Senin, 07 Juli 2014

ISTRIKU DOYAN SELINGKUH

Aku sudah tahu istriku sudah tidak perawan saat aku menikahinya tahun 1999 yang lalu. Aku tahu karena vaginanya begitu mudah kusetubuhi saat malam pertama, juga kepiawaiannya bercinta. Meski demikian aku tetap dapat menerimanya karena istriku jujur mengakuinya. Zaenal, lelaki yang hampir 5 tahun menjadi pacarnya sejak KKN adalah lelaki yang pernah merenggut keperawanannya. 
Bukan hanya itu, hubungan keduanya selama pacaran memang sudah seperti suami-istri. Bermesraan dan melakukan hubungan intim sudah menjadi keseharian mereka selama pacaran. Mereka memang berniat nekad menikah apapun yang terjadi, meski orang tua istriku tidak merestui hubungan mereka. Mereka tak dapat menerima alasan penolakan mertuaku yang tak masuk akal, yaitu karena istriku anak nomor 3 dan Zaenal anak pertama. 
Penantian yang begitu panjang, sementara restu orang tua tak juga diberikan, membuat Tutik memutuskan menerima penanganku. Faktor umur yang kian tak muda lagi membuat wanita berparas langsing berkulit putih itu menyerah. Dengan berat hati, wanita itu meninggalkan kekasih yang telah berperan layaknya suami baginya.
Setelah menikah, istriku tetap berkomunikasi aktif dengan mantan pacarnya. Aku mencoba mengerti hubungan mereka yang memang telah terlanjur akrab. Aku tahu, sesekali mereka memang saling menyatakan perasaan cinta dan kerinduan lewat telepon dan SMS, tetapi mengingat anak aku memilih tak mempersoalkannya.
Apalagi istriku pasti marah besar bila aku ungkit-ungkit hubungannya dengan lelaki itu. Wanita itu selalu menegaskan bila dia dan Zaenal hanya berteman. Mereka sudah sepakat tidak ada kata putus, dan tetap ingin menjadi sahabat.
Sejujurnya aku sangat kecewa dengan kenyataan itu. Aku kecewa telah menikahi seseorang yang sebenarnya masih menjadi kekasih orang lain. Hanya saja, bercerai adalah pantangan bagiku. Kebahagiaan dan masa depan anak-anakku adalah satu-satunya alasan yang tak mungkin kutawar lagi.
Hari berganti, dan anak kedua hingga keempat lahir tak mengubah tabiat istriku. Beberapa tahun terakhir mereka bahkan terlihat kian intim, terutama sejak ada Facebook, BBM dan Whatsap. Bukan hanya itu, mereka beberapa kali bertemu saat ada acara-acara reuni atau kegiatan dengan teman-teman lamanya, sampai suatu hari aku memergokinya sendiri saat keduanya telanjang bulat di sebuah Hotel di kawasan batu Malang.
Istriku benar-benar tak berkutik saat aku beberkan semua yang dia lakukan dari email, chatting, BBM hingga pertemuannya di beberapa Hotel. Dia memohon-mohon agar aku tak menceraikannya. Aku sendiri tak berniat bercerai meski hatiku benar-benar telah hancur karenanya. Anak-anak lagi-lagi menjadi alasanku satu-satunya tetap bertahan.
Beberapa kali aku memancing respon anak-anakku bila kami bercerai, dan jawabannya membuat aku tak mungkin melakukannya. "Aku memilih pergi jauh dari papa dan mama", jawab anak sulungku. "Aku mati saja", "Aku tidak bisa terima apapun alasannya" jawab anakku yang lain. Aku jadi berfikir, aku tak mungkin mengorbankan mereka demi membuat jiwaku nyaman. Setelah kehadiran mereka, hidupku hanyalah untuk mereka. Aku tak berharap mereka mengerti aku, tapi akulah yang harus mengerti mereka. Itu prinsipku. 
Sejak saat itu istriku memang berubah beberapa waktu. Dia memang jarang kontak dengan mantan kekasihnya itu, tetapi sering genit dengan beberapa teman lamanya yang menaruh hati padanya. Hanya sesekali dia kontak sang mantan secara diam-diam, padahal aku tahu semua yang dia lakukan. 
Istriku kembali mengiba saat ketahuan selingkuh lagi dengan teman lamanya. Berulang kali dia bilang menyesal melakukannya lagi. Dia bilang terbawa suasana hingga mau disetubuhi lelaki lain. Dia selalu bilang, tak ada lelaki yang lebih hebat dalam bercinta dibanding aku, tetapi selalu tergoda dengan lelaki lain.
Dia bilang tak dapat menghapuskan kenangan bersama mantan pacarnya yang memberinya pengalaman pertama tak terlupakan. Dia bilang tak pernah orgasme saat bersetubuh dengan Zenal, kecuali setelah menikah denganku. Dia juga bilang tak pernah orgasme saat disetubuhi teman-teman lamanya, tetapi dia selalu ingin mencobanya.  
Aku tak lagi tertarik menanggapi kata-katanya. Bagiku, istriku bukan kekasihku. Dia hanya istriku dan aku suaminya dengan segala kwajiban dan tanggung jawabku. Aku jalani hari-hariku dengan istri dan keluargaku seakan tidak terjadi apa-apa. Aku berusaha menata hatiku dengan cara yang tak terbayangkan sebelumnya.
Aku melupakan istriku dari jiwaku meski dia ada di hadapanku. Aku tak peduli lagi apa dan siapa istriku. Aku bahkan tidak punya rasa cemburu atau apapun pada istriku. Aku bahkan bangga bila ada yang ingin tahu foto-foto atau video bugil istriku. Saat istriku tidur dan melihat akun FB atau BBM dia melihat ada lelaki yang menggodanya, aku selalu kirimi dia video paling hot yang mereka minta. 
Aku tak berniat merendahkannya atau mempermalukannya, sebab kulihat dia justeru menikmati komentar-komentar lelaki lain soal kemolekan tubuhnya. Herannya, aku ikut senang melihatnya. Mungkin kedengaran aneh, tapi aku menikmatinya.
Di sisi lain aku sendiri memilih fokus pada pekerjaanku demi anak-anakku. Itulah satu-satunya yang memberi arti dalam hidupku. Awalnya memang berat buatku, tapi sudah 4 tahun berlalu dan aku bisa menjalani semuanya.