Apa yang anda baca ini merupakan sepenggal kisah nyata dari
seorang gadis yang hancur hatinya. Kejadiannya memang sudah lima tahun yang
lalu, tapi ini bisa jadi pelajaran bagi kita semua dan bisa membuka mata hati
kita untuk berfikir.
Situbondo merupakan sebuah kota kecil dijawa timur, yang
memiliki julukan kota santri. Karena memang banyak terdapat pondok pesantren
baik yang moderen maupun yang tradisional. Sebut saja Ana namanya, dia sejak
kecil diasuh neneknya dengan penuh keterbatasan, sekolahnyapun cuma sampai SD,
saetelah itu Ana cuma diam bantu neneknya di rumah. Disaat Ana berusia 15thn dia
dipondokkan oleh neneknya di ponpes W. Di pesantren dia diasuh oleh buk nyai
bersama puluhan santri lainya. Pesantren tersebut dimiliki oleh Pak kyai H dan
juga Mbah yai atau biasa disebut Kyai sepuh.
Hari demi hari berlalu seperti biasa, sampai akhirnya Ana
bernjak dewasa, disaat itu dia berumur 17thn dan ibarat bunga sedang
indah-indahnya. Tapi disinilah awal dari penderitaanya. Seorang gadis desa yang
lugu dan penurut, tak dapat berbuat apa-apa ketika sang Kiai sepuh atau mbah
yai yang sudah berusia 76thn melihat kecantikanya. ahirnya Ana di nikahinya
dengan hanya menelfn oangtuanya yang bekerja jauh di luar kota. Ana ndak sempat
dikasi waktu untuk memikirkan masa depanya. Kakek dan neneknya yang memang
orang desa akan sangat bangga jika cucunya dinikahi oleh kiai, karna memang
dikalangan orang kampung yang masih kolot akan berkata pasti akan hidup tentram
jika jadi istri kiyai, bahkan akan masuk surga karna ada kepercayaan yang
mengatakan 'SUARGO NUNUT NEROKO KATUT' dan ini yang di pegang teguh masarakat yang
sangat mengagungkan kiyai. Dan ahirnya lamaran pun diterima keluarga tanpa
harus memikirkan masa depan Ana gadis cantik yang polos.
Sebagai anak yang berbakti pada orang tua guru, akhirnya
Anapun menerima pernikahanya, tanpa bisa berbuat apa-apa. Sebenarnya Mbah yai
sudah punya 4 istri yang sah dan entah berapa istri lagi yang hanya siri atau
jadi selir semata. Akhirnya Kegadisan Ana telah direnggut oleh suwami yang
umurnya sama dengan kakeknya. Difikiran ana saat itu mungkin bangga karena jadi
istri muda Mbah yai. Setelah dirasa puas mbah yai merasakan keperawanan Ana
ahirnya cuma 2bulan Ana di cerai, dengan alasan Mbah yai sudah tua, tak sanggup
lagi memberikan nafkah batin Pada Ana.
Sungguh betapa hancur hati Ana menerima keputusan itu. Tapi memang dasar ana
yang lugu dan kolot tak sanggub berbuat apa-apa untuk menerima keputusan
sepihak.
Sebulan dua bulan dan ahirnya empat bulan dilalui dengan
menyandang gelar janda untuk gadis yang masih belia. Ana tetap sabar dan masih
menetap di pesantren untuk tetap menuntut ilmu. sampai ahirnya menginjak lima bulan Ana
kembali dilamar oleh Pak yainya yaitu menantu dari Kiai sepuh yang usianya
40thnan. Lagi-lagi ana pun menerimanya dengan harapan tetap jadi Buk Nyai.
Walaupun sang Kiyai juga sudah punya 4 istri. Tapi kenyataanya jau dari
harapan, ternyata sang Kiai suka sekali kawin bahkan bisa sebulan sekali dia
punya istri baru.
Dan yang lebih parah lagi semuanya adalah santrinya sendiri,
ini diketahui Ana ketika usia pernikahanya baru sebulan. Di suatu malam dimana
dia mendapatkan 'Jatah' dari suaminya tapi tak disangka dikamar Pak Yainya
sudah ada santri yang sudah 'Digarap' terlebih dulu, dan ahirnya Pak Yai
'menggarap' mereka berdua secara bersama-sama. Sungguh betapa hancur Hati Ana
mengetahui hal itu, dan yang lebih parah lagi yang di kerjain bersama tadi
adalah Teman satu kamar dengan Ana. Dan merekapun baru sama-sama tau kalau
sama-sama jadi istrinya.
Kejadian inipun berulang kembali, sampai mungkin Pak Kiyai
sudah punya istri yang perawan lagi karena jatahnya sudah mulai berkurang.
Smpai ahirnya usia pernikahanya masuk 4bulan Anapun di cerai dengan alasan akan
di berikan kepada santri lakinya yang minta dicarikan jodoh oleh pak Yainya.
Sungguh benar-benar hancur hati ana, karna hanya di jadikan giliran dari orang-orang
yang di hormatinya. Akhirnya anapun keluar dari pesantren dengan gelar janda tuk
keduakali dalam waktu satu tahun.
Sungguh pesantren yang jadi harapan tuk menjadikanya seorang
yang soleha malah menjadikanya seorang yang hancur hatinya. kini Ana berusia
23tahun, tumbuh ceria tuk melewati masa remajanya kembali yang dulu dilewakan
dalam kurungan pesantren yang begitu memilukan. Seharusnya seorang Kiyai yang
mengerti hukum agama dan tau tentang hukum rumah tangga harusnya bisa
menjadikan Ana istri yang abadi, bukan cuma untuk pemuas nafsu belaka.
Seharusnya Kiai yang seperti itu ndak pantas di cium
tanganya, karena telah mempermainkan hukum agama. Seandainya dia mengikuti
sunah rosul, jangan cuma meniru kawinnya tok! Tapi ditiru juga cara
memeliharanya. sungguh Poligami yang di salah artikan!
Rosul memang punya 9istri, tapi bila kita lihat 8istrinya
semuanya sudah janda dan berumur, Rosulpun tetap menjadikanya istri ahir
hayatnya. Bukan kaya KIyai cabul tadi, yang cuma cari perawan untuk memuaskan
nafsunya. Dan memang saya sadar KIYAI JUGA MANUSIA. tapi mbok ya ngertilah
dengan yang biasa dia ceramahkan ke masyarakat. Trus apa bedanya orang yang suka
melacur dengan Kiai yang kawin cerai?
Sungguh terlalu........!
Mari kita bersama doakan buat Ana semoga di beri ketabahan
dan segera di pertemukan dengan jodoh yang sebenarnya. dan semoga Kiai yang
dianggap suci tadi diberi hidayang untuk tidak kawin lagi.......amin.
Sekali lagi ini kisah nyata, semoga menjadi pelajaran bagi
orang tua, pribadi dan semua yang membaca untuk sama sama menjaga anak, kakak,
adik peremuan kita dari tirani pemikiran kolot, yang mengatas namakan agama
sebagai kedok kebejatan seorang yang di anggap suci, disegani, dipatuhi dan di
hormati.
Maaf jika tulisan saya nantinya menjadikan pro kontra tapi
memang demikian kenyataanya. dan Maaf saya tidak bermaksut membuka aib orang
lain kecuali sebagai contoh yang tidak perlu terjadi lagi pada keluarga kita,....... amin.
by: syavia
Oleh: syavia | Pada: 27 May 2009 - 23:59
Copast dari: http://syavia.indowap.net/view.php?bid=18269