Kamis, 01 Januari 2009

ISTRIKU BAGIKU

Phisically, profile istriku sangat ideal untuk seleraku, seorang perempuan bertubuh ramping, wajah menarik dan smart. Bagiku dia perempuan yang sangat cantik dan

sempurna di mataku. Aku menemukan semua imaginasiku tentang profil wanita ideal
pada dirinya.
Pertama, dia perempuan yang paling cantik di mataku, berwajah lembut tapi tidak melankolis. Dia tipe perempuan cantik and smart, seperti Ira Kusno, Desi Ratnasari atau Sahnaz Haque.
Kedua, aku suka bentuk tubuhnya yang indah. Ramping dan berkulit bersih seperti yang aku impikan selama ini. Aku membayangkan andai dia mau memakai pakaian mini, pasti sangat-sangat seksi. Ketika tubuhnya agak berisi seperti saat ini, ternyata jauh lebih menggoda. Andai dia mau aku bahkan paling suka melihatnya telanjang bulat.
Ketiga. Dia perempuan yang selalu pantas memakai pakaian apapun. Tapi aku paling suka kalau dia memakai pakaian ketat. Lekuk tubuhnya yang indah selalu membangkitkan semangat.
Keempat. Dia perempuan satu-satunya di dunia ini yang benar-benar menggetarkan hatiku sejak pertama kali aku menatap matanya.  Aku seperti menemukan takdir masa depanku sejak pertama aku melihatnya, dan ternyata terbukti.
Kekurangan dia di mataku terletak pada sikap dankepribadiannya yang kurang “ngeseks” saja. Sebenarnya dia bisa sangat hot saat bercinta, tapi itu terlalu jarang. Aku merasa dia kurang begitu enjoy bahkan kurang butuh seks. Sejak malam pengantin dia biasa mengulum sekujur tubuhku, seperti yang biasa kulakukan padanya, tapi seiring waktu semua itu semakin jarang dan jarang kunikmati.
Dia seperti kurang tertarik pada seks, atau bahkan terganggu bila diajak peluk-pelukan, ciuman atau raba-rabaan. Sepertinya dia kurang obsesif untuk urusan seks atau libidonya relatif lemah. Dia kurang sensitif, kurang respon sehingga tidak mudah terangsang. Dia seperti kurang begitu membutuhkan seks. Seks dan kemesraan sepertinya hanya kwajiban atau hanya untuk menyenangkan suami saja.
Satu-satunya yang membuat dia terangsang adalah ketika dikulum vaginanya, yang itupun tidak setiap saat mau digituin. Dia tidak mudah merespon erotik, terlalu kaku, menghindar  dan tak suka berlama-lama kalau diajak bermesraan. Dia kurang enjoyfull, kikuk dan menganggap aneh telanjang di depan suami.

Dia terlalu terikat ruang & waktu. Dia terlalu terikat nilai tradisi & selalu dibayangi rasa khawatir diperhatikan orang lain. Dia juga hanya mau bermesraan dan ML (Making a love) saat dan tempat tertentu

saja yang bagi dia benar-benar aman. Itu artinya, bagi dia bermesraan dan ML (Making a love) bukan kebutuhan akan kesenangan dan kenikmatan, tapi sekedar jatah buat suami. Persoalannya bukan karena dia tidak bisa, tapi kurang banyak.  
MY HOPE
Sebenarnya aku ingin hubungan suami-istri yang selalu hangat dan penuh kemesraan. Aku selalu ingin bercinta yang penuh gairah. Aku kurang puas kalau dilayani karena kwajiban. Tapi kalau hasrat sedang memuncak, asal masuk vaginanya bagiku sudah jauh lebih dari cukup.
FRIDAY, APRIL 06, 2007