Jumat, 28 Januari 2011

5 TIPE HUBUNGAN SUAMI-ISTRI

Dalam pernikahan selalu ada suami dan istri, tetapi bagaimana pola hubungan suami-istri yang terbentuk ditentukan oleh konsep keluarga yang terbangun pasca pernikahan, baik dengan disadari atau tanpa disadari. Ada beberapa tipe relasi suami-istri dalam keluarga. Masing-masing terbentuk oleh kesepakatan bersama secara terbuka, kesepakatan diam-diam, maupun berlangsung dan diterima begitu saja. Tipe-tipe tersebut di antaranya:
1.  ATASAN-BAWAHAN
Tipe ini biasa berlangsung dalam keluarga yang mewarisi budaya feodal. Pada  umumnya suami menjadi tokoh utama dalam keluarga. Suami adalah orang yang harus dihormati dan dilayani sedemikian rupa oleh istri. Suami memiliki kedudukan yang relatif tinggi di hadapan istri, sementara istri terikat oleh serangkaian norma yang harus dipenuhi dalam kedudukannya sebagai pelayan suami. Keluarga semacam ini biasanya mampu mempertahankan harmoninya, karena kebutuhan menjaga status sosial suami dan nama baik keluarga di masyarakat. 
2. DOMINATIF-DESPOTIK
Tipe ini kadang masih bertahan di masyarakat modern. Salah satu pasangan, kadang suami, dan kadang istri terlalu dominan dalam keluarga. Dia yang menentukan segalanya dalam keluarga. Sementara itu, pihak suami atau istri yang dikuasai hanya menjadi pelengkap penderita atas kekuasaan berlebihan salah satu pihak. 
Ini biasa terjadi pada pasangan yang tidak mampu menjalin kebersamaan, di antaranya akibat salah satu pihak merasa lebih mampu mencari nafkah dan mengatasi semua masalah di atas yang lain. Dalam keluarga semacam ini sering kali diwarnai kekerasan verbal maupun fisik yang dilakukan oleh pihak penguasa terhadap pihak yang dikuasai. Pihak yang lain terlalu lemah untuk mengimbangi sikap keras pihak lain, dan tidak berdaya untuk keluar dari "penindasan" pasangan. 
3. HERARKHI SEMU
Tipe ini terbangun oleh sikap merendah salah satu pihak, biasanya istri, terhadap pasangannya. Sebenarnya pasangan tidak meminta hal itu, tetapi pihak yang lain merasa lebih nyaman memposisikan diri di bawah yang lain. Dalam keluarga semacam ini terbangun herarkhi dalam hal sikap dan perilaku yang sebenarnya tidak mengikat dan menjadi keharusan. 
Tipe ini biasanya menjadi tipe ideal bagi mereka yang mencoba menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi tertentu, baik yang didasarkan atas agama atau budaya tertentu. Sekalipun ada pihak yang memposisikan diri sebagai pelayan setia bagi yang lain, tetapi tidak menimbulkan rasa dikuasai atau tertindas satu pihak atas pihak yang lain.
4. SAHABAT-SEJAWAT
Tipe ini umumnya terbangun pada pasangan yang terdidik secara modern. Pernikahan seakan hanya menjadi legalitas persahabatan dua orang. Tidak ada yang dikuasai, tidak ada pula yang menguasai. Masing-masing memposisikan diri setara dan saling melengkapi. 
Kedudukan suami sebagai kepala keluarga hanya formalitas administratif saja, sementara peran dalam pengelolaan keluarga dilakukan secara bersama-sama. Tipe hubungan suami-istri semacam inilah yang biasanya penuh eksplorasi, tetapi dalam situasi tertentu juga rentan terhadap pertengkaran.
5. ISTANA TAK BERTUAN
Selain beberapa tipe di atas, ada pula tipe hubungan suami-istri yang seakan rumah tangga tak bertuan. Tipe ini mirip dengan tipe sahabat-sejawat, tetapi relatif kurang komunikasi. Masing-masing pihak berjalan sendiri-sendiri, bahkan kadang memisah-misahkan hak milik, tetapi tetap utuh sebagai pasangan suami-istri hingga akhir hayat.
Tipe manakah Anda dan pasangan Anda?