Senin, 30 Juni 2014

KENANGAN ML DENGAN TUTIK 2

Sejak peristiwa di kamar kos itu, hubunganku dengan Tutik kian intim. Setiap kali bertemu, kami selalu mencuri-curi kesempatan untuk bercumbu mesra. Kami sepakat tak akan berpindah ke lain hati, meski kami tak tahu lagi bagaimana membuat orang tuanya merestui hubungan kami.
Setiap ada kesempatan kami janjian bertemu di rumah teman, di lokasi wisata atau tempat kos yang sepi untuk saling bercumbu dan berakhir dengan petting. Tutik selalu enggan melepas celana dalamnya, dan hanya membiarkan kemalunku digesek-gesekkan di selangkangannya.
Cewek yang sebenarnya lugu itu tak segan mengelus kemaluanku setiap kali berduaan. Beberapa kali dia mengulum kemaluanku hingga spermaku menyembur deras dalam mulutnya.
Suatu ketika dia pamit ortunya untuk menghadiri pernikahan temannya di Malang. Kesempatan itu tak kami sia-siakan. Kami memutuskan menghabiskan waktu berduaan di kontrakan adikku, Badrus. 
Begitu nyamannya tempat itu membuat Tutik tak menolak kkulucuti seluruh pakaiannya. Meski awalnya menolak, wanita itu tak berdaya saat aku melepas celana dalamnya. 
Hatiku bergetar hebat melihat bulu kemaluannya yang lebat. Dengan ragu aku mengelus bulu hitam itu hingga secercah cairan kental membasahi rambut ikal yang menyelubungi kemaluannya. Tutik hanya mendesah saat jariku kususupkan ke liang kemaluannya, hingga cairan licin membasahi bulu kemaluannya yang lebat.
Saat hasratku benar-benar memuncak, kutindih wanita yang kucintai itu dan kudesakkan kemaluanku di celah kemaluannya. Ternyata sulit juga. Kemaluan gadis pujaanku itu terasa sangat sulit untuk kusetubuhi, hingga Tutik mengeluh kesakitan. "Nal... Sakit, Nal..." Rengeknya.
Akupun menghentikan sejenak usahaku, dan kembali merangsangnya beberapa lama. Saat cairan licin membuat liang kemaluannya teramat basah, kucoba kembali mendesakkan kemaluanku di liang kemaluannya, dan "Ah..." Perlahan kemaluanku masuk ke liang kemaluannya.
"Masukkan, Nal..., masukkan, Nal..." Rengeknya manja. Akupun mendesakkan kembali kemaluanku di liang senggamanya, dan perlahan kemaluanku tenggelam sangat dalam di kemaluannya yang menegang.
Sempit, menjepit, dan terasa hangat nikmat. Aku begitu bahagia menyatukan tubuhku dalam tubuhnya. Tutikpun memelukku erat-erat. Perasaan lega memenuhi batin kami berdua. Meski belum resmi menjadi istriku, aku merasa Tutik sepenuhnya telah jadi milikku dan akupun miliknya.