Selasa, 11 September 2012

NIKMATILAH TUBUH ISTRIKU, MAS ZAENAL 1

Zaenal membalikkan badannya menghadap Tutik. "Tut. Aku.." Zaenal mencoba bicara, tetapi terputus karena kecupan Tutik yang sangat dalam membungkam mulut lelaki itu. Beberapa saat Zaenal dan Tutik tenggelam dalam lumatan bibir yang teramat dalam.
"Sebentar..., Tut" Sergah Zaenal seraya menengok ke arahku saat Tutik mulai melucuti pakaiannya.
Wanita itu terlihat begitu larut dalam gairahnya sendiri. Kerinduan yang sekian lama terpendam pada mantan kekasihnya tak lagi mampu dia sembunyikan. Pesona Zaenal siang itu membuat wanita itu seakan tak ingat lagi pada suami dan anak-anaknya.
Tutik begitu bernafsu melepas seluruh pakaian lelaki itu. Dengan sedikit ragu, Zaenalpun turut melepas pakaian Tutik sembari berdiri.
Sembari melorotkan celana mantan kekasihnya, mulut Tutik langsung menerkam kelamin lelaki itu. Wanita itu begitu bernafsu meluapkan segala kerinduannya pada lelaki yang pertama kali mengisi hatinya itu.
Spontan wajah Zaenal menyerigai keenakan. Dengan mata melotot, mulutnya menganga dan leguhan tak menentu, tubuh lelaki itu menggelinjang menahan nikmat, membuat Tutik kian beringas mengulum penisnya.
"Ah..., Tut... Ah..." Beberapa saat kemudian tubuh lelaki itu terhempas di atas kasur, tetapi Tutik tak sedikitpun mengendurkan kulumannya. 
Dengan payudara menggelantung dia terus menggulum habis kemaluan mantan kekasihnya, hingga membuat Zaenal menggelinjang sembari mengerang-erang kenikmatan. "Tutik... Nggak kuat... Tut...Ah...." Beberapa saat kemudian lelaki itu meronta-ronta tak tahan merasakan kuluman Tutik yang bagai kesetanan.
"He, he, he, he..Kenapa?" Tutik tertawa terkekeh di atas tubuh lelaki itu. Wanita itu tampak begitu bahagia melihat orang yang dia kasihi menggelinjang oleh kulumannya. 
"Aku nggak kuat, Tut" Sergah Zaenah di sela helaan nafas yang tesengal-sengal. 
"Sakit, ya?" Goda Tutik pada lelaki itu.
"Aduh.. Bener-bener"
"Emang kalau sama istrimu gimana?" Tanya Tutik.
"Aku nggak pernah ginian"
"Masa, sih?"
"Hemmh..." Sahut Zaenal sembari terengah-engah.
"Tapi enak, nggak? Goda Tutik lagi"
"Hemmm"  Sahut lelaki itu sembari memeluk tubuh wanita itu erat-erat.
"Aku belum pernah merasakan senikmat ini" Bisik lelaki itu.
"Masa, sih?"
"Sure"
"Aku nggak bayangin kamu bisa sehebat ini"
"Ih.... Gombal!" Sergah Tutik.
"Bener. Aku biasanya cuma normal-normal saja"
"Normal gimana?"
"Ya, singkap roknya, masukkan. Gitu saja"
"Masa, sih?"
"Hem emh Bener-bener nggak bayangin ngrasain yang kaya gini"
"Kalau gitu, aku kulum lagi, ya?" Tutik kembali menawari.
"Aduh... Nggak kuat, Tut" Sergah Zaenal, tetapi Tutik langsung saja kembali mengulum penis lelaki itu. 
Zaenal kembali menggelinjang tak kuasa menahan geli yang teramat nikmat. Beberapa saat Tutik kembali mengulum dengan ganas, hingga tubuh lelaki itu meronta-ronta, "Sudah, nggak kuat... Tutik... Nggak kuat" Sergahnya sembari meronta menghindar dari kuluman. Tutik terus memaksanya, tetapi akhirnya menyerah saat Zaenal benar-benar tak tahan dengan kulumannya.
Sejanak kemudian wanita itu mengangkang di atas tubuh lelaki itu. Perlahan dia raih penis Zaenal dan menggesek-gesekkan ujung benda kenya itu ke liang vaginanya. Beberapa lama Zaenal hanya bisa meleguh menahan geli. "Tut, aku mau keluar... nggak kuat, Tut" Tiba-tiba lelaki itu berteriak. 
Setelah beberapa kali berontak, akhirnya Tutik membenamkan penis lelaki itu di liang vaginanya. Sembari mengerang keduanya beradu gerakan. Tutik tampak begitu bergairah menggoyangkan  pinggulnya di atas tubuh lelaki itu sembari tak henti meleguh mengerang, hingga keringat yang bening bercucurah membasahi tubuh keduanya.
Sesaat kemudian kedua orang itu saling berpelukan, kian erat dan makin erat. Sembari mengerang-erang tubuh sepasang kekasih yang lama terpisahkan itupun mengejang hebat, serasa saling beradu ketegangan. Sembari mengejang menghentak, tiba-tiba mereka serempak berteriak seakan melepas beban yang teramat berat. "Ah...  Zaenal...." teriak Tutik sembari memeluknya teramat erat.
Hingga beberapa lama tubuh Tutik masih menindah tubuh lelaki itu. Dari sela pantat belakangnya terlihat vagina wanita itu masih berdenyut lembut. Perlahan kulihat penis Zaenalpun masih berdenyut lembut dan perlahan melemas. "Ah... " Keduanyapun sontak meleguh bersamaan saat penis lelaki itu lepas dari jeitan vagina Tutik dan terkulai lemas.
Merekapun kembali berpelukan erat beberapa saat seakan melepas semua hasrat yang sekian lama terpendam dalam, hingga Tutikpun terguling di samping Zaenal. Dengan lemah Zaenal memiringkan tubuhnya lalu kembali merengkuh tubuh mulus Tutik.
Wajah mereka yang sayu kelelahan terburai senyuman. Mereka tampak begitu bahagia layaknya sepasang pengantin baru yang baru saja merayakan sukses percintaan perdana. Zaenal beberapa kali memeluk dan menciumnya erat sembari membisikkan sesuatu yang direspon Tutik dengan pelukan mesra. Dengan suara lirin keduanya saling berbincang soal pengalaman percintaan yang baru saja mereka lalui, yang sesekali diselingi tawa lirih.
Sembari bercengkerama, jemari lelaki itu seakan tak bosan mengelus tubuh Tutik, meremas buah dadanya atau meraba vaginanya yang basah. Tutikpun mengimbangin elusan itu dengan meraba dada dan perut lelaki itu. Beberapa saat wanita itu tampak memilin penis basah Zaenal yang tampak kembali menegang lemah. Beberapa saat kemudian, kedianya tertidur saling berpelukan.
Aku begitu terharu menyaksikan percintaan Tutik siang ini. Memberi kesempatan Tutik bercinta dengan mantan pacarnya, mungkin kedengaran gila, tapi entahlah, aku merasa begitu lega bisa memberi mereka kesempatan untuk melepaskan kerinduan yang sekian lama tak mungkin didustakan.

Aku sadar, Tutik memang Tutik dan Zaenal bukan lagi pacarnya, tapi aku juga sadar mereka terlanjur ditakdirkan sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai, saling merindukan, dan saling membutuhkan. Mereka tak mungkin memungkiri perasaan itu.