Sabtu, 19 Juli 2014

TAK TAHAN MELIHAT PENIS 2

Aku enggan sekali masuk kamar saat resepsi siang itu selesai. Bukannya di kamar menemani suami. Aku justeru menemani teman-teman kuliah di ruang tamu, dan berusaha menahan mereka selama mungkin di rumahku. Aku juga enggan memperkenalkan suamiku meski berulang kali mereka meminta. Aku hanya bisa melepas mereka dengan perasaan berat saat mereka akhirnya memilih pamit pulang.
Bukannya masuk kamar, aku memilih ke belakang membantu saudara dan tetangga yang masih sibuk di dapur. Aku tak bergeming meski mereka terus mengolok-olok agar aku segera ke kamar. Aku baru menyerah saat untuk kesekian kalinya ibuku memintaku ke kamar. "Bagaimana sih, kamu kok masih di sini? Itu suamimu kan belum makan?" Perintah ibuku dengan nada tinggi.
Dengan langkah malas, akupun melangkah ke kamar pengantin. Di kamar, aku langsung duduk di depan meja rias tanpa bicara, sementara suamiku duduk bersimpuh di atas sajadah. Kubersihkan make up dari wajahku dengan kapas, lalu membersihkan kutek perarna kuku di jari tangan dan kakiku.
"Sini aku bantu" Tiba-tiba suamiku berucap di dekatku. Aku hanya diam dan  membiarkan tangannya meraih tanganku sembari membersihkan kutek di kuku tangan dan kakiku.
Saat kuku tanganku bersih dia kembali meraih sajadah di lantai dan melipatnya. Sementara aku kembali bersihkan wajahku dengan pembersih muka. "Sebentar-sebentar" Tiba-tiba suamiku mengecup pipi kiriku, dan aku hanya diam tak bereaksi. 
Tentu saja aku terkejut, tapi terus terang ciuman pertama suamiku terasa hampa buatku. Aku tak merasakan apa-apa selain terkejut saja. Ciuman itu tak berarti apa-apa buatku, tak seindah ciuman Zaenal yang selama ini kurasakan. Bahkan dalam hati kuberucap, "Kenapa bukan Zaenal yang menciumku saat ini?"