Rabu, 24 Oktober 2012

NIKMATILAH TUBUH ISTRIKU, MAS ZAENAL 3

Zaenal dan Tutik kembali saling berpelukan erat sesaat setelah mereka bangkit dari tempat tidur. Lelaki itu tak mampu menahan hasratnya melihat tubuh mulus Tutik yang hendak memakai pakaian. Baju yang hendak mereka pakaipun kembali terjatuh di lantai. 
Tubuh mereka bergoyang-goyang karena begitu eratnya pelukan. Kedua insan itu seakan belum rela mengakhiri percintaannya yang begitu membara hari ini. Kerinduan mereka untuk memadu kasih sepertinya belum sepenuhnya terpuaskan. 
Beberapa kali mereka saling bertatapan mata penuh arti saat mengendurkan pelukan, lalu kembali berpelukan erat dan kian arat. Pertemuan hari serasa belum cukup untuk melepaskan kerinduan yang selama ini terpendam. Hasrat cinta bahkan kian merebak mengikat batin kedua insan tanpa ingin mengakhirinya kembali.
"Aku ingin selamanya bersamamu, Tut" Ucap Zaenal lirih saat mereka kembali bertatapan mata.
"Aku juga, Nal" Sahut Tutik syahdu, yang disusul kecupan lembut di bibir wanita itu.
"Berat rasanya harus mengakhiri semua ini" Sambung Tutik saat mereka kembali saling berpelukan.
"Aku juga" Sahut Zaenal lirih, dan seketika Segulir air mata tampak merembes dari pelupuk mata keduanya.
"Aku ingin selamanya bersamamu" Bisik Tutik sendu.
"Aku juga. Aku benar-benar damai bersamamu" Bisik Zaenal.
Perlahan kelamin lelaki itu kembali menegang menyentuh vagina Tutik. "Kok tenang lagi?" Bisik Tutik nakal. 
"Kamu terlalu menggoda" Bisik Zaenal menimpali.
"O ya?" Sahut Tutik sembari melonggarkan selangkangannya. Zaenalpun menekan-nekan pinggulnya hingga ujung penisnya menyusup di sela vagina Tutik. Dengan menggerakkan pinggul perlahan, ujung penis Zaenal menggesek-gesek sela vagina Tutik yang ternyata juga kembali basah. 
Seperti halnya Zaenal, gairah wanita itu ternyata juga kembali menghangat menyambut hasrat mantan kekasihnya yang kembali dalam pelukan. Setelah beberapa saat ujung penis itu hanya mengusik sela vaginanya, Tutik mengangkat kaki kirinya berpijak pada bibir tempat tidur, hingga penis Zaenal mudah menyusup ke dalam liang senggamanya.
Zaenal kian leluasa menggerakkan penisnya keluar masuk liang vagina dan kembali membawa kedua insan yang saling mencintai itu kembali larut dalam kenikmatan. Mereka saling menatap sendu. Mereka kembali larut dalam paduan hasrat yang begitu dalam. 
"Nal...." Leguh Tutik beberapa kali. Zaenal hanya menatap dan menggerakkan pinggulnya maju-mundur memacu hasrat Tutik yang kian hanyut dalam rangsangan kenikmatan. 
"Nal... Oh..." Leguh Tutik kian keras saat rasa nikmat kian memuncak. Seakan tahu yang Tutik mau, Zaenalpun kian cepat menggerakkan penisnya di dalam vagina Tutik. 
"Nal... Nal... Zaenal... Nal... Zaenal... Nal... Sayang...." Pekik Tutik kian meninggi dan tubuh keduanyapun mengejang hebat. "Tut.... Uh.... Hem... Uh..." Zaenalpun meleguh panjang saat spermanya kembali memamcar deras ke rahim Tutik. 
"Hem......" Beberapa saat mereka mengerang sambil berpelukan erat. Tubuh mereka terhuyung-huyung lemas, kemudian rebah bersama di atas tempat tidur. Beberapa kali mereka mengeratkan pelukan yang tak pernah mereka lepaskan.
Mereka baru kembali kendurkan pelukan saat panasnya hasrat mulai mengendur, dan “Emh... “ Mereka meleguh serempak saat penis Zaenal yang mulai melepas terlepas dari vagina Tutik.
Tangan Tutik tak henti mengelus tubuh Zaenal. Begitupun Zaenal tak bosan mengelus, membelai, menjelajahi sekujur tubuh Tutik, menyusuri wajah cantiknya dan sesekali diikuti kecupan demi kecupan.
“Kamu hebat sekali, Nal” Bisik Tutik sendu.
“Masa sih?” Sahut Zaenal penuh perhatian.
“Tiga kali berturut-turut. Aku nggak pernah sebanyak ini” Sahut Tutik.
“Aku juga nggak pernah segairah ini” Sahut Zaenal lagi.
“Biasanya aku cuma sekali lalu tertidur bersama” Sambung Tutik.
“Aku juga biasanya gitu” Zaenal menimpali.
“Aku belum pernah sepuas ini, sayang”  Sambung Zaenal lagi yang disambut Tutik dengan pelukan lalu kecupan lembut di bibir lelaki itu.
Beberapa saat mereka saling berbagi cerita soal pengalaman mereka bercinta dengan pasangan masing-masing. Sesekali mereka tersenyum geli dan saling tertawa lirin saat hal-hal lucu terlontar dari celoteh mereka berdua.
Jiwa kedua sejoli itu begitu bahagia menemukan kembali kenyamanan batin yang selama ini hanya impian belaka. 
"Sudah sore. Kita mandi dulu, yuk" Ajak Tutik memanja. Setelah kembali beradu kecupan, Tutikpun beranjak bangkit meraih pakaiannya di lantai, tetapi Zaenal segera menarik pakaian itu. 
"Idih... gimana, sih? Mau mandi, nih..." Sergah Tutik manja. Tanpa menjawab, Zaenal  langsung memeluknya dari belakang. Mengelus perutnya, dadanya, menciumi tengkuknya. 
"Idih... Bau" Sergah Tutik saat jemari lelaki itu mencoba meraba vaginanya.
"Kita mandi bersama aja" Bisik Zaenal disambut senyum Tutik yang terkembang. 
Dengan tubuh bugil, Tutik membimbing lelaki itu ke kamar mandi.