Sabtu, 27 Oktober 2012

NIKMATILAH TUBUH ISTRIKU, MAS ZAENAL 4

Dalam keadaan tanpa busana Zaenal dan Tutik melangkah ke kamar mandi. "Aku duluan" Sergah Tutik saat membuka pintu kamar mandi.
"Bareng aja" Sahut Zaenal.
"Aku mau pipis dulu" Sergah Tutik sambil menahan pintu.
"Aku juga" Sahut Zaenal menggoda.
"Idih... Tapi nggaklah... Gantian aja" Sergah Tutik
"Aku ingin tahu segalanya tentang kamu" Bisik Zaenal sembari memaksa masuk. Dengan wajah keki Tutikpun membiarkan lelaki itu turut masuk ke kamar mandi.
"Mending kamu di luar. Aku mau pipis, sayang" rengek Tutik. Zaenal tak menjawab, hanya kecupan lembut dia daratkan ke bibir wanita itu. Tutikpun menyambut dengan penuh kepasrahan.
"Ayo dong pipis. Aku mau lihat" Pinta Zaenal.
"Idih.. Jorok banget" Sergah Tutik.
"Kapan lagi bisa lihat kamu pipis?" Rengek Zaenal memanja.
"Ih.. Kamu" Sergah Tutik sembali membalikkan badannya. 
"Kalau gitu biar aku yang pipis dulu" Ucap Zaenal seraya membuka penutup kloset. 
Sejenak kemudian air seni mengucur deras dari penis lelaki itu. Dengan tatapan ragu, Tutik melirik penis coklat yang besar dan panjang itu mengucurkan air seni begitu banyak. Hati wanita itu berdebar melihat penis mantan pacarnya yang begitu menggoda hasrat kewanitaannya. 
Saat Zaenal terlihat akan selesai pipis, wanita itu bergegas menyalakan shower untuk membasahi tubuhnya. Setelah menyiram closet Zaenal segera menyusul wanita itu berguyur di bawah shower. Senyum geli mengembang di wajah wanita itu saat tubuh Zaenal menyentuh kulitnya. Rona bahagia terpancar di wajahnya yang basah saat Abied memeluknya dari belakang.
Tubuh wanita itu menggeliat geli saat penis Zaenal menyentuh sela-sela pantatnya yang indah sedang tangannya merayapi pinggangnya dan secara perlahan menyusuri perutnya, lalu meremas lembut buag dadanya. Semmbari menggeliat kegelian jangan Tutik bergerilya di belakang pantatnya, meraih penis Zaenal yang terasa licin oleh sisa sperma bercampur air.
Beberapa saat kemudian Tutik membalikkan badannya, merekatkan payudaranya ke dada lelaki itu. Di bawah guyuran showe keduanya sejoli itu kembali larut dalam pelukan sembari saling melumat bibir dengan penuh kemesraan. Mereka begitu larut dalam kesyahduan cumbuan yang begitu membuat, beberapa saat kemudian penis Zaenal terlihat mulai menegang lemah, dan perlahan membesar.
Tutik sedikit terhenyak saat ujung penis itu menekan permukaan vaginanya. "Ah... " sergah wanita itu sembari tersenyum saat lumatan bibirnya terlepas dari bibir Zaenal. Buru-buru Zaenal melumat kembali bibir mungil itu sembari menggerakkan pinggulnya. Lelaki itu berusaha kembali menyusupkan ujung penisnya di sela vagina yang basah oleh guyuran shower.
Beberapa kali menggerakkan pinggulnya, ujung penis Zaenal gagal senyusup ke liang vagina. Zaenal terus berusaha menekan lebih keras, tetapi penisnya hanya menyentuh permukaan vagina yang tercukur halus itu. Menyadari keinginan Zaenal, Tutikpun membukakan melonggarkan selangkangannya, hingga perlahan penis itu mulai menyentuh klitoris dan bibir dalam vagina, dan kesulitan masuk lebih dalam.
Beberapa saat Tutik membiarkan penis Zaenal menggesek liang vaginanya, meninkmati gesekan penis yang terasa hangat di tengah sejuknya guyuran shower. Melihat Zaenal begitu penasaran, Tutikpun mengangkat kaki kanannya dan menginjakkannya ke atas closet duduk warna ungu di kamar mandi itu.
