Selasa, 12 Februari 2013

MENGENAL CINTA PLATONIK

Dalam urusan cinta, ada yang disebut dengan cinta platonis. Sebenarnya tidak ada penjelasan pasti mengenai istilah ini, sebab setiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri mengenai pengertiannya. Banyak yang bilang cinta platonis atau amor platonik adalah cinta tanpa nafsu dan lebih menonjolkan sisi afektif.
Konkritnya, cinta platonik adalah ketertarikan yang bersifat batiniah dari seseorang pada orang lain karena adanya ikatan batin yang kuat yang muncul begitu saja. Cinta platonik ditandai dengan: 
Pertama: Adanya rasa suka, kagum, respek, kecocokan, atau rasa nyaman pada seseorang yang sering kali tanpa bisa dijelaskan sebabnya. Seseorang suka pada orang lain bukan karena daya tarik fisiknya, tetapi karena merasa cocok dengan orang itu begitu saja.
Kedua:  Adanya perasaan nyaman saat bersama atau berkomunikasi. Mereka saling menikmati saat-saat bersama meski tak ada kata cinta yang pernah terungkapkan.
Ketiga:  Enggan mengungkapkan perasaan dalam pernyataan terbuka. Mereka yang benar-benar serius saling mencintai sering kali ragu untuk menyatakan perasaannya, karena tidak adanya pernyataan dari satu pihak ke pihak lain. Bahkan sering kali mereka mengaku hanya berteman saja di hadapan orang lain. 
Keempat: Cinta platonis ditandai dengan sikap jaga image (jaim) di hadapan pasangan maupun orang lain. Bahkan saat benar-benar jadian, mereka enggan menunjukkan kemesraan di hadapan orang lain, sehingga tak banyak yang tahu kalau mereka sebenarnya punya hubungan serius. Mereka hanya ingin rasa cinta itu menjadi miliknya sendiri.
Sebagian cinta platonik berkembang menjadi hubungan serius, tetapi tidak jarang yang berlalu begitu saja tanpa pernah terungkapkan. Kecenderungan pasangan cinta platonik untuk menjaga image termasuk di hadapan orang yang dicintai sering kali menjadikan pasangan kehilangan kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya.
Mungkin benar, kalau orang bilang cinta platonik jauh dari unsur nafsu, seks, tapi itu kalau hubungan itu hanya berlangsung platonis, tanpa pernah jadian. Kalau benar-benar jadian, unsur nafsu tetap saja muncul sebagaiman kodrat manusia normal. Hanya saja, dalam urusan nafsu pasangan platonis mungkin saja tidak terlalu menggebu.
Selain ada perasaan jaga image, dan relatif kurang terbuka, pasangan platonik menempatkan seks dan kemesraan tidak terlalu penting. Seks hanya menjadi wahana mengekspresikan keintiman, bukan semata memenuhi dorongan libido.  
Cinta platonik tidak jarang disebut sebagai cinta sejati. Hal ini didasarkan atas pandangan sebagian orang, bahwa kalau seseorang bisa menjelaskan alasan-alasan mengapa memilih seseorang, besar kemungkinan orang itu memang pasangan pilihannya. Tetapi kalau seseorang menyukai orang lain, tanpa bisa menjelaskan alasannya, itulah cinta yang sesungguhnya.