah itu.
Aku memang suka perempuan, tapi kalau selingkuh kayaknya jauh dari mentalitasku. Istriku saat ini adalah orang yang benar-benar cocok denganku dalam hampir semua hal: kecerdasannya, pandangan hidupnya, bahkan aku rasa juga dalam urusan cinta di masa lalu.  
Di masa lalu, kami berdua sama-sama orang yang kurang comfort dalam urusan pacaran. Pacaran saat masih sendiri saja menjadi beban, ketika harus berdua di depan umum. Kita juga kurang inisiatif dalam pacaran. Kalaupun terjadi kemesraan dengan pacar, pasti inisiatifnya muncul dari lawan kita, meski terus terang kita sendiri juga suka dan menginginkannya.   
Selingkuh berarti kita harus bohong, dan kebohongan adalah pekerjaan yang sangat berat. Saat pacaran saja, kita harus bohong, sama orang tua, teman, bahkan pacar sendiri. Dan itu sangat menyiksa. Padahal aku suka keadaan yang adem-ayem. Karena bagiku kebahagiaan sejati adalah ketenangan jiwa.

Friday, November 24, 2006