Dalam
keadaan tanpa busana Zaenal dan Tutik melangkah ke kamar mandi. "Aku
duluan" Sergah Tutik saat membuka pintu kamar mandi.
"Bareng
aja" Sahut Zaenal.
"Aku
mau pipis dulu" Sergah Tutik sambil menahan pintu.
"Aku
juga" Sahut Zaenal menggoda.
"Idih...
Tapi nggaklah... Gantian aja" Sergah Tutik
"Aku
ingin tahu segalanya tentang kamu" Bisik Zaenal sembari memaksa masuk.
Dengan wajah keki Tutikpun membiarkan lelaki itu turut masuk ke kamar mandi.
"Mending
kamu di luar. Aku mau pipis, sayang" rengek Tutik. Zaenal tak menjawab,
hanya kecupan lembut dia daratkan ke bibir wanita itu. Tutikpun menyambut
dengan penuh kepasrahan.
"Ayo
dong pipis. Aku mau lihat" Pinta Zaenal.
"Idih..
Jorok banget" Sergah Tutik.
"Kapan
lagi bisa lihat kamu pipis?" Rengek Zaenal memanja.
"Ih..
Kamu" Sergah Tutik sembali membalikkan badannya.
"Kalau
gitu biar aku yang pipis dulu" Ucap Zaenal seraya membuka penutup
kloset.
Sejenak
kemudian air seni mengucur deras dari penis lelaki itu. Dengan tatapan ragu, Tutik
melirik penis coklat yang besar dan panjang itu mengucurkan air seni begitu
banyak. Hati wanita itu berdebar melihat penis mantan pacarnya yang begitu
menggoda hasrat kewanitaannya.
Saat Zaenal
terlihat akan selesai pipis, wanita itu bergegas menyalakan shower untuk
membasahi tubuhnya. Setelah menyiram closet Zaenal segera menyusul wanita itu
berguyur di bawah shower. Senyum geli mengembang di wajah wanita itu saat tubuh
Zaenal menyentuh kulitnya. Rona bahagia terpancar di wajahnya yang basah saat
Abied memeluknya dari belakang.
Tubuh wanita
itu menggeliat geli saat penis Zaenal menyentuh sela-sela pantatnya yang indah
sedang tangannya merayapi pinggangnya dan secara perlahan menyusuri perutnya,
lalu meremas lembut buag dadanya. Semmbari menggeliat kegelian jangan Tutik
bergerilya di belakang pantatnya, meraih penis Zaenal yang terasa licin oleh
sisa sperma bercampur air.
Beberapa
saat kemudian Tutik membalikkan badannya, merekatkan payudaranya ke dada lelaki
itu. Di bawah guyuran showe keduanya sejoli itu kembali larut dalam pelukan
sembari saling melumat bibir dengan penuh kemesraan. Mereka begitu larut dalam
kesyahduan cumbuan yang begitu membuat, beberapa saat kemudian penis Zaenal
terlihat mulai menegang lemah, dan perlahan membesar.
Tutik
sedikit terhenyak saat ujung penis itu menekan permukaan vaginanya. "Ah...
" sergah wanita itu sembari tersenyum saat lumatan bibirnya terlepas dari
bibir Zaenal. Buru-buru Zaenal melumat kembali bibir mungil itu sembari
menggerakkan pinggulnya. Lelaki itu berusaha kembali menyusupkan ujung penisnya
di sela vagina yang basah oleh guyuran shower.
Beberapa
kali menggerakkan pinggulnya, ujung penis Zaenal gagal senyusup ke liang
vagina. Zaenal terus berusaha menekan lebih keras, tetapi penisnya hanya
menyentuh permukaan vagina yang tercukur halus itu. Menyadari keinginan Zaenal,
Tutikpun membukakan melonggarkan selangkangannya, hingga perlahan penis itu
mulai menyentuh klitoris dan bibir dalam vagina, dan kesulitan masuk lebih
dalam.
Beberapa
saat Tutik membiarkan penis Zaenal menggesek liang vaginanya, meninkmati
gesekan penis yang terasa hangat di tengah sejuknya guyuran shower. Melihat
Zaenal begitu penasaran, Tutikpun mengangkat kaki kanannya dan menginjakkannya
ke atas closet duduk warna ungu di kamar mandi itu.
Bless...
