Ketertarikanku pada Tutik terutama karena
gadis itu terlihat lugu dan sangat agamis. Kebetulan aku termasuk cowok penyuka
cewek bertubuh ramping, berkulit cerah, agamis dan berwajah innocence (lugu). Itu sebabnya aku tak henti
mendekatinya meski gadis itu sebenarnya sudah punya kekasih.
Meski sudah 4 tahun pacaran dengan Zaenal,
melihat sikapnya aku yakin Tutik Husniati masih perawan. Bahkan andai saja dia
sudah tidak perawan sekalipun, aku tetap menerimanya karena besarnya cintaku
kepadanya. Aku tak sia-siakan kesempatan untuk kembali mendekatinya, saat gadis
itu putus dari sang kekasih. Aku merasa beruntung sebab cintaku tak bertepuk
sebelah tangan. Kamipun sepakat menikah hanya 2 bulan sejak keluargaku
melamarnya.
Tutik terlihat malu-malu menyambut
percintaan pertama kami di malam pertama. Meski terlihat malu-malu, wanita itu
begitu bersemangat menyambut cumbuan, sentuhan dan rangsangan yang kuberikan
malam itu. Istriku terlihat keki tetapi menurut saja saat aku lepas pakaiannya
satu persatu.
Seketika hasratku menggelegak melihat
tubuh mulusnya tergolek tanpa busana. Sejenak aku ciumi wajahnya, bibirnya, lehernya,
payudaranya,, perutnya dan jemariku mengusik vaginanya yang terbalut bulu
kemaluan yang sangat lebat. Hasratku memuncak saat meraba bulu vaginanya basah
kusup oleh cairan vagina.
Dengan wajah tersenyum, Tutik membiarkan
aku memasukkan penisku ke vaginanya. Semula terasa kesat karena bulu vaginanya
terbawa masuk, tetapi perlahan-lahan bles.... Penisku bersemayam damai di liang
vaginanya yang licin, hangat dan menjepit lembut. Lega, bahagia dan teramat
nikmat kurasakan saat pertama aku merasakan indahnya menyatu dengannya.
Geli dan nikmat kian terasa saat aku
gerakkan penisku keluar masuk himpitan vaginanya, sementara istriku meleguh
lembut sembari memanggil-manggil namaku. Gerakan pinggulku kian cepat menarik
menusuk vaginanya dengan penisku seiring hasrat yang kian memuncak. Beberapa
saat kemudian tubuhku mengejang mengerang sambil mendekap tubuh ramping istriku
erat-erat.
Kami tak henti berciuman dan saling beradu
pelukan saat tubuh kami mulai lunglai di atas tubuhnya. Istriku tak henti
memilin penisku saat aku terkulai lemas di sisinya sembari berbagi cerita dan
canda tawa. Tanpa terasa akupun tertidur tanpa teringat apa-apa.
Saat terbangun, aku merasa seseorang
menindih tubuhku. Rupanya istriku telah menindihku sementara penisku yang
menegang telah terjepit lebut di liang vaginanya. Senyum manis menghiasi
wajahnya saat aku mulai membuka mata.
Rasa geli nikmat kurasakan saat pinggulnya
yang ramping tak henti bergoyang di atas tubuhku. Tangankupun meraih pinggulnya
yang lembut, meraba pantatnya yang halus, dan membatunya bergerak di atas
tubuhku. Kian lama gerakannya kian berpacu saat wajahnya kulihat memerah
terbuai nikmat.
Licin, hangat dan menjepit terasa kian
nikmat saat otot vaginanya mengedut-kedut menggigit penisku. Beberapa saat
kemudian tubuhnya mengejang di atas tubuhku. Wanita itu mengerang-erang
memanggil namaku. Pinggulnya menekan-nekan erat ke kemaluanku menebar rasa
hangat yang kian memanas. Sejenak kemudian, pinggulnya menghentak-hentak
beriring desahan, erangan dan tubuhnya mengejang-kejang sembari memelukku. Tak
berapa lama tubuhku kembali terkulai lemas dan kamipun tertidur sambil
berpelukan.
Usai mandi pagi aku kembali ke kamar
dengan tubuh hanya berbalut handuk. Tiba-tiba istriku yang semula berndandan di
depan meja rias menghampiriku, dan langsung menarik handuk yang melilit
tubuhku. Aku tak kuasa menolak saat dia terduduk mengulum penisku. Oh...
hangat, licin, geli dan sangat nikmat kurasakan saat lidahnya memain-mainkan
penisku dalam mulutnya.
Kakiku terasa bergetar melemas dan terjatuh
di tempat tidur. Tanpa ragu wanita lugu itu menindihku sambil menyingkap baju
kurungnya ke atas hingga paha mulusnya begitu indah tersingkap. Dengan penuh
nafsu, dia main-mainkan penisku di vaginanya. aku hanya bisa menurut menikmati
kehangatan pagi itu hingga dia kembali mengejang puas di atas tubuhku.
Bercinta tiga kali dalam beberapa jam
sejak malam pertama tadi malam membuat tubuhku lemas, tapi istriku seakan tak
cukup. Beberapa saat setelah orgasme, dia kembali memain-mainkan penisku yang
lemas dan basah, hingga bangkit lagi. Dengan penuh hasrat diapun kembali
menindihku dan mengulangi percintaan yang baru saja kami lakukan.
Aku benar-benar lemas tak berdaya dan
hanya dapat tertidur dalam pelukannya. Usai makan siang, wanita itu kembali
mengusik penisku yang lemas tak berdaya. Dia terus merangsangnya hingga kembali
bangkit meski tidak terlalu keras, dan diapun kembali mengajakku bercinta. Aku
mulai sadar, istriku yang terlihat alim dan lugu ternyata penggila seks yang
tiada duanya. Usai bercinta diapun mengakui hasrat seksnya selama ini memang
menggebu-gebu, tetapi dia pendam dalam-dalam, dia tutupi dengan sikap
lugunya.