Selasa, 20 Maret 2012

SEPUPUKU YANG MANJA 2

"Mas, sudah siang. Bangun" Lamat-lamat kudengar suara dik Inung membangunkanku, tetapi mataku masih terasa berat untuk kubuka. Beberapa kali kudengar dia memanggilku tetapi aku masih saja enggan membuka mata.
"Mas, sudah siang, nih", Panggilnya lagi sembari mengguncang pahaku. Aku hanya membuka sedikit kelopak mataku, tapi kembali kupejamkan. 
"Mas... Lho. Kok basah? Mas Oji Ngompol, ya?" Tiba-tiba dia menyergah saat kembali membangunkan aku dengan mengguncang pahaku. Duh...  Rupanya aku mimpi basah semalam. 
Aku langsung bangkit terduduk karena tak enak hati. 
"Ngompol, ya?" Pekiknya sembari tersenyum. 
"Enggak, tuh" sahutku sembari menunduk melihat sarungku yang basah oleh ceceran sperma yang banyak sekali.
"Duh... " Gumanku lirih.
"Kenapa, mas?" Tanyanya lugu.
"Memang apa kalau bukan ngompol?" Tanyanya sembari tertawa.
"Bukan" Sahutku pelan.
"He... Sudah gede ngompol" Godanya.
"Bukan" sahutku langsung berdiri.
"Hemmm. Baunya kok gini?" Tanyanya lugu, tetapi aku tak menjawab dan segera ke kamar mandi.
Aku menghabiskan waktu beberapa lama di kamar mandi. Selain mandi dan keramas aku mencoba mencuci sekalian sarungku yang basah oleh sperma. 
"Di Inung..." Panggilku sembari membuka sedikit pintu kamar mandi.
"Ya Mas..." Sahutnya.
"Tolong sarung sama Handuk" Pintaku yang lupa membawa sarung ganti dan Handuk. Beberapa saat kemudian gadis itu menyodorkan kedua benda itu dari balik pintu. Keluar dari kamar mandi aku langsung ke tempat jemuran, membentangkan sarung basahku di papan jemuran. 
Aku tak berkata apa-apa saat kembali ke kamar. Dalam hati kecilku ada segurat rasa malu gadis itu tahu aku mimpi basah.
"Kasurnya nggak dijemur sekalian?" Tanyanya dengan senyum keki.
"Nggak apa-apa, tuh" Sahutku dengan perasaan keki.
"Idih... Jorok. Masa kena ompol nggak dijemur?" sahutnya lugu.
"Itu bukan ompol" Sahutku menahan perasaan.
"Lalu?" sahutnya.
"Itu tadi mimpi basah" Jawabku mencoba berterus terang.
"Mimpi basah?" Tanyanya keheranan.
"Kamu masih kecil, makanya belum paham" Sahutku lagi sembari mencubit hidungnya dengan gemas. Gadis itu hanya mengangguk sembari tersenyum keki.
Sebagai remaja, di Inung pasti sudah pernah mendengar apa itu mimpi basah, tapi mungkin baru kali ini dia tahu. Aku sendiri enggan menjelaskan lebih banyak dan memilih menyibukkan diri ganti pakaian. Gadis itu terlihat penasaran, tetapi aku merasa tenang karena dia tidak bertanya lagi. Dia terlihat sibuk merapikan tempat tidur. Kulihat dia memperhatikan tempat tidurku beberapa saat, dan menggosok ceceran sperma di sprei.
Beberapa saat kemudian kami sudah sampai ke rumah makan langgananku. "Kamu makan dulu, ya? Aku belum pengen makan" Ucapku saat dia sudah menghadap sepiring makanan di meja makan. Sejenak kemudian aku keluar ke counter handphone sebelah untuk membeli pulsa.
Gadis itu terlihat mematung saat aku kembali ke rumah makan. Sepiring nasi dan lauk-pauk serta teh hangat di hadapannya masih utuh tak tersentuh. "Lho, belum dimakan?" Tanyaku keheranan, tetapi dik Inung hanya diam tak menjawab dengan raut wajah terlihat menahan kekesalan.
Aku tahu, rupanya dia tidak mau makan kalau tidak kutemani. Akhirnya akupun bangkit mengambil makanan dan duduk di sampingnya. "Ayo, makan. Aku suapin, ya?" Godaku sembari menyuapkan sesendok nasi ke hadapan mulutnya. Seketika wajahnya tersenyum lalu melahap suapan yang kusodorkan.
Gadis itu merebut sendok di hadapannya saat aku mencoba kembali menyendokkan nasinya. "Udah... Aku makan sendiri" rengeknya manja.
Aku jadi sadar. Gadis ini bersikap manja padaku. Apalagi saat aku mengingat-ingat beberapa kejadian sebelumnya, dik Inung ternyata manja kalau bersamaku, sampai-sampai makan sendiri saja tidak mau.
"Emm... Mas, tadi malam mimpi apa, sih?" Tanyanya.
"Mimpinya orang dewasa. Anak kecil nggak boleh tahu" sahutku menggoda. 
"Emm... Gimana, ya? Malu dong nyeritainnya" Sambungku saat melihat wajahnya yang seketika cemberut.
"Cek... Ya udah" Sahutnya sewot.
"Mimpi melakukan itu sama cewek" Akupun mengalah menjawab.
"Sama siapa?" Tanyanya penuh selidik dengan raut masih sewot.
"Sama... cewek yang pertama kali kulihat itunya" Jawabku jengkel.
"Memang pernah lihat punya siapa?" Tanyanya yang membuat aku mengambil nafas sejenak.
"Punya kamu" Jawabku tak kuasa menahan senyum keki.
"Idih..." Sergahnya sembari mencubit lenganku.
"Aku kan adikmu... Masa.." sergahnya lagi.
"Ih... Ngawur nih mimpinya" Sambungnya meledekku.
"Ya namanya mimpi masa bisa milih? Kalau bisa milih aku mau sama Luna Maya" Kilahku berkelakar. Dengan gemas gadis itu kembali mencubit lenganku.
Sejak saat itu, dik Inung terlihat kian manja padaku. Sikapnya seperti gadis kecil yang suka merengek dan mengelayut manja pada kakaknya.
Tanpa sadar aku kian terbiasa menikmati kemanjaan adik sepupuku itu hari demi hari. Aku makin terbiasa memperlakukan dia layaknya gadis kecil yang begitu dekat dengan kakanya. Meski demikian, aku tak bisa pungkiri hasratku yang sering kali turut bangkit tergoda, sebab bagaimanapun dia bukan gadis kecil lagi. Dia gadis remaja dengan segala pesonanya.