Akhirnya penis itu secara perlahan menembus liang vagina wanita yang masih
terasa sempit meski pernah melahirkan empat anak itu. "Emh..." Tutik
meleguh saat tusukan penis menembus liang di vaginanya. Zaenalpun merasakan
kenikmatan yang sama dan secara perlahan menggerak-gerakkannya keluar-masuk
liang vagina Tutik.
Saat hasrat
kian meninggi, Zaenal mulai semakin cepat menggerak-gerakkan penisnya
keluar-masuk vagina Tutik, hingga membawa keduanya dalam kenikmatan yang
sensasional, nikmat bersenggama di bawah guyuran shower. Hanya tak berapa lama,
Zaenal merasa kelelahan dan penisnya tak juga menyemburkan sperma.
"Sambil
duduk yuk" Pinta Zaenal lirih sembari melepas penisnya dari liang
senggama. Tutik hanya menurut, sembari mematikan shower. Wanita itu mengangkang
di atas paha Zaenal yang dusuk dia atas closet. Dengan hati-hati, wanita itu
memasukkan penis Zaenal ke vaginanya lalu memeluk lelaki itu erat-erat.
Sejenak
mereka kembali berciuman yang teramat dalam, sedang Tutik mulai
menggerak-gerakkan pinggulnya perlahan. Wanita itu menggerakkan pinggulnya kian
cepat saat bibirnya terlepas dari bibir Zaenal. Lelah dengan gerakan
maju-mundur, wanita itu mencoba menggerakkan pinggulnya ke atas-ke bawah, tapi
tak berapa lama wanita itu merasa tak nyaman dan lelah, sehingga kembali ke
gerakan semula.
Mungkin
karena bersetubuh seharian, merekapun kelelahan, dan berhenti sejenak sambil
berpandangan. "Kamu bahagia nggak, Tut?"
"Hem..
emh" Jawab Tutik sembari mengangguk.
"Gumana
kalau kita coba di dalam bak mandi?" Sambung Tutik menawarkan.
"Boleh"
Sahut Zaenal senang. Lelaki itupun naik ke atas bibir bak mandi dan perlahan
menyeburkan diri ke dalamnya. Air bak mandi yang penuh itupun tumpah keluar.
Dengan berpijak pada closet, Tutik mencoba naik ke bibir bak mandi menyambut
uluran tangan Zaenal yang membantunya masuk ke dalam air.
Air bak
mandi kembali tumpah ruah ke lantai setelah Tutik menceburkan diri ke dalamnya.
Air kembali deras meluber saat kedua sejoli itu membenamkan tubuhnya ke dalam
air. Wajah Tutik berburai senyum saat Zaenal mendekapnya dari belakang. Senyum
wanita itu kian melebar saat jemari lelaki itu meremas payudaranya dengan
lembut. Tutik menggelinjang saat jemari Zaenal mulai memilin puting susunya
yang menegang.
Beberapa
lama mereka begitu asyik menikmati nikmatnya sentuhan kulit tubuhnya di dalam
air. Penis Zaenal yang sedari tadi menegang sesekali menghentak sela-sela
pantat Tutik yang mulai terasa dingin. Wanita itu menggeliat lembut saat Zaenal
menciumi tengkuhnya yang putih.
Sesaat
kemudian Zaenal dan Tutik terdiam menikmati buaian asmara dalam air bak mandi
yang dingin. Mereka biarkan perasaan mereka menyatu dalam indahnya dekapan.
Beban kerinduan yang sekian lama tertahan seakan mulai menemukan kedamaian,
sejernih air yang menyatukan mereka senja ini.
Saat tubuh
terasa mulai dingin, Tutik bangkit dan membalikkan tubuhnya. Wanita itu mulai
mengangkangkan kakinya di atas tubuh zaenal, dan dengan meraba-raba jemarinya
memegang erat penis Zaenal. Perlahan sejoli itu berusaha menyatukan raganya
dalam balutan air yang tak lagi terasa terlalu dingin.
Tak seperti
yang mereka bayangkan, ternyata vagina Tutik terasa kesat karena cairan pelumas
vaginanya larut oleh air bak mandi. Setelah usaha-demi usaha yang mereka
lakukan, akhirnya penis Zaenal masuk sedikit demi sedikit ke dalam vagina yang
di dalamnya terasa hangat dan nikmat. "Emmm... mmh" Keduanya meleguh
mendesah oleh nikmatnya bersenggama di dalam air.
