Rabu, 25 Juni 2014

MASALAH SAHABAT


Aku paham. Menghadapi kenyataan istri masih nyaman dekat dengan orang lain bukanlah hal mudah. Melihat istri yang diam2 selinthutan seperti itu benar2 menyakitkan. Apapun dalihnya, fakta itu benar2 sulit diterima. Hubungan batin benar2 runtuh dan kehilangan arti.
Kenyataan seperti itu terlalu pahit untuk dijalani, kepedihan yang tak mungkin terhapuskan oleh waktu atau apapun. Rasa kecewa seperti itu tak dapat dilogikakan, dan mungkin tak akan pernah terobati. Bahkan keikhlasan, poligami atau selingkuh sekalipun tak akan pernah mengurangi rasa kecewa di hati. Belajar ikhlas menerima takdir memang sedikit mampu mengalihkan pikiran, tapi luka yang satu itu benar2 tak pernah berkurang. Rasa nyaman benar2 sirna tanpa tersisa. Rasa pedih itu selalu terasa dan terasa lagi menyiksa hati, sementara anak menjadi dilema yang mengharuskan memilih tetap menjalani kisah menyakitkan ini.
Seperti halnya istriku, orang seperti dik Anik pasti tak akan mengaku tanpa dipaksa. Berbagai dalih akan diajukan meski tak masuk akal. Kalaupun mengakui, dia akan balik mencari2 kesalahan suami. Demi mencari pembenar dirinya sendiri, dia pasti tak akan henti mengungkit2 & mencari2 hal yang bisa dibenci dari sang suami, seakan mencari dosa suami yang sepadan dengan yang dia lakukan, padahal tak pernah akan sepadan, sebab rasa di dada terlanjur terhapuskan. Tingginya ego hanya membuat luka batin selalu menganga. Tak semua orang kuat menjalaninya kecuali karena terpaksa.