Obrolan demi obrolan membuat aku kian mantap dengan pernikahanku.
Aku makin lega saat mendapati ternyata istriku masih perawan. Aku semakin
mengaguminya sebagai wanita yang benar-benar baik. Sekalipun pernah pacaran
begitu lama, tetapi dia begitu teguh menjaga kesuciannya, dan hanya
mempersembahkannya untukku.
Hingga malam ketiga
pernikahan, kami belum juga berhasil berhubungan suami Istri. Vaginanya
benar-benar rapat dan sulit ditembus. Sekalipun begitu, itu memberi keindahan
tersendiri. Kami lebih banyak menghabiskan hari-hari awal pernikahan dengan
bermesraan demi bermesraan. Dia bahkan mulai tak segan lagi menyentuh
kemaluanku, sekalipun terasa sangat kikuk.
Di malam ketiga
pernikahan, akupun berinisiatif mencukur bulu vaginanya yang lebat. Dia
terkejut saat aku membawa pisau cukur di hadapannya.
"Hei, buat apa?"
Tanyanya keheranan.
"Sepertinya harus
dicukur dulu, sayang"
"Idih..."
sergahnya terkejut
"Kenapa?"
"Ya malulah..."
sergahnya.
"Kayaknya mengganggu
sekali, sampai kusut begitu" timpalku. Dia tersenyum geli dan terlihat
sangat keki.
"Ya Allah.... Kamu
ini" Sergahnya saat aku menyibakkan pakaiannya.
"Ih.... Ya
Allah..." Dia menggelinjang kegelian saat aku mulai mencukur bulu
kemaluannya. Dia terus menahan tawa keheranan melihatku melakukan itu. Aku
sendiri agak kesulitan mencukurnya, sebab bulu kemaluan istriku sangat lebat
bahkan gimbal berpilin-pilin di sana-sini.
"Kamu itu bener-bener
aneh" Sergahnya sembari menahan tawa geli.
"Kenapa, sayang"
"Masa kaya gitu"
:"Memangnya
kenapa?"
"Ih, aku sama sekali
nggak bayangkan akan begini"
"Kamu nggak mau
nyukur dulu, sih"
"Cukur gimana. Seumur
hidup aku nggak pernah nyentuh ke situ-situ"
"Makanya sampai
gimbal gini. Ini kan bikin penyakit" Jelasku santai.
"Apa iya, ya? Soalnya
aku suka pingsan setiap kali mens"
"Iya. Pernah waktu
SMA, terus di Surabaya juga"
"Tapi aku senang
menjadi orang pertama yang menyentuhnya"
"Ih..."
Sergahnya manja.
"Itu artinya kamu
benar-benar milikku" Gumanku, dan diapun hanya tersipu.
"Sudah, dong"
Rengeknya menahan geli.
"Belum. Masih bagian
atas ini. Ini pas lubangnya belum"
"Uh...."
Sergahnya lagi menahan geli.
"Sakit, ya?"
"Hemmm......"
Leguhnya manja.
"Kok keluar
cairannya? Cairan apaan ini?" Tanyaku berlagak pilon, saat Segulir cairan
licin bergulir keluar dari kemaluannya.
"Ih... Kamu..."
Leguhnya manja. Aku senang melihatnya tergoda. Dia menggelinjang hebat saat aku
mengusik lubang kemaluannya yang basah. "Mas..." Leguhnya memanja.
Karena tak tahan lagi aku
mencoba memasukkan kemaluanku ke liang vaginanya, tetapi tidak berhasil meski
beberapa kali mencoba. Liang itu masih masih sangat rapat. Apalagi bulu
kemaluannya masih menutupi liang itu. "Kok susah ya, mas?"
"Mungkin karena rambutnya
masih banyak. Nih, tumbuhnya sampai ke dalam-dalam" Jelasku. Dia semakin
menggelinjang saat aku mulai mencukur bulu yang tumbuh di dalam liang
vaginanya.
"Idih... Kok sampai
ke situ-situ, sih?" Sergahnya.
"Sakit ya?"
Tanyaku berlagak pilon.
"Emmmh... Geli"
Leguhnya menahan senyum.
"Kok nggak
ketawa?"
"Ih... Kamu. Aku
bener-bener nggak bayangin akan melakukan ini"
"Memang apa yang kamu
bayangkan?"
"Ya cuma berduaan,
bercerita ini itu"
"Nggak ngakui
hubungan?"
"Ya tahu, tapi aku
bayangkannya paling sesekali saja"
"Kamu nggak suka dong
aku giniin"
"Ya, buatku surprise
banget. Di luar yang aku bayangkan" Jawabnya sambil sesekali disertai
desahan.
"Sudah, nih. Tapi
cuci dulu, sana. Entar rambutnya masuk ke dalam" Pintaku selesai mencukur.
Dengan wajah girang,
istrikupun bergegas keluar kamar. Aku membayangkan akan mencoba lagi sesaat
setelah dia dari kamar mandi. Kupikir malam ini pasti bisa melakukannya tanpa
membuatnya kesakitan.
Setelah beberapa lama ke
kamar mandi, dia tak juga kembali. Aku girang saat tiba-tiba dia masuk kamar
lagi dengan tegopoh-gopoh. "Mas..., mas... Kayaknya aku mens, nih"
"Hah? Ampun...."
Keluhku sambil menepuk dahi.
"Emang kenapa?"
Tanyanya sambil tersenyum.
"Rencananya aku harus
sukses malam ini"
"Ih...."
Sergahnya sembari mencubitku.
"Biasanya aku merasa
sakit semua kalau lagi mens"
"Iya?"
"Tapi kali ini kok
enggak, ya" Tanyanya keheranan. Kamupun tenggelam dalam obrolan, canda,
tawa yang sesekali diselingi sentuhan, kecupan dan kemesraan hingga terlelap di
peraduan.