Rona bahagia
terpancar jelas di wajah kedua insan yang mulai tampak sayu. Sesaat mereka
kembali saling berpandangan penuh makna, seakan menyatakan beribu kata cinta
yang tak mungkin terucap. Hanya senyum bahagia yang terlukiskan di wajah mereka
yang basah. Hanya kecupan lembut dan kuluman penuh rasa yang mereka padukan
mewakili berjuta rasa.
Meski
sedikit sulit, mereka berusaha menggerakkan pinggulnya, memacu hasrat yang
telah menyatu. Zaenal dan Tutik bercinta sembari berenang, serasa di samudera
cinta yang tak bertepi. "Sudah dulu, Nal. Sakit" Ucap Tutik tiba-tiba
sembari berdiri melepaskan penis Zaenal dari jepitan vaginanya.
"Benernya
enak banget, Tut" Rengek Zaenak sembari menarik tangan Tutik.
"Tapi
sakit" Keluh Tutik.
"Emang
biasanya gimana?" Tanya Zaenal sembari memeluk tubuh Tutik di dalam air.
"Biasanya...
Ih kamu ngomong apa, sih" Sergah isriku yang enggan menjawab.
"Aku
baru kali ini kaya gini" Sahut Zaenal.
"Masa?"
"Iya.
Berarti pengalaman kamu luar biasa, ya?" Goda Zaenal.
"Idih...
Ngomong apaan, sih?" Sergah Tutik dan Zaenal hanya diam saja.
"Suamiku
memang jago banget main ginian"
"Kalah
dong aku?"
"Cek.
Enggak juga. Dia memang pinter banget soal ginian. Itu sebabnya, dia bisa
mengalihkan perasaanku dari kamu"
"Kok
akhirnya....?" Tanya Zaenal terputus, tetapi Tutik paham maksudnya.
"Emmm....
Dia nggak nyaman karena diam-diam aku masih suka kamu. Aku nggak bisa lupakan
kamu, Nal"
"Aku
juga, Tut. Kamu beruntung punya suami yang begitu ngerti. Kalau aku, rasanya
nggak mungkin biarkan Tutik disentuh orang" Terang Zaenal.
"Atau
jangan-jangan dia memang nggak cinta kamu?" Sambung Zaenal.
"Entahlah.
Dia bilang, inilah cara dia menunjukkan cintanya"
"Gila
banget, ya? Kadang aku ragu, apakah dia beneran atau... " Sahut Zaenal.
"Enggak,
kok. Dia itu beda banget dari kebanyakan orang" Jelas Tutik.
"Udahlah...
dingin banget" Sergah Tutik mengakhiri pembicaraan.
"Aduh...
Masih pengen lama-lama, nih" Rengek Zaenal menahan tangan Tutik.
"Tapi
dingin banget. Lagian, penis kamu sudah lemas, tuh" Sahut Tutik. Zaenalpun
bangkit dan membimbing Tutik keluar bak mandi.
Saat Tutik
menggosok rambutnya dengan sampo, lelaki itu menyabun tubuh Tutik. Dia
memanfaatkan kesempatan meraba-raba tubuh indah Tutik dengan air sabun yang
licin. Tutik sempat kegelian, saat jemari lelaki itu menyentuh payudara, perut,
dan pantatnya. Wanita itu menyergah saat jemari lelaki itu mulai meraba
vaginanya.
Setelah
mengguyur sekujur tubuhnya dengan air shower, wanita itu gantian menyabun tubuh
Zaenal. Jemari lentiknya menyusuri setiap lekuk tubuh lelaki itu. Zaenal
mengerang keenakan saat jemari Tutik mengocok penisnya dengan air sabun, hingga
penis itu perlahan menegang kembali.
Zaenal
menarik tubuh wanita itu ke hadapannya saat penisnya menegang lebih keras.
Lelaki itu berusaha memasukkan lagi penisnya ke vagina Tutik, tetapi ereksinya
terlalu lemah. Akhirnya merekapun hanya berpelukan sembari tersenyum penuh
arti.
Setelah
mengguyur kembali tubuhnya, Tutik keluar kamar mandi sambil berbalut handuk.
Dia sudah berganti pakaian saat Zaenak keluar kamar mandi. Saat rabutnya masih
basah, Tutik pergi ke dapur menyiapkan makanan. Makanan sudah tersaji rapi di
atas meja makan saat Zaenal muncul dan mendaratkan kecupan.