Senin, 11 Juli 2011

TAK BAