Zaenal membalikkan badannya menghadap
Tutik. "Tut. Aku.." Zaenal mencoba bicara, tetapi terputus karena
kecupan Tutik yang sangat dalam membungkam mulut lelaki itu. Beberapa saat
Zaenal dan Tutik tenggelam dalam lumatan bibir yang teramat dalam.
"Sebentar..., Tut" Sergah Zaenal
seraya menengok ke arahku saat Tutik mulai melucuti pakaiannya.
Wanita itu terlihat begitu larut dalam
gairahnya sendiri. Kerinduan yang sekian lama terpendam pada mantan kekasihnya
tak lagi mampu dia sembunyikan. Pesona Zaenal siang itu membuat wanita itu
seakan tak ingat lagi pada suami dan anak-anaknya.
Tutik begitu bernafsu melepas seluruh
pakaian lelaki itu. Dengan sedikit ragu, Zaenalpun turut melepas pakaian Tutik
sembari berdiri.
Sembari melorotkan celana mantan
kekasihnya, mulut Tutik langsung menerkam kelamin lelaki itu. Wanita itu begitu
bernafsu meluapkan segala kerinduannya pada lelaki yang pertama kali mengisi
hatinya itu.
Spontan wajah Zaenal menyerigai keenakan.
Dengan mata melotot, mulutnya menganga dan leguhan tak menentu, tubuh lelaki
itu menggelinjang menahan nikmat, membuat Tutik kian beringas mengulum
penisnya.
"Ah..., Tut... Ah..." Beberapa
saat kemudian tubuh lelaki itu terhempas di atas kasur, tetapi Tutik tak
sedikitpun mengendurkan kulumannya.
Dengan payudara menggelantung dia terus
menggulum habis kemaluan mantan kekasihnya, hingga membuat Zaenal menggelinjang
sembari mengerang-erang kenikmatan. "Tutik... Nggak kuat...
Tut...Ah...." Beberapa saat kemudian lelaki itu meronta-ronta tak tahan
merasakan kuluman Tutik yang bagai kesetanan.
"He, he, he, he..Kenapa?" Tutik
tertawa terkekeh di atas tubuh lelaki itu. Wanita itu tampak begitu bahagia
melihat orang yang dia kasihi menggelinjang oleh kulumannya.
"Aku nggak kuat, Tut" Sergah
Zaenah di sela helaan nafas yang tesengal-sengal.
"Sakit, ya?" Goda Tutik pada
lelaki itu.
"Aduh.. Bener-bener"
"Emang kalau sama istrimu
gimana?" Tanya Tutik.
"Aku nggak pernah ginian"
"Masa, sih?"
"Hemmh..." Sahut Zaenal sembari
terengah-engah.
"Tapi enak, nggak? Goda Tutik
lagi"
"Hemmm" Sahut lelaki itu
sembari memeluk tubuh wanita itu erat-erat.
"Aku belum pernah merasakan senikmat
ini" Bisik lelaki itu.
"Masa, sih?"
"Sure"
"Aku nggak bayangin kamu bisa sehebat
ini"
"Ih.... Gombal!" Sergah Tutik.
"Bener. Aku biasanya cuma
normal-normal saja"
"Normal gimana?"
"Ya, singkap roknya, masukkan. Gitu
saja"
"Masa, sih?"
"Hem emh Bener-bener nggak bayangin
ngrasain yang kaya gini"
"Kalau gitu, aku kulum lagi,
ya?" Tutik kembali menawari.
"Aduh... Nggak kuat, Tut" Sergah
Zaenal, tetapi Tutik langsung saja kembali mengulum penis lelaki itu.
Zaenal kembali menggelinjang tak kuasa
menahan geli yang teramat nikmat. Beberapa saat Tutik kembali mengulum dengan
ganas, hingga tubuh lelaki itu meronta-ronta, "Sudah, nggak kuat...
Tutik... Nggak kuat" Sergahnya sembari meronta menghindar dari kuluman. Tutik
terus memaksanya, tetapi akhirnya menyerah saat Zaenal benar-benar tak tahan
dengan kulumannya.
Sejanak kemudian wanita itu mengangkang di
atas tubuh lelaki itu. Perlahan dia raih penis Zaenal dan menggesek-gesekkan
ujung benda kenya itu ke liang vaginanya. Beberapa lama Zaenal hanya bisa
meleguh menahan geli. "Tut, aku mau keluar... nggak kuat, Tut"
Tiba-tiba lelaki itu berteriak.
Setelah beberapa kali berontak, akhirnya Tutik
membenamkan penis lelaki itu di liang vaginanya. Sembari mengerang keduanya
beradu gerakan. Tutik tampak begitu bergairah menggoyangkan pinggulnya di
atas tubuh lelaki itu sembari tak henti meleguh mengerang, hingga keringat yang
bening bercucurah membasahi tubuh keduanya.
Sesaat kemudian kedua orang itu saling
berpelukan, kian erat dan makin erat. Sembari mengerang-erang tubuh sepasang
kekasih yang lama terpisahkan itupun mengejang hebat, serasa saling beradu
ketegangan. Sembari mengejang menghentak, tiba-tiba mereka serempak berteriak
seakan melepas beban yang teramat berat. "Ah... Zaenal...."
teriak Tutik sembari memeluknya teramat erat.
Hingga beberapa lama tubuh Tutik masih
menindah tubuh lelaki itu. Dari sela pantat belakangnya terlihat vagina wanita
itu masih berdenyut lembut. Perlahan kulihat penis Zaenalpun masih berdenyut
lembut dan perlahan melemas. "Ah... " Keduanyapun sontak meleguh
bersamaan saat penis lelaki itu lepas dari jeitan vagina Tutik dan terkulai
lemas.
Merekapun kembali berpelukan erat beberapa
saat seakan melepas semua hasrat yang sekian lama terpendam dalam, hingga Tutikpun
terguling di samping Zaenal. Dengan lemah Zaenal memiringkan tubuhnya lalu
kembali merengkuh tubuh mulus Tutik.
Wajah mereka yang sayu kelelahan terburai
senyuman. Mereka tampak begitu bahagia layaknya sepasang pengantin baru yang
baru saja merayakan sukses percintaan perdana. Zaenal beberapa kali memeluk dan
menciumnya erat sembari membisikkan sesuatu yang direspon Tutik dengan pelukan
mesra. Dengan suara lirin keduanya saling berbincang soal pengalaman percintaan
yang baru saja mereka lalui, yang sesekali diselingi tawa lirih.
Sembari bercengkerama, jemari lelaki itu
seakan tak bosan mengelus tubuh Tutik, meremas buah dadanya atau meraba
vaginanya yang basah. Tutikpun mengimbangin elusan itu dengan meraba dada dan
perut lelaki itu. Beberapa saat wanita itu tampak memilin penis basah Zaenal
yang tampak kembali menegang lemah. Beberapa saat kemudian, kedianya tertidur
saling berpelukan.
Aku begitu terharu menyaksikan percintaan Tutik
siang ini. Memberi kesempatan Tutik bercinta dengan mantan pacarnya, mungkin
kedengaran gila, tapi entahlah, aku merasa begitu lega bisa memberi mereka
kesempatan untuk melepaskan kerinduan yang sekian lama tak mungkin didustakan.
Aku sadar, Tutik memang Tutik dan Zaenal
bukan lagi pacarnya, tapi aku juga sadar mereka terlanjur ditakdirkan sebagai
sepasang kekasih yang saling mencintai, saling merindukan, dan saling
membutuhkan. Mereka tak mungkin memungkiri perasaan itu.