Zaenal dan Tutik kembali saling berpelukan
erat sesaat setelah mereka bangkit dari tempat tidur. Lelaki itu tak mampu
menahan hasratnya melihat tubuh mulus Tutik yang hendak memakai
pakaian. Baju yang hendak mereka pakaipun kembali terjatuh di
lantai.
Tubuh mereka bergoyang-goyang
karena begitu eratnya pelukan. Kedua insan itu seakan belum rela
mengakhiri percintaannya yang begitu membara hari ini. Kerinduan mereka untuk
memadu kasih sepertinya belum sepenuhnya terpuaskan.
Beberapa kali mereka saling bertatapan mata
penuh arti saat mengendurkan pelukan, lalu kembali berpelukan erat dan kian
arat. Pertemuan hari serasa belum cukup untuk melepaskan kerinduan yang selama
ini terpendam. Hasrat cinta bahkan kian merebak mengikat batin kedua insan
tanpa ingin mengakhirinya kembali.
"Aku ingin selamanya bersamamu,
Tut" Ucap Zaenal lirih saat mereka kembali bertatapan mata.
"Aku juga, Nal" Sahut Tutik syahdu,
yang disusul kecupan lembut di bibir wanita itu.
"Berat rasanya harus mengakhiri semua
ini" Sambung Tutik saat mereka kembali saling berpelukan.
"Aku juga" Sahut Zaenal lirih, dan
seketika Segulir air mata tampak merembes dari pelupuk mata keduanya.
"Aku ingin selamanya bersamamu"
Bisik Tutik sendu.
"Aku juga. Aku benar-benar damai
bersamamu" Bisik Zaenal.
Perlahan kelamin lelaki itu kembali menegang
menyentuh vagina Tutik. "Kok tenang lagi?" Bisik Tutik nakal.
"Kamu terlalu menggoda" Bisik
Zaenal menimpali.
"O ya?" Sahut Tutik sembari
melonggarkan selangkangannya. Zaenalpun menekan-nekan pinggulnya hingga ujung
penisnya menyusup di sela vagina Tutik. Dengan menggerakkan pinggul perlahan,
ujung penis Zaenal menggesek-gesek sela vagina Tutik yang ternyata juga kembali
basah.
Seperti halnya Zaenal, gairah wanita itu
ternyata juga kembali menghangat menyambut hasrat mantan kekasihnya yang
kembali dalam pelukan. Setelah beberapa saat ujung penis itu hanya mengusik
sela vaginanya, Tutik mengangkat kaki kirinya berpijak pada bibir tempat tidur,
hingga penis Zaenal mudah menyusup ke dalam liang senggamanya.
Zaenal kian leluasa menggerakkan penisnya
keluar masuk liang vagina dan kembali membawa kedua insan yang saling mencintai
itu kembali larut dalam kenikmatan. Mereka saling menatap sendu. Mereka kembali
larut dalam paduan hasrat yang begitu dalam.
"Nal...." Leguh Tutik beberapa
kali. Zaenal hanya menatap dan menggerakkan pinggulnya maju-mundur memacu
hasrat Tutik yang kian hanyut dalam rangsangan kenikmatan.
"Nal... Oh..." Leguh Tutik kian
keras saat rasa nikmat kian memuncak. Seakan tahu yang Tutik mau, Zaenalpun
kian cepat menggerakkan penisnya di dalam vagina Tutik.
"Nal... Nal... Zaenal... Nal...
Zaenal... Nal... Sayang...." Pekik Tutik kian meninggi dan tubuh
keduanyapun mengejang hebat. "Tut.... Uh.... Hem... Uh..." Zaenalpun
meleguh panjang saat spermanya kembali memamcar deras ke rahim Tutik.
"Hem......" Beberapa saat mereka
mengerang sambil berpelukan erat. Tubuh mereka terhuyung-huyung lemas, kemudian
rebah bersama di atas tempat tidur. Beberapa kali mereka mengeratkan pelukan
yang tak pernah mereka lepaskan.
Mereka baru kembali kendurkan pelukan saat
panasnya hasrat mulai mengendur, dan “Emh... “ Mereka meleguh serempak
saat penis Zaenal yang mulai melepas terlepas dari vagina Tutik.
Tangan Tutik tak henti mengelus tubuh Zaenal.
Begitupun Zaenal tak bosan mengelus, membelai, menjelajahi sekujur tubuh Tutik,
menyusuri wajah cantiknya dan sesekali diikuti kecupan demi kecupan.
“Kamu hebat sekali, Nal” Bisik Tutik sendu.
“Masa sih?” Sahut Zaenal penuh perhatian.
“Tiga kali berturut-turut. Aku nggak pernah
sebanyak ini” Sahut Tutik.
“Aku juga nggak pernah segairah ini” Sahut
Zaenal lagi.
“Biasanya aku cuma sekali lalu tertidur
bersama” Sambung Tutik.
“Aku juga biasanya gitu” Zaenal menimpali.
“Aku belum pernah sepuas ini, sayang” Sambung Zaenal lagi yang
disambut Tutik dengan pelukan lalu kecupan lembut di bibir lelaki itu.
Beberapa saat mereka saling berbagi cerita
soal pengalaman mereka bercinta dengan pasangan masing-masing. Sesekali mereka
tersenyum geli dan saling tertawa lirin saat hal-hal lucu terlontar dari
celoteh mereka berdua.
Jiwa kedua sejoli itu begitu bahagia
menemukan kembali kenyamanan batin yang selama ini hanya impian belaka.
"Sudah sore. Kita mandi dulu, yuk"
Ajak Tutik memanja. Setelah kembali beradu kecupan, Tutikpun beranjak bangkit
meraih pakaiannya di lantai, tetapi Zaenal segera menarik pakaian itu.
"Idih... gimana, sih? Mau mandi,
nih..." Sergah Tutik manja. Tanpa menjawab, Zaenal langsung
memeluknya dari belakang. Mengelus perutnya, dadanya, menciumi
tengkuknya.
"Idih... Bau" Sergah Tutik saat
jemari lelaki itu mencoba meraba vaginanya.
"Kita mandi bersama aja" Bisik
Zaenal disambut senyum Tutik yang terkembang.
Dengan tubuh bugil, Tutik membimbing lelaki
itu ke kamar mandi.