Kamis, 11 September 2014

JERITAN HATI SEORANG SANTRI

Apa yang anda baca ini merupakan sepenggal kisah nyata dari seorang gadis yang hancur hatinya. Kejadiannya memang sudah lima tahun yang lalu, tapi ini bisa jadi pelajaran bagi kita semua dan bisa membuka mata hati kita untuk berfikir.

Situbondo merupakan sebuah kota kecil dijawa timur, yang memiliki julukan kota santri. Karena memang banyak terdapat pondok pesantren baik yang moderen maupun yang tradisional. Sebut saja Ana namanya, dia sejak kecil diasuh neneknya dengan penuh keterbatasan, sekolahnyapun cuma sampai SD, saetelah itu Ana cuma diam bantu neneknya di rumah. Disaat Ana berusia 15thn dia dipondokkan oleh neneknya di ponpes W. Di pesantren dia diasuh oleh buk nyai bersama puluhan santri lainya. Pesantren tersebut dimiliki oleh Pak kyai H dan juga Mbah yai atau biasa disebut Kyai sepuh.

Hari demi hari berlalu seperti biasa, sampai akhirnya Ana bernjak dewasa, disaat itu dia berumur 17thn dan ibarat bunga sedang indah-indahnya. Tapi disinilah awal dari penderitaanya. Seorang gadis desa yang lugu dan penurut, tak dapat berbuat apa-apa ketika sang Kiai sepuh atau mbah yai yang sudah berusia 76thn melihat kecantikanya. ahirnya Ana di nikahinya dengan hanya menelfn oangtuanya yang bekerja jauh di luar kota. Ana ndak sempat dikasi waktu untuk memikirkan masa depanya. Kakek dan neneknya yang memang orang desa akan sangat bangga jika cucunya dinikahi oleh kiai, karna memang dikalangan orang kampung yang masih kolot akan berkata pasti akan hidup tentram jika jadi istri kiyai, bahkan akan masuk surga karna ada kepercayaan yang mengatakan 'SUARGO NUNUT NEROKO KATUT' dan ini yang di pegang teguh masarakat yang sangat mengagungkan kiyai. Dan ahirnya lamaran pun diterima keluarga tanpa harus memikirkan masa depan Ana gadis cantik yang polos.

Sebagai anak yang berbakti pada orang tua guru, akhirnya Anapun menerima pernikahanya, tanpa bisa berbuat apa-apa. Sebenarnya Mbah yai sudah punya 4 istri yang sah dan entah berapa istri lagi yang hanya siri atau jadi selir semata. Akhirnya Kegadisan Ana telah direnggut oleh suwami yang umurnya sama dengan kakeknya. Difikiran ana saat itu mungkin bangga karena jadi istri muda Mbah yai. Setelah dirasa puas mbah yai merasakan keperawanan Ana ahirnya cuma 2bulan Ana di cerai, dengan alasan Mbah yai sudah tua, tak sanggup lagi memberikan  nafkah batin Pada Ana. Sungguh betapa hancur hati Ana menerima keputusan itu. Tapi memang dasar ana yang lugu dan kolot tak sanggub berbuat apa-apa untuk menerima keputusan sepihak.

Sebulan dua bulan dan ahirnya empat bulan dilalui dengan menyandang gelar janda untuk gadis yang masih belia. Ana tetap sabar dan masih menetap di pesantren untuk tetap menuntut  ilmu. sampai ahirnya menginjak lima bulan Ana kembali dilamar oleh Pak yainya yaitu menantu dari Kiai sepuh yang usianya 40thnan. Lagi-lagi ana pun menerimanya dengan harapan tetap jadi Buk Nyai. Walaupun sang Kiyai juga sudah punya 4 istri. Tapi kenyataanya jau dari harapan, ternyata sang Kiai suka sekali kawin bahkan bisa sebulan sekali dia punya istri baru.
Dan yang lebih parah lagi semuanya adalah santrinya sendiri, ini diketahui Ana ketika usia pernikahanya baru sebulan. Di suatu malam dimana dia mendapatkan 'Jatah' dari suaminya tapi tak disangka dikamar Pak Yainya sudah ada santri yang sudah 'Digarap' terlebih dulu, dan ahirnya Pak Yai 'menggarap' mereka berdua secara bersama-sama. Sungguh betapa hancur Hati Ana mengetahui hal itu, dan yang lebih parah lagi yang di kerjain bersama tadi adalah Teman satu kamar dengan Ana. Dan merekapun baru sama-sama tau kalau sama-sama jadi istrinya.

Kejadian inipun berulang kembali, sampai mungkin Pak Kiyai sudah punya istri yang perawan lagi karena jatahnya sudah mulai berkurang. Smpai ahirnya usia pernikahanya masuk 4bulan Anapun di cerai dengan alasan akan di berikan kepada santri lakinya yang minta dicarikan jodoh oleh pak Yainya. Sungguh benar-benar hancur hati ana, karna hanya di jadikan giliran dari orang-orang yang di hormatinya. Akhirnya anapun keluar dari pesantren dengan gelar janda tuk keduakali dalam waktu satu tahun.

Sungguh pesantren yang jadi harapan tuk menjadikanya seorang yang soleha malah menjadikanya seorang yang hancur hatinya. kini Ana berusia 23tahun, tumbuh ceria tuk melewati masa remajanya kembali yang dulu dilewakan dalam kurungan pesantren yang begitu memilukan. Seharusnya seorang Kiyai yang mengerti hukum agama dan tau tentang hukum rumah tangga harusnya bisa menjadikan Ana istri yang abadi, bukan cuma untuk pemuas nafsu belaka.

Seharusnya Kiai yang seperti itu ndak pantas di cium tanganya, karena telah mempermainkan hukum agama. Seandainya dia mengikuti sunah rosul, jangan cuma meniru kawinnya tok! Tapi ditiru juga cara memeliharanya. sungguh Poligami yang di salah artikan!
Rosul memang punya 9istri, tapi bila kita lihat 8istrinya semuanya sudah janda dan berumur, Rosulpun tetap menjadikanya istri ahir hayatnya. Bukan kaya KIyai cabul tadi, yang cuma cari perawan untuk memuaskan nafsunya. Dan memang saya sadar KIYAI JUGA MANUSIA. tapi mbok ya ngertilah dengan yang biasa dia ceramahkan ke masyarakat. Trus apa bedanya orang yang suka melacur dengan Kiai yang kawin cerai?

Sungguh terlalu........!
Mari kita bersama doakan buat Ana semoga di beri ketabahan dan segera di pertemukan dengan jodoh yang sebenarnya. dan semoga Kiai yang dianggap suci tadi diberi hidayang untuk tidak kawin lagi.......amin.

Sekali lagi ini kisah nyata, semoga menjadi pelajaran bagi orang tua, pribadi dan semua yang membaca untuk sama sama menjaga anak, kakak, adik peremuan kita dari tirani pemikiran kolot, yang mengatas namakan agama sebagai kedok kebejatan seorang yang di anggap suci, disegani, dipatuhi dan di hormati.

Maaf jika tulisan saya nantinya menjadikan pro kontra tapi memang demikian kenyataanya. dan Maaf saya tidak bermaksut membuka aib orang lain kecuali sebagai contoh yang tidak perlu terjadi lagi pada  keluarga kita,....... amin.

by: syavia



Oleh: syavia | Pada: 27 May 2009 - 23:59
Copast dari: http://syavia.indowap.net/view.php?bid=18269