Kamis, 16 September 2010

SELAMAT MENIKMATI ISTRIKU, MAS ZAENAL !!!

Sesaat setelah parkirkan mobil, aku langsung jalan ke stadion Jombang untuk membeli rokok. Sedangkan istriku langsung masuk rumah di Anik. Pedagang rokok agak jauh dari rumah di Anik, sehingga butuh waktu yang lumayan lama untuk sampai kembali ke rumah di Anik.
Saat sampai kerumah di Anik, aku lihat istriku sedang telepon seseorang dengan wajah ceria. Spontan dia berlari ke belakang sambil meneruskan telponnnya. Dik Anik kelihatan cengar-cengir dan salah tingkah dengan kedatanganku. "Sopo? Zaenal, ta?" tanyaku to the poin. Dik Anik hanya tersenyum. 
"Sampeyan nggak marah, mas?"
"Buat apa?" tanyaku santai.
"Sampeyan itu sabar banget, ya mas? Kalau aku pasti sudah jadi masalah. Bahkan berteman dengan orang yang ada hubungannya dengan mantanku saja tidak boleh" Jelasnya.
Aku diam tak menanggapi. Aku memilih menghisap rokokku dalam-dalam, menenangkan perasaanku yang mulai berantakan. Lama sekali istriku telepon, dan baru keluar beberapa saat setelah aku tanya kapan pulang.
Aku sendiri berusaha bersikap semanis mungkin pada istriku dan dik Anik. Aku bersikap seolah tak ada apapun yang terjadi. Hingga kami sampai ke rumah kembali, aku tak banyak bisa menanggapi saat istriku berusaha banyak bicara. Aku tahu dia berusaha menutupi rasa gugupnya, tetapi wajahnya tak bisa sembunyikan kebahagiaan hatinya.
Aku mencoba membuka phone record handpone istriku saat dia ke kamar mandi. Rupanya Mukhlisoon orang yang telepon siang tadi. Di rekaman SMS juga terlihat beberapa kali istriku kontak lelaki yang sebenarnya bernama Zaenal itu.
Istriku buru-buru menyahut handphone sesaat setelah keluar kamar mandi. Sejak saat itu, dia terus menggenggam benda itu ke manapun. Bahkan saat tidur, dia menyimpannya di bawah bantal. 
Aku tahu itu pertanda dia menyembunyikan hubungan dia dengan seseorang di luar sana, tapi aku tak mau berbuat apa-apa. Aku justeru berpura-pura tidak tahu. Apalagi setelah itu dia pasti merayuku, mengajakku bercinta yang luar biasa.
Aku mencoba menikmati layanan bercinta yang luar biasa, meski hatiku terasa sangat perih terluka. Aku merasa hanya jadi pelampiasan cintanya pada lelaki itu, meski mungkin dia hanya berusaha menutupi affairnya. Aku berusaha menikmati percintaan itu, meski di sisi lain rasa cintaku padanya sudah berakhir ini. ini. Andai bukan karena anak-anak, sungguh aku tak ingin lagi bersamanya.
Air mataku terus mengucur deras semalaman di depan komputer. Aku browsing sana-sini hanya dengan satu tujuan. Aku butuh perangkat penyadap dan aku menemukannya.
Aku berusaha menata sikapku meski hatiku benar-benar telah hancur berkeping-keping. Aku tahu lelaki itu selalu dia rindukan dan sekarang dia semakin nyaman menikmati pesona cintanya lagi. Aku tak henti berguman, Selamat datang Zaenal. Selamat menikmati istriku.