Sabtu, 19 Juli 2014

TAK TAHAN MELIHAT PENIS 3

Saat malam tiba, sebenarnya aku masih enggan masuk kamar. Sejujurnya aku belum siap menemani suamiku malam ini. Aku masih terbayang-bayang Zaenal yang sore tadi sempat aku telepon, tapi aku tak punya pilihan lain.  
Dengan menahan perasaan gamang yang teramat dalam, terpaksa aku masuk kamar pegantin. Aku tak enak sama orang-orang di rumah karena ibuku yang terus menyuruhku menemani suami.
Dengan pikiran tak karuan, aku rebahkan tubuhku melintang di sisi atas tempat tidur dengan perasaan tak karuan. Aku masih kepikiran Zaenal yang sedang stress berat, sebab teman-teman yang sempat mampir ke rumahnya sepulang dari rumahku tadi siang bilang kalau lelaki pujaanku itu tengah berduka teramat dalam.
Aku berharap suamiku tak menyentuhku malam ini, bahkan kalau bisa dia membolehkan aku tidur di kamar lain. Aku sedikit tenang sebab rupanya dia hanya mengajakku bicara. Sesekali aku tak mampu menahan tawa karena suamiku suka membuat lelucon.
Aku terkejut saat tiba-tiba suamiku merebahkan tubuhnya di samping tubuhku dengan hanya memakai sarung. Jujur, aku risih banget, sebab terus terang aku merasa tidak tertarik sama sekali pada suamiku. Bayangan Zaenal masih terlalu kuat menguasai jiwaku. Rasanya ingin berontak saat suamiku mulai mendekatkan tubuhnya pada tubuhku, tetapi karena sambil ngobrol, aku jadi tak sempat mengatakannya.
"Aku pengennya nggak melakukan sekarang" Ucapku saat suami mulai bicara soal hubungan intim.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Aku belum siap" Sahutku, dan sepertinya suamiku mengerti.
"Kalau gitu kita ngobrol saja" Sahutnya santai.
Aku benar-benar shock saat paha kananyanya menindih pahaku dan sebuah benda keras dan hangat terasa menekan pinggang kananku. "Aduh... ini pasti penis suamiku" teriakku dalam hati.
Tubuhku tiba-tiba menegang mengejang saat dia kembali kian mendekat tubuhnya hingga penis itu menumpang di paha kiriku. Tenggorokanku tiba-tiba tercekat, dan detak jantungku berpacu. Aku kaget sekali merasakan penisnya yang menegang itu terasa begitu besar. Aku benar-benar merinding merasakan penis suamiku yang begitu besar, besar banget buatku, sekitar dua kali penis Zaenal.
Perasaan geli tiba-tiba menyelinap di sekujur tubuhku. Aku tak bisa menolak saat jamarinya mulai menyusup di balik BH-ku. Tanpa sadar aku begitu tergoda karena penis suamiku.
Perasaanku berubah total. Aku yang tadinya tak tertarik pada suamiku tiba-tiba terasang hebatt karena penisnya yang sangat hebat. "Besar sekali, mas. Aku takut sakit" Rengekku saat tangan suamiku menyusup di balik celana dalamku.
"Lho, kok basah banget?" Celetuk suamiku saat meraba kemaluanku.
"Masak sih?" Sahutku berpura-pura tidak tahu.
"Iya. Ini bulunya basah seperti habis disiram oli" Sahutnya sembari tertawa geli. Rupanya vaginaku sudah basah kuyup karena terangsang hebat.
Aku heran pada diriku sendiri, sebab selama bermesraan dengan Zaenal dulu aku tak pernah terangsang sehebat ini.
Bulu vagina sengaja kubiarkan panjang, tidak pernah kucukur sejak bercinta terakhir kalinya dengan Zaenal 4 bulan yang lalu. Menjelang pernikahan aku sengaja tidak mencukur agar suamiku tak nyaman menyetubuhiku. Sebelumnya aku selalu mencukurnya sebab Zaenal paling suka kalau kemaluanku bersih tanpa bulu.
"Katanya belum pengen sekarang, kenapa sudah basah begini?" Tanya suamiku. Aku hanya diam menahan keki.
"Mau sekarang atau nanti saja?" Tanyanya menggodaku.
"Terserah" Sahutku menahan malu. Aku bingung, mengapa malam ini pengen sekali bercinta.
"Terserah gimana?" Tanya suamiku.
"Terserah. Kamu kan suamiku" sahutku sembari menyusupkan tanganku ke balik sarungnya. Aku benar-benar tak sabar ingin memegangi penisnya yang begitu menggoda. Aku tak sabar ingin mengelusnya dan sesekali aku pegang erat-erat karena gemas.
Sejenak kemudian aku bangkit dan mengulum penis itu sepuas hatiku. Perasaanku begitu senang melihat lelaki itu menggelinjang di hadapanku.
"Kamu pintar sekali" Bisiknya. Aku terkesiap mendengarnya. Aku baru sadar betapa aku terlalu agresif di malam pertama.
Aku tak mau menanggapinya, dan segera menarik tubuhnya ke atas tubuhku. Tanpa banyak bicara, lelaki itu melaksanakan tugasnya sebagai suami yang sah. Lelaki itu benar-benar memuaskan hasratku di malam pertama.
Aku sendiri heran, mengapa aku begitu bergairah. Mungkin selain karena sudah lama tak ML, aku suka sekali dengan penisnya yang besar, kuat dan memuaskan. Ya, aku puas sekali merasakan bercinta dengan lelaki. Padahal selama ini aku hanya merasa senang ML dengan Zaenal, meski tak pernah sepuas malam ini.
Tiba-tiba Ada sedikit rasa kuatir suamiku tahu kalau sebenarnya aku tak perawan lagi, tapi sepertinya suamiku tak paduli. Beberapa saat setelah ML pertama usai, dia sudah mengajak bercinta untuk kedua kalinya.