Rabu, 29 Juli 2009

KISAHKU 11 - MALAM PERTAMA PENGANTIN


Resepsi pernikahan begitu meriah. Sebagaimana pesan kakaku, aku berusaha tampil tenang di pelaminan, dan tidak banyak bicara. Aku tak tahu bagaimana perasaanku di hari pelaminan itu. Suasana begitu hiruk-pikuk oleh banyaknya tamu yang hadir, termasuk teman-temanku yang datang memberi ucapan selamat. 
Aku justeru merasa salah tingkah saat resepsi selesai. Aku merasa rikuh ketika masuk kamar berdua dengan suamiku. Aku malu pada orang-orang di luar, juga tak tahu bagaimana bersikap pada suamiku. Itu sebabnya aku segera keluar kamar sesaat setelah ganti pakaian.
Aku ikut menyibukkan diri di dapur meski orang-orang mengolok-olokku. Aku memilih menyibukkan diri menyiapkan makanan yang ternyata kurang mencukupi kebutuhan setelah resepsi. Aku baru kembali ke kamar setelah orang tuaku memintaku menemani suami.
Aku bingung saat kembali masuk kamar. Aku tak tahu yang harus aku lakukan, dan mencoba menyibukkan diri di depan meja rias, membersihkan make up dan pewarna kuku. Suamiku yang seharian terdiam di kamar mendekatiku. Dia membantuku membersihkan kuku. Aku terkejut ketika beberapa saat kemudian dia mencium pipi kiriku. Aku hanya diam tanpa ekspresi dan terus membersihkan make up di wajahku.  
Aku kembali keluar beberapa saat karena ada seseorang menelponku. Teman-temanku yang tadi menghadiri resepsi rupanya mampir ke tempat Zaenal. Mereka bilang lelaki itu begitu kecewa. Aku tak tahu bagaimana menyikapinya. Yang pasti ini hari pernikahanku. Hari ini aku telah bersuami. 
Menjelang maghrib aku kembali ke kamar pengantin dan sholat berjamaah dengan suamiku. Dia kembali mencium pipi kanan, kiri dan keningku usai sholat. Saat berdiri melepas mukena aku terkejut, rupanya aku menstruasi malam itu.
Suamiku terkejut saat aku bilang aku menstruasi, tapi aku tidak tahu mengapa. Aku bilang padanya, kalau aku sebenarnya belum ingin melakukan hubungan suami istri malam ini. Aku membayangkan baru akan melakukannya satu atau dua bulan lagi.
Saat malam semakin larut, aku berganti baju tidur baby doll. Dengan sedikit rikuh aku merebahkan tubuhku di samping suamiku. Ini benar-benar pertama kalinya aku berada begitu dekat dengan laki-laki. Dia mendekatiku dan menindihkan pahanya di atas pahaku. Aku tersentak saat aku merasakan benda keras menyentuh pahaku dari balik kain sarung yang dia pakai. Dalam hati aku berfikir, "Aduh..., inikah benda itu? Besar sekali? Apakah cukup buat aku?"  
Aku memang sama sekali tak tahu urusan hubungan suami istri. Selama ini aku selalu menghindar setiap kali kawan-kawanku membicarakannya. Aku pikir hal begitu tak perlu dibahas, dan akan terjadi begitu saja.
Aku merasa geli saat tangannya menyentuh dadaku dan membuka kacing bajuku satu persatu. Dia tahu kami tak akan melakukan hubungan suami istri malam itu, dan menghabiskan malam dengan saling berbagi cerita ke sana ke mari. 
Rupanya dia tak tahan lagi. Dia melepas pakaianku satu persatu, mencumbuiku dan menindihku. Benda kerasnya kuhimpit di sela pahaku. Beberapa saat kemudian dia memelukku erat-erat, tubuhnya mengejang mendekap tubuhku, dan cairah licin menyembur di pangkal pahaku. 
Aku tidak tahu yang dia rasakan, tapi aku merasa sangat bahagia berada dalam pelukannya. Aku merasa begitu dekat dengannya seakan sudah bertahun-tahun mengenalnya.