Rabu, 08 Oktober 2014

UNTUK ISTRIKU YANG TAK BAHAGIA

Sayang, prihatin melihat kondisi mama yang menderita hingga sering sakit-sakitan selama ini. Papa tahu, semua itu karena mama sebenarnya tidak bahagia bersama papa, tapi mama memaksakan diri untuk terus bertahan.
Mama pasti menyangkal bila papa, bahkan dokter sekalipun bilang bahwa mama menderita psikosomatis. Jangankan mama, mbak Jar dan Mbak Titis saja yang jelas-jelas mengalaminya tidak mau disebut psikosomatis, kan? Mereka selalu mengaku baik-baik saja, padahal jelas-jelas tertekan oleh keadaan. Apalagi mama yang, maaf" punya ego lebih tinggi dari mereka.
Sebelum menikah dengan papa, mama tidak pernah sakit bukan? Mama baru mengalami sakit benjolan di payudara setelah tertekan karena kisah cinta mama terhalang restu orang tua. Selebihnya mama baik-baik saja, bukan?
Tekanan perasaan itu mulai mama rasakan setelah menikah dengan papa. Buktinya, beberapa minggu setelah menikah, mama langsung masuk rumah sakit. Bukan hanya sekali, mama kembali masuk rumah sakit waktu kita tinggal di Jogja dan Jombang.
Padahal di keluarga mama tidak ada yang memiliki riwayat sakit-sakitan seperti itu, bukan? Apa lagi yang membuat mama sakit selain karena tekanan batin yang berat karena beratnya menjalani pernikahan dengan papa? 
Bagaimanapun papa bukan Zaenal, dan tidak akan pernah seperti dia. Papa sadar, papa tidak dapat menggantikan cinta mama yang terlanjur hilang. Apalagi papa tidak sebaik lelaki yang mama kagumi itu. Papa juga tak secemerlang kehidupannya saat ini.
Sejak menikah, mama seperti kehilangan gairah hidup. Selepas senja, mama pasti lemas tanpa daya, wajah kusut, dan mudah uring-uringan, tanpa papa tahu apa sebabnya. Mama harus memendamnya sendiri beban itu, setelah ortu mama melarang mama curhat sama mbak Umi dan siapapun.
Mama baru bersemangat lagi sejak mama bisa kian dekat kembali dengan Zaenal. Mama tiba-tiba berubah menjadi sangat binal dalam bercinta. Papa tahu, gairah itu sebenarnya karena Zaenal, tapi papa mencoba menikmatinya. Mama seperti menemukan gairah yang hilang, meski di sisi lain papa harus menahan perasaan.
Setelah tahu perasaan papa, mama berusaha menjaga jarak dengan Zaenal. Padahal itu berarti mama yang harus kembali menderita perasaan hampa, sementara rasa kecewa yang papa rasakan akan terus terpatri sepanjang masa. Papa sedih, kecewa dan menyesal teramat dalam setelah menyadari betapa kehadiran papa tidak cukup untuk mengisi kehampaan batin yang mama derita.
Kehadiran anak-anak kita membuat papa tak punya pilihan selain terus bertahan. Perasaan papa memang telah hancur lebur, tapi papa berusaha menerima semua ini sebagai jalan terbaik di kehidupan papa.
Papa justeru iba melihat mama yang kian menderita. Berbagai keluhan dan penyakit begitu cepat menghampiri karena mama tak bahagia. Tak ada obat apapun yang mampu menyembuhkannya kecuali mama menemukan kembali hiburan batin yang hilang.
Karena itu, papa tak keberatan mama menjalin hubungan dengan Asnan. Lelaki itu sepertinya begitu dekat dengan mimpi mama yang hilang. Dia mampu memberi mama hiburan batin yang tak mungkin mama peroleh dari papa. Papa juga tahu mama berusaha mengais-kais cinta Faizin. Papa merelakannya apapun yang mama lakukan. Papa hanya berharap mama sehat dan menikmati setitik bahagia.