Kamis, 16 Februari 2012

PERAWAN TULEN - 3

Obrolan demi obrolan membuat aku kian mantap dengan pernikahanku. Aku makin lega saat mendapati ternyata istriku masih perawan. Aku semakin mengaguminya sebagai wanita yang benar-benar baik. Sekalipun pernah pacaran begitu lama, tetapi dia begitu teguh menjaga kesuciannya, dan hanya mempersembahkannya untukku.
Hingga malam ketiga pernikahan, kami belum juga berhasil berhubungan suami Istri. Vaginanya benar-benar rapat dan sulit ditembus. Sekalipun begitu, itu memberi keindahan tersendiri. Kami lebih banyak menghabiskan hari-hari awal pernikahan dengan bermesraan demi bermesraan. Dia bahkan mulai tak segan lagi menyentuh kemaluanku, sekalipun terasa sangat kikuk.
Di malam ketiga pernikahan, akupun berinisiatif mencukur bulu vaginanya yang lebat. Dia terkejut saat aku membawa pisau cukur di hadapannya.
"Hei, buat apa?" Tanyanya keheranan.
"Sepertinya harus dicukur dulu, sayang"
"Idih..." sergahnya terkejut
"Kenapa?"
"Ya malulah..." sergahnya.
"Kayaknya mengganggu sekali, sampai kusut begitu" timpalku. Dia tersenyum geli dan terlihat sangat keki.
"Ya Allah.... Kamu ini" Sergahnya saat aku menyibakkan pakaiannya.
"Ih.... Ya Allah..." Dia menggelinjang kegelian saat aku mulai mencukur bulu kemaluannya. Dia terus menahan tawa keheranan melihatku melakukan itu. Aku sendiri agak kesulitan mencukurnya, sebab bulu kemaluan istriku sangat lebat bahkan gimbal berpilin-pilin di sana-sini.
"Kamu itu bener-bener aneh" Sergahnya sembari menahan tawa geli.
"Kenapa, sayang"
"Masa kaya gitu"
:"Memangnya kenapa?"
"Ih, aku sama sekali nggak bayangkan akan begini"
"Kamu nggak mau nyukur dulu, sih"
"Cukur gimana. Seumur hidup aku nggak pernah nyentuh ke situ-situ"
"Makanya sampai gimbal gini. Ini kan bikin penyakit" Jelasku santai.
"Apa iya, ya? Soalnya aku suka pingsan setiap kali mens"
"Iya. Pernah waktu SMA, terus di Surabaya juga"
"Tapi aku senang menjadi orang pertama yang menyentuhnya"
"Ih..." Sergahnya manja.
"Itu artinya kamu benar-benar milikku" Gumanku, dan diapun hanya tersipu.
"Sudah, dong" Rengeknya menahan geli.
"Belum. Masih bagian atas ini. Ini pas lubangnya belum"
"Uh...." Sergahnya lagi menahan geli.
"Sakit, ya?"
"Hemmm......" Leguhnya manja.
"Kok keluar cairannya? Cairan apaan ini?" Tanyaku berlagak pilon, saat Segulir cairan licin bergulir keluar dari kemaluannya.
"Ih... Kamu..." Leguhnya manja. Aku senang melihatnya tergoda. Dia menggelinjang hebat saat aku mengusik lubang kemaluannya yang basah. "Mas..." Leguhnya memanja.
Karena tak tahan lagi aku mencoba memasukkan kemaluanku ke liang vaginanya, tetapi tidak berhasil meski beberapa kali mencoba. Liang itu masih masih sangat rapat. Apalagi bulu kemaluannya masih menutupi liang itu. "Kok susah ya, mas?"
"Mungkin karena rambutnya masih banyak. Nih, tumbuhnya sampai ke dalam-dalam" Jelasku. Dia semakin menggelinjang saat aku mulai mencukur bulu yang tumbuh di dalam liang vaginanya.
"Idih... Kok sampai ke situ-situ, sih?" Sergahnya.
"Sakit ya?" Tanyaku berlagak pilon.
"Emmmh... Geli" Leguhnya menahan senyum.
"Kok nggak ketawa?"
"Ih... Kamu. Aku bener-bener nggak bayangin akan melakukan ini"
"Memang apa yang kamu bayangkan?"
"Ya cuma berduaan, bercerita ini itu"
"Nggak ngakui hubungan?"
"Ya tahu, tapi aku bayangkannya paling sesekali saja"
"Kamu nggak suka dong aku giniin"
"Ya, buatku surprise banget. Di luar yang aku bayangkan" Jawabnya sambil sesekali disertai desahan.
"Sudah, nih. Tapi cuci dulu, sana. Entar rambutnya masuk ke dalam" Pintaku selesai mencukur.
Dengan wajah girang, istrikupun bergegas keluar kamar. Aku membayangkan akan mencoba lagi sesaat setelah dia dari kamar mandi. Kupikir malam ini pasti bisa melakukannya tanpa membuatnya kesakitan.
Setelah beberapa lama ke kamar mandi, dia tak juga kembali. Aku girang saat tiba-tiba dia masuk kamar lagi dengan tegopoh-gopoh. "Mas..., mas... Kayaknya aku mens, nih"
"Hah? Ampun...." Keluhku sambil menepuk dahi.
"Emang kenapa?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Rencananya aku harus sukses malam ini"
"Ih...." Sergahnya sembari mencubitku.
"Biasanya aku merasa sakit semua kalau lagi mens"
"Iya?"
"Tapi kali ini kok enggak, ya" Tanyanya keheranan. Kamupun tenggelam dalam obrolan, canda, tawa yang sesekali diselingi sentuhan, kecupan dan kemesraan hingga terlelap di peraduan.