Aku selalu
berhayal sedang bermesraan dan bercinta. Dari semua pengalaman bermesraan dan
bercinta dengan perempuan selama ini, rasanya aku lebih suka seks dalam
kemesraan yang berlama-lama dari pada seks yang heboh. Sesekali bolehlah seks
yang heboh, tapi kenikmatan seks macam itu biasanya terlalu singkat dan kurang cukup
memberikan relaksasi, bahkan kadang membosankan.
Realitasnya.
Istriku memang bekas milik orang, tapi jelas-jelas bukan saatnya mempersolakan semua
itu. Semua itu tak akan mengubah keadaan di masa lalu dan masa depan. Aku hanya
berharap bagaimana menikmati semua yang ada semaksimal mungkin.
Aku
sendiri juga bukan cowok yang suci dari perempuan. Kemesraan dengan pacar
memang sudah insting. Mereka yang tidak begitu malah bukan manusia normal.
Lebih payah lagi kan? Yang penting dia sayang aku, dan aku berusaha meyayangi
dia semaksimal mungkin. Yang penting bagai mana kami berdua dapat menikmati
realitas ini, bahagia atas semua ini. Itu saja.
Dibanding
beberapa wanita yang pernah aku kenal, dia termasuk terlalu pasif. Dulu aku
memang berharap dapat perempuan seperti itu. Sebenarnya akhir-akhir ini dia
sudah lumayan respon, meski masih belum seperti yang aku inginkan.
Kalau payudaranya
kupegang istriku cuma merasa geli dan risih. Hingga beranak dua, istriku tak
pernah berani buka baju di hadapanku. Dia baru mau dibuka seluruh bajunya saat sedang
bercinta.
Dia hanya
merasa nyaman dengan kebersamaan tetapi kurang punya hasrat seks. Kalaupun dia
mau lakukan yang aneh-aneh sedikit itu hanya karena dia ingin menyenangkan aku,
padahal dia sendiri selalu kikuk melakukannya. Belum lagi keluhannya yang
selalu menyertai, yang sakitlah, yang lemaslah…
Aku lebih suka bercinta dalam hayal. Berdua
dengan seorang perempuan cantik. Berciuman mesra, saling raba, geli-geli nikmat
sekali. Kuremas-remas lembut kedua payudaranya yang montok. Dia menggelinjang
terbuai keenakan. Lama sekali kami larut dalam kemesraan. Aku kulum lembut
payudara itu dan sekujur tubuhnya.
Dia mengulum
penisku lembut dan lama sekali, membuatku tenggelam dalam nikmat yang tiada
tara, lama sekali hingga spermaku hampir-hampir keluar. Lama sekali aku kulum
vaginanya dengan lembut, lama sekali hingga dia hampir-hampir orgasme.
Lama
sekali kami bersenggama, membiarkan penisku terjepit liang licinnya, sampi
berciuman, saling raba, saling elus. Lama sekali hingga kami sama-sama lelah
dan tertidur. Bagnun tidur kami ulang kembali kemesraan itu, seakan tak
pernah ingin mengakhirinya.