Minggu, 20 Oktober 2013

TANDA PACARAN YANG AWET

Tak semua pacaran awet bertahan hingga pernikahan. Bahkan kebanyakan pasangan yang memulai hubungan dengan pacaran tidak bertahan hingga pernikahan. Mempertahankan hubungan sebelum nikah hingga 2 atau 3 tahunpun bukan hal mudah, sebab masa pacaran merupakan masa pencarian.
Pacaran yang terlalu mendalam justeru jarang bertahan lama dan nyaman dijalani, sebab pasangan selalu saja menemukan sisi kekurangan dari pasangannya. Peluang untuk membatalkan hubungan karena belum terikat pernikahan membuat hubungan lebih mudah diakhiri.
Meski demikian, ada pacaran yang awet hingga beberapa tahun, bahkan sampai pernikahan. Beberapa hal berikut menjadi tanda hubungan yang bertahan lama. Bahkan meski gagal menikah, hubungan batin dan hubungan baik biasanya bertahan seumur hidup. Di antara tanda-tandanya adalah:
1.   Cinta Platonis
Hubungan yang bertahan lama adalah yang dibangun semata karena ikatan batin. Pacaran dibangun atas dasar rasa suka tetapi tidak diekspresikan dengan kata-kata. Masing-masing merasa saling menyukai, dan mungkin membangun komitmen, tetapi sebatas pengakuan batin bahwa masih-masing saling merasa cocok, saling menyukai.
Hubungan akan terasa romantik karena sifat hubungan yang lebih banyak didominasi buaian angan-angan indah, yang tak terlalu dekat dengan kenyataan. Masing-masing menjaga perasaannya pada pasangan, sebab pada dasarnya pasangan masih orang lain, yang ditanamkan perlahan dan mengkristal di ruang harapan. 
2.   Menonjol Sisi Persahabatan
Cinta yang platonis kurang menonjolkan sisi romantis, apalagi mengarah pada hubungan seks. Cinta seperti ini lebih menonjolkan kedekatan dua insan layaknya sepasang sahabat. Kedekatan itupun masih terbatasi lagi oleh jarak hubungan yang tetap terjaga.
Bujuk rayu hanyalah bumbu sekali waktu, sebab kedekatan dan kenyamanan berbagi cerita sudah cukup membuat pasangan merasa bahagia. Peluk dan cium yang jarang terjadi justeru terasa bermakna dan membuai perasaan sepasang kekasih dengan cinta platonis.
3.   Tak Mengubah Karakter Pasangan
Kehadiran kekasih kadang mengubah karakter seseorang, di mana salah satu atau keduanya merasa tertuntut harus begini dan begitu. Perasaan tertuntut tersebut menimbulkan beban batin yang sebenarnya membuat hubungan kurang nyaman. Seseorang bahkan harus mengubah karakter dan kebiasaan yang tanpa sadar membebani perasaan.
Pacaran akan awet bila terjalinnya hubungan tak mengubah kehidupan pasangan. Masing-masing tidak berubah dari kepribadian dan kebiasaannya semula. Masing-masing tetap nyaman menjalani hari-harinya, sedang kehadiran kekasih hanya tambahan hiburan dalam hidup.
4.   Menikmati Dunia Masing-masing
Setiap orang memiliki dunianya sendiri yang tak mudah ditinggalkan begitu saja oleh kehadiran seseorang. Ketika kehadiran seseorang harus membuat seseorang mengubah kehidupannya, itu berarti kehadiran kekasih menimbulkan gangguan. Terganggu bukanlah hal baik untuk dijalani, dan sudah pasti itu membuat seseorang harus mengorbankan sesuatu yang belum tentu bermanfaat.
Hubungan akan lebih awet bila setiap pasangan masih tetap dapat aktif dalam kesibukannya sendiri. Kehadiran pasangan tak membuatnya harus mengorbankan sesuatu yang tidak perlu, sehingga hubungan tetap terjaga.
5.   Tak Ada Tuntutan
Kehadiran kekasih kadang membuat pasangan tertuntut untuk melakukan atau meninggalkan ini dan itu. Bila melakukan atau tidak melakukan sesuatu mengakibatkan masalah dalam hubungan, maka akan sering muncul masalah dalam pacaran akibat hal-hal sepele.
Pacaran yang tak terlalu menuntut membuat pasangan merasa tak terlalu terbebani, sehingga hubungan tak harus mengalami banyak masalah. Masing-masing dapat saling mengerti kesibukan dan masalah pasangan, hingga membuat perasaan lebih ringan dan nyaman, meski kadang ini membuat pasangan kadang merasa kurang dicintai. 
6.   Tak ada yang dikeluhkan
Ketika kehadiran kekasih dipandang layaknya kehadiran bayi sempurna dalam keluarga, maka hubungan akan terasa lebih ringan. Maksudanya, seseorang menerima kekasih hanya sebagai anugerah yang perlu disyukuri tanpa sesuatu yang dianggap kurang. Bila seseorang merasa sebenarnya pasangan kurang ini dan itu, maka itu akan menjadi titik masalah bagi sebuah hubungan. Intinya, hubungan akan berjalan mulus bila pasangan sepenuhnya saling menerima pasangan apa adanya.
Pacaran semacam ini bagi sebagian orang mungkin terasa hambar, tetapi tetap saja momen yang indah buat mereka yang pernah menjalaninya. Hubungan berlangsung tak terlalu serius, meski sebenarnya sangat serius