Sabtu, 25 Agustus 2012

AKU MASIH ADA RASA PADA ZAENAL


Semula aku selalu membatasi diri untuk berhubungan dengan Zainal, mantanku. Paling sering aku hanya sekedar memberi ucapan selamat hari raya.  

Sejak pertengahan 2010 lalu aku memberanikan diri untuk kembali menghubunginya. Aku jadi sering telepon dan saling kirim SMS dengannya. Aku tak tahu mengapa akhirnya aku menjadi begitu sering menghubunginya. Aku terbawa suasana, tetapi aku tak bermaksud apa-apa, selain berteman seperti sebelumnya.
Terus terang aku memang  menyukainya, tetapi aku tak tahu apakah itu perasaan macam apa. Aku merasa yang aku lakukan tak lebih dari sekedar berteman saja. Meski tak sesering hubunganku dengan Zain, perasaan yang sama kurasakan saat berhubungan dengan Faiz.
Kuakui, aku merasa nyaman berteman dengannya. Aku merasa cocok berkomunikasi dengannya. Dia orang yang enak diajak bicara, bahkan Any, Adikku, selalu bilang kalau dia orang ternyaman untuk curhat.
Dia memang sering bercanda-canda yang bernada menggoda, dan sedikit mengarah pada perasaan. Aku senang mengetahui perasaan dia padaku masih seperti dulu. Aku senang perasaan itu terbuka kembali namun kami berdua menyadari bahwa kami juga masih sayang dengan keluarga masing-masing dan tidak akan merusaknya. Aku sendiri selalu berusaha bicara tentang hal-hal yang bersifat umum, menghindari curhat dan membahas masalah pribadi, khususnya antara aku dan kamu.
Aku ingin menganggap hubungan itu sebagai hal yang wajar saja, tapi jujur kuakui aku takut kamu tahu. Aku tahu kamu tak bisa menerima apa yang aku lakukan. Aku tahu dalam batas mana aku bisa berhubungan dengan dia. Aku selalu ingat keluarga, dan tak akan berhubungan sampai taraf yang membahayakan hubunganku dengan kamu. 
Aku sadar kamu tak akan suka bila tahu hubunganku dengan lelaki itu, tapi aku selalu berharap bisa terus menjalin hubungan dengannya. Aku merasa terlanjur dekat satu sama lain dan bisa saling terbuka dalam banyak hal.
Kuakui ada perasaan khusus antara kami berdua, meski selama ini tidak pernah terus terang menyatakan suka antara satu dan lain. 
Aku sangat kecewa kamu menganggapnya sebagai suatu penghianatan kepercayaan kamu padaku. Aku tak berniat merendahkan kamu. Pikiran seperti itu sama sekali tidak ada. 
Aku hanya bisa akui, aku merasa memiliki kisah yang indah masa itu, tapi maafkan aku. Aku tak bisa seterbuka yang kamu mau, tapi aku tak bermaksud menutup-nutupi apapun. Aku tak bisa membuka bagaimana hubunganku di masa lalu seperti kamu. Aku yakin kamu tak akan suka mendengarnya, sama sebagaimana aku sejujurnya juga merasa sakit mendengar cerita masa lalumu.
Aku tahu telah melakukan kesalahan fatal. Aku hanya ingin memperbaikinya sebaik mungkin. Aku berharap kamu bisa memaafkanku, meski aku tahu ini tak mungkin terhapus dari pikiranmu selamanya.