Suasana hati saat ini mengingatkanku pada awal
pernikahan. Saat itu, aku sangat kecewa setelah tahu istriku belum seutuhnya
lepas dari Zaenal. Istriku masih belum mampu melepaskan bayang-bayang Zaenal,
meski dia sudah berada dalam pelukanku.
Rasa kecewa itu begitu menggangguku, dan menjadi
ganjalan batin sepanjang pernikahanku. Aku menyesal memiliki istri yang masih
mencintai orang lain.
Penyesalanku berpuncak saat aku tahu istriku
ternyata sering mencuri-curi kesempatan untuk dekat kembali dengan Zaenal.
Pernikahanku benar-benar kehilangan arti karenanya. Aku merasa tak lebih dari
sekedar lelaki penganti buat istriku, sementara hatinya masih terikat dengan
seseorang di luar sana.
Perlahan aku berusaha menerima kenyataan itu.
Apalagi istriku berusaha menjaga jarak dari Zaenal dan mbak Umi yang selama
pacaran dengan Zaenal menjadi mak comblangnya. Mbak Umi juga yang selama
menikah selalu menghubungkan istriku dengan Zaenal.
Beberapa waktu berselang, istriku kembali tergoda
lelaki lain. Godaan dan sanjungan Asnan, teman kuliahnya, membuat istriku
begitu penasaran pada lelaki yang kembali dijumpai saat reuni kampus itu.
Istriku begitu berbunga-bungan dengan godaan dan
celoteh Asnan yang lucu dan memancing rasa penasaran. Aku ingat tingkah lucu
istriku saat sembunyi-sembunyi, dan dengan raut gelisah menanti SMS atau
telepon guru SMK swasta itu di Malang itu. Istriku selalu membawa handphone ke
manapun, bahkan saat tidur.
Istriku begitu shok saat sadar aku tahu semua yang
dia sembunyikan. Dia sadar telah membuatku kecewa untuk kedua kalinya, tapi aku
segera memastikan bahwa aku tak keberatan pada hubungan istriku dengan
Asnan.
Hingga beberapa minggu lalu istriku paling betah
chatting dengan Asnan hingga larut malam, apalagi saat aku tak di rumah. Meski
begitu aku senang sebab pertemanan istriku dengan Asnan dan teman-teman
kuliahnya membuat istriku makin terbuka dan agresif dalam bercinta.
Selain dengan Asnan, istriku kembali dekat dengan
Faizin teman SMA di Jombang. Beberapa kali Faizin mencoba menggoda istriku
dengan mengungkit masa lalu, tetapi awalnya kurang direspon istriku.
Perlahan tapi pasti Faizin berhasil memancing
istriku untuk berani mengungkapkan perasaannya. Aku sempat shok melihat istriku
berbagi perasaannya pada Faizin. Istriku mengakui memang menyukai Faizin hingga
saat ini, hanya saja dia belum terpikir untuk melangkah lebih jauh. Istriku sadar
benar, betapa hubungan yang lebih jauh dengan Faizin begitu dekat, hanya
tinggal masalah kemauan antara mereka berdua.
Saat aku tanyakan hubungannya dengan Faizin, kali
ini istriku berusaha terus terang. Dia bersikap bahwa yang dilakukan masih
dalam batas kewajaran. Dia Shock begitu menyadari bahwa pengakuannya justeru
membuka tabir rahasia hatinya selama ini.
Kini kusadari betapa istriku sebenarnya hanya wanita
rapuh untuk urusan hati. Meski hingga kini masih komitmen pada keluarga, tapi
dia rentan didera godaan, mudah kesepian, terbuai perhatian, pujian dan kata-kata
lelaki.
Aku tak lagi kecewa pada istriku, meski menyesal
juga memiliki istri seperti ini. Aku kasihan melihat istriku yang harus menjadi
korban kekolotan orang tuanya. Beratnya jalan cintanya dengan Zaenal di masa
lalu mungkin telah membuat jiwa istriku sangat rapuh dan mudah goyah. Wanita
itu bahkan terlalu polos untuk membedakan antara rayuan dan obrolan pertemanan.
Aku tahu,
beberapa waktu ke depan hal seperti itu akan terulang lagi, bahkan
sangat mungkin lebih jauh lagi. Istriku mudah terbuai lelaki yang memiliki
kesan di masa lalu atau berkepribadian matang dan terkesan baik. Meski jauh
dari harapan, aku terima istriku apa adanya dan akan menjaganya sebagai wanita
istimewa dalam kehidupanku.