Kamis, 18 November 2010

SELAMAT DATANG MASA LALU

Sangat lemah, tapi keras kepala luar biasa. Tidak perlu konfrontasi, bila akhirnya hanya harus mengalah, sementara masalah tetap menggelinding. Sebelum terbentur masalah yang lebih pelik dia tak akan mengalah, dan menganggap pandangannya paling benar. Bahkan saat benturan tiba, dia tak kan pernah mengakui kesalahannya.
Ikuti saja alurnya berfikir, dorong sekeras mungkin agar dia tahu sendiri letak kesalahannya. Begitu caraku menghadapinya. Sederhana. Kalau tak dapat dihentikan, dorong sekalian. Dia memang anti-kritik, apalagi dibahas kesalahannya. Karena itu, tak perlu dikritik dan dibahas. Lupakan saja, dorong sekeras mungkin. Siapa tahu, ini jadi jalan kebebasanku dari neraka ini.
Dia selalu ingin mempertahankan persahabatan,  kebebasan berkomunikasi dan bergaul dengan teman-teman baiknya, termasuk mantan kekasih yang sudah dia anggap teman baik seperti yang lain. Oke, saya sangat setuju. Karena itu artinya aku kan juga boleh begitu. Masa dia saja yang boleh. Aku lebih bisa.
Aku nyesal juga, karena selama ini selalu menjaga diri dari hal yang bisa membuat dia cemburu atau tidak enak hati, sementara dia sendiri tidak. Tahu begini, mestinya telpon dan SMS cewek-cewek cantik itu aku tanggapi dan kusimpan nomornya. Keluarga macam apa tidak penting. Yang penting happy kan? Toh selama ini aku menderita sekali hidup bersamanya. Mestinya cewek-cewek itu bisa beri aku sedikit hiburan.
Yang pasti, dalam beberapa hari akan ada servis lebih, meski mungkin Cuma sehari dua hari saja. Lumayan bisa dinikmati, tapi aku tak tertarik seks permintaan maaf (apologize sex). Pasti juga akan banyak meluncur permintaan maaf. Aku tak tahu, yang mana yang harus dimaafkan. Sudah enam tahun dianggap biasa, masak diubah seenaknya. Papa sendiri mulai berharap ini bisa jadi jalan kebebasan. Memangnya setelah ini dia nggak mau telpon dan menerima telpon dari kawan-kawannya lagi? Mustahil. Membatasi adalah tindakan percuma. Karena toh akan terulang dan terulang lagi.
Ini bukan jaman Majapahit atau feodalisme Mataram. Ini jamannya Reza  Artamevia, Elma Theana dan Krisdayanti. Pernikahan bukan penghalang seseorang untuk berteman dengan siapapun, termasuk mantan pacar, mantan istri atau siapa saja. Kalau ternyata terjadi affair, itu urusan nanti. Biarkan dunia mengalir apa adanya.
Kebodohan. Kebodohan apaan? Sudah enam tahun kok bodoh terus. Itu bukan kebodohan, tapi kebiasaan. Jadi, biarkan semua mengalir. Aku tak khawatir, tak menuntut, tak berharap apapun dari istriku. Kalaupun boleh berharap aku ingin seks yang memuaskan saja, tapi itu juga sudah jelas tak mungkin. Jadi aku memilih sama sekali tak khawatir. Aku sendiri tak akan lagi menghindari hal-hal begitu. Aku tak lagi menganggap sebagai bahaya, tapi sebaliknya. Aku toh masih doyan tempik yang lain.
Bila kita mengkhawatirkan sesuatu kita akan terbelenggu olehnya. Bebaskan diri anda dari semua kekhawatiran agar anda benar-benar bebas. Hadapi saja hidup sebagaimana kehidupan itu berjalan. Begitulah kira-kira petuah bijaknya. Yang jelas, ini mengganggu konsentrasiku menulis, bo. Aku harus benar-benar hengkang dari masalah ini.