Bless... Akhirnya penis itu secara perlahan menembus liang vagina wanita yang masih terasa sempit meski pernah melahirkan empat anak itu. "Emh..." Tutik meleguh saat tusukan penis menembus liang di vaginanya. Zaenalpun merasakan kenikmatan yang sama dan secara perlahan menggerak-gerakkannya keluar-masuk liang vagina Tutik.
Saat hasrat kian meninggi, Zaenal mulai semakin cepat menggerak-gerakkan penisnya keluar-masuk vagina Tutik, hingga membawa keduanya dalam kenikmatan yang sensasional, nikmat bersenggama di bawah guyuran shower. Hanya tak berapa lama, Zaenal merasa kelelahan dan penisnya tak juga menyemburkan sperma.
"Sambil duduk yuk" Pinta Zaenal lirih sembari melepas penisnya dari liang senggama. Tutik hanya menurut, sembari mematikan shower. Wanita itu mengangkang di atas paha Zaenal yang dusuk dia atas closet. Dengan hati-hati, wanita itu memasukkan penis Zaenal ke vaginanya lalu memeluk lelaki itu erat-erat.
Sejenak mereka kembali berciuman yang teramat dalam, sedang Tutik mulai menggerak-gerakkan pinggulnya perlahan. Wanita itu menggerakkan pinggulnya kian cepat saat bibirnya terlepas dari bibir Zaenal. Lelah dengan gerakan maju-mundur, wanita itu mencoba menggerakkan pinggulnya ke atas-ke bawah, tapi tak berapa lama wanita itu merasa tak nyaman dan lelah, sehingga kembali ke gerakan semula.
Mungkin karena bersetubuh seharian, merekapun kelelahan, dan berhenti sejenak sambil berpandangan. "Kamu bahagia nggak, Tut?"
"Hem.. emh" Jawab Tutik sembari mengangguk.
"Gumana kalau kita coba di dalam bak mandi?" Sambung Tutik menawarkan.
"Boleh" Sahut Zaenal senang. Lelaki itupun naik ke atas bibir bak mandi dan perlahan menyeburkan diri ke dalamnya. Air bak mandi yang penuh itupun tumpah keluar. Dengan berpijak pada closet, Tutik mencoba naik ke bibir bak mandi menyambut uluran tangan Zaenal yang membantunya masuk ke dalam air.
Air bak mandi kembali tumpah ruah ke lantai setelah Tutik menceburkan diri ke dalamnya. Air kembali deras meluber saat kedua sejoli itu membenamkan tubuhnya ke dalam air. Wajah Tutik berburai senyum saat Zaenal mendekapnya dari belakang. Senyum wanita itu kian melebar saat jemari lelaki itu meremas payudaranya dengan lembut. Tutik menggelinjang saat jemari Zaenal mulai memilin puting susunya yang menegang.
Beberapa lama mereka begitu asyik menikmati nikmatnya sentuhan kulit tubuhnya di dalam air. Penis Zaenal yang sedari tadi menegang sesekali menghentak sela-sela pantat Tutik yang mulai terasa dingin. Wanita itu menggeliat lembut saat Zaenal menciumi tengkuhnya yang putih.
Sesaat kemudian Zaenal dan Tutik terdiam menikmati buaian asmara dalam air bak mandi yang dingin. Mereka biarkan perasaan mereka menyatu dalam indahnya dekapan. Beban kerinduan yang sekian lama tertahan seakan mulai menemukan kedamaian, sejernih air yang menyatukan mereka senja ini.
Saat tubuh terasa mulai dingin, Tutik bangkit dan membalikkan tubuhnya. Wanita itu mulai mengangkangkan kakinya di atas tubuh zaenal, dan dengan meraba-raba jemarinya memegang erat penis Zaenal. Perlahan sejoli itu berusaha menyatukan raganya dalam balutan air yang tak lagi terasa terlalu dingin.
Tak seperti yang mereka bayangkan, ternyata vagina Tutik terasa kesat karena cairan pelumas vaginanya larut oleh air bak mandi. Setelah usaha-demi usaha yang mereka lakukan, akhirnya penis Zaenal masuk sedikit demi sedikit ke dalam vagina yang di dalamnya terasa hangat dan nikmat. "Emmm... mmh" Keduanya meleguh mendesah oleh nikmatnya bersenggama di dalam air.
Rona bahagia terpancar jelas di wajah kedua insan yang mulai tampak sayu. Sesaat mereka kembali saling berpandangan penuh makna, seakan menyatakan beribu kata cinta yang tak mungkin terucap. Hanya senyum bahagia yang terlukiskan di wajah mereka yang basah. Hanya kecupan lembut dan kuluman penuh rasa yang mereka padukan mewakili berjuta rasa.
Meski sedikit sulit, mereka berusaha menggerakkan pinggulnya, memacu hasrat yang telah menyatu. Zaenal dan Tutik bercinta sembari berenang, serasa di samudera cinta yang tak bertepi. "Sudah dulu, Nal. Sakit" Ucap Tutik tiba-tiba sembari berdiri melepaskan penis Zaenal dari jepitan vaginanya.
"Benernya enak banget, Tut" Rengek Zaenak sembari menarik tangan Tutik.
"Tapi sakit" Keluh Tutik.
"Emang biasanya gimana?" Tanya Zaenal sembari memeluk tubuh Tutik di dalam air.
"Biasanya... Ih kamu ngomong apa, sih" Sergah isriku yang enggan menjawab.
"Aku baru kali ini kaya gini" Sahut Zaenal.
"Masa?"
"Iya. Berarti pengalaman kamu luar biasa, ya?" Goda Zaenal.
"Idih... Ngomong apaan, sih?" Sergah Tutik dan Zaenal hanya diam saja.
 "Suamiku memang jago banget main ginian"
"Kalah dong aku?"
"Cek. Enggak juga. Dia memang pinter banget soal ginian. Itu sebabnya, dia bisa mengalihkan perasaanku dari kamu"
"Kok akhirnya....?" Tanya Zaenal terputus, tetapi Tutik paham maksudnya.
"Emmm.... Dia nggak nyaman karena diam-diam aku masih suka kamu. Aku nggak bisa lupakan kamu, Nal"
"Aku juga, Tut. Kamu beruntung punya suami yang begitu ngerti. Kalau aku, rasanya nggak mungkin biarkan Tutik disentuh orang" Terang Zaenal.
"Atau jangan-jangan dia memang nggak cinta kamu?" Sambung Zaenal.
"Entahlah. Dia bilang, inilah cara dia menunjukkan cintanya"
"Gila banget, ya? Kadang aku ragu, apakah dia beneran atau... " Sahut Zaenal.
"Enggak, kok. Dia itu beda banget dari kebanyakan orang" Jelas Tutik.
"Udahlah... dingin banget" Sergah Tutik mengakhiri pembicaraan.
"Aduh... Masih pengen lama-lama, nih" Rengek Zaenal menahan tangan Tutik.
"Tapi dingin banget. Lagian, penis kamu sudah lemas, tuh" Sahut Tutik. Zaenalpun bangkit dan membimbing Tutik keluar bak mandi.
Saat Tutik menggosok rambutnya dengan sampo, lelaki itu menyabun tubuh Tutik. Dia memanfaatkan kesempatan meraba-raba tubuh indah Tutik dengan air sabun yang licin. Tutik sempat kegelian, saat jemari lelaki itu menyentuh payudara, perut, dan pantatnya. Wanita itu menyergah saat jemari lelaki itu mulai meraba vaginanya.
Setelah mengguyur sekujur tubuhnya dengan air shower, wanita itu gantian menyabun tubuh Zaenal. Jemari lentiknya menyusuri setiap lekuk tubuh lelaki itu. Zaenal mengerang keenakan saat jemari Tutik mengocok penisnya dengan air sabun, hingga penis itu perlahan menegang kembali.
Zaenal menarik tubuh wanita itu ke hadapannya saat penisnya menegang lebih keras. Lelaki itu berusaha memasukkan lagi penisnya ke vagina Tutik, tetapi ereksinya terlalu lemah. Akhirnya merekapun hanya berpelukan sembari tersenyum penuh arti.
Setelah mengguyur kembali tubuhnya, Tutik keluar kamar mandi sambil berbalut handuk. Dia sudah berganti pakaian saat Zaenak keluar kamar mandi. Saat rabutnya masih basah, Tutik pergi ke dapur menyiapkan makanan. Makanan sudah tersaji rapi di atas meja makan saat Zaenal muncul dan mendaratkan kecupan.