Jumat, 27 Maret 2009

KISAHKU 01 - MASA KECIL YANG TERKEKANG

Aku adalah gadis kecil yang punya banyak impian. Aku ingin tampil cantik, menyanyi, menari dan menikmati masa kecil seperti kebanyakan anak seusiaku. Sejak sekolah dasar, aku belum cukup berprestasi di sekolah. Mungkin karena sekolah masa itu belum banyak tuntutan, sehingga aku sekolah asal sekolah saja. Kedua orang tuaku juga tidak pernah menuntut apapun. Mereka bahkan lebih suka aku mengaji dan mengikuti kegiatan keagamaan dibanding sekolah.
Sebenarnya aku berminat sekali tampil di depan umum. Aku sangat menikmati bergabung di grup Qosidah di kampungku. Meski saat itu aku masih tergolong kecil, tetapi beberapa kali aku diminta menjadi penyanyi di grup Qosidah bersama anak-anak yang lebih dewasa. 
Di sekolah sebenarnya aku ingin sekali ikut kegiatan menari di sekolah, tetapi orang tua selalu melarangku. Sebagai orang santri dan termasuk ditokohkan di kampung, orang tuaku malu bila anaknya ikut dong gleng-dong gleng, katanya. Bahkan karena begitu besarnya keinginanku belajar menari, sampai-sampai suatu hari aku memecah tabunganku untuk membeli selendang, tetapi sayang orang tuaku tahu dan memarahiku. Keinginanku pupus oleh ego atau idealisme orang tuaku.
Aku merasa semakin tertutup ketika disekolahkan di Surabaya. Sekolah itu memiliki asrama khusus puteri. Yang sekolah di sana umumnya anak orang-orang kaya pada masa itu, dan aku termasuk orang paling pas-pasan di antara mereka. Orang tuaku bahkan harus menjual perhiasannya ketika harus memenuhi biaya pendidikan di sana.
Meski prestasiku di sekolah cukup menonjol, aku merasa sangat tertekan selama sekolah di sana. Setiap kali diantar ke asrama, aku selalu menangis. Aku tidak betah di sana, tetapi tak bisa menolak kehendak orang tuaku.
Seingatku tak banyak kenangan di sekolah, karena sekolah itu tidak banyak kegiatan lain, selain pelajaran demi pelajaran. Hal yang paling menghiburku hanyalah sikap beberapa guru yang begitu perhatian padaku, karena prestasiku cukup menonjol. 
Selain itu, di tempat itulah untuk pertama kalinya aku tertarik dengan lawan jenis. Waktu masih kelas 1 kebetulan masih bercampur dengan anak laki-laki. Di antara mereka ada seorang anak laki-laki yang aku suka banget.
Aku kagum pada anak itu karena kelihatan sabar, penurut dan pintar di kelas. Mungkin ini yang disebut cinta monyet, tetapi kekaguman itu hanya  kusimpan dalam hati selamanya, sebab setelah kelas 2 aku tak pernah melihatnya lagi.