Kamis, 23 Desember 2010

AKHIR DESEMBER

Dia pasti sudah bahagia saat ini, atau minimal sibuk dengan urusan bisnisnya. Dia pasti tak mengingatku lagi, entah memang tak ingat lagi, atau sengaja tak ingin mengingatnya. 
Bulan Desember pasti tak lagi istimewa baginya, atau dia memang tak mau mengistimewakannya. Jangan-jangan dia memang ingin benar-benar melupakan semua yang pernah dia jalani bersamaku.
Yang jelas hari ini aku teringat lagi, begitu jelas mengingatnya. Bulan ini pernah menjadi momen paling istimewa antara aku dan dia. Bulan inilah kami memulai semuanya, menjadi begitu dekat, teramat dekat, tanpa sedikitpun jarak antara aku dan dia. 
Semua terjadi begitu saja. Tiada kata terucap, hanya hati yang berbicara. Tiba-tiba kami sudah bersama dalam perjalanan terjauhku pertama kali selama di Jogja, menembus kegelapan jalanan Parangtritis, mengabaikan rintik hujan yang tak henti mengguyur malam, hingga akhirnya kami menginap di Parangkusumo. 
Tiada kata, tiada komitmen apapun, tiapa sergahan, tiada... ya terjadi begitu saja. Dia membiarkanku melucuti seluruh pakaiannya, dan bergumul sebagai sepasang kekasih yang dimabuk asmara. 
Di akhir bulan ini pula dia membiarkanku melepaskan segala hasratku padanya. Begitu jelas teringat dia membelaiku penuh mesra, menenangkanku yang kehilangan kendali. Begitu jelas  kuingat seluruh rasa yang luruh bersama segenap jiwa raga, hingga aku terkulai manja di atas  tubuhnya.  
Mungkin kenangan indah ini hanya untukku dan untuknya. Hanya saja harus kusadari mungkin dia tak ingin mengenangnya lagi....