Kamis, 05 April 2012

SUAMIKU SEORANG GAY



Aku perempuan usia 37 tahun, punya satu orang anak. Sejak awal pernikahan aku sangat bahagia. Meski pekerjaan suami tidak menentu, tapi usaha yang aku miliki cukup untuk menghidupi keluarga. Sayang, kebahagiaan itu hanya bertahan tak lebih dari 3 tahun. 
Sejak usia anak kami hampir 2 tahun aku mendapati suamiku ternyata seorang homo seksual, gay. Aku tidak tahu bagaimana awalnya, sebab sebelumnya tak banyak paham soal laki-laki. Sejak menikah dia memang terkesan begitu sabar, termasuk urusan seks. 
Aku sendiri sebenarnya tak terlalu menuntut dalam urusan seks, tetapi sejak hamil tua aku mulai merasa lebih butuh nafkah batin itu. Aku pikir itu hanya karena bawaan hamil, tetapi setelah anak lahir ternyata aku semakin membutuhkan pemenuhan kebutuhan sexual.
Aku tak mempermasalahkan meski suami tak pernah bisa melayaniku sampai benar-benar puas. Aku tak berpikir jauh meski sering kali aku yang memaksa suami melayaniku. Aku mengira dia hanya kelelahan sehingga tak bisa melayaniku secara optimal.
Aku tidak mempersoalkan ketika belakangan dia mulai enggan memenuhi nafkah batin. Aku mulai resah ketika waktu demi waktu dia semakin jarang melayaniku. Apalagi kesibukan  mengurus anak dan usaha sudah cukup menyita energi.
Aku mulai benar-benar kesal saat suami mulai jarang pulang. Kalaupun pulang, hanya minta uang dan pergi lagi entah ke mana. Setiap pulang, dia selalu mengajak teman lelaki dan tidur bersama di kamar depan.  
Aku sempat curiga jangan-jangan dia punya wanita lain, tetapi rupanya dugaanku salah. Setelah berkali-kali bertengkar, akhirnya suami mengaku kalau dia sebenarnya seorang gay.
Dia memiliki "kekasih" sesama jenis yang beberapa kali pernah menginap di rumah. Hati saya mengetahui semua itu. Dia mengaku tak mungkin berubah menjadi laki-laki normal dan merasa nyaman dengan keadaannya saat ini.
Meski demikian, dia menolak mentah-mentah untuk menceraikanku. Apapun yang terjadi, dia ingin pernikahan ini dipertahankan sampai akhir hayat. Dia bilang padaku, "Lakukan apapun yang kamu mau, asalkan tidak bercerai denganku" 
Aku sangat bingung menyikapi keadaan ini. Di satu sisi aku membutuhkan kehidupan yang normal, tetapi aku juga tidak mau melakukan sesuatu yang dilarang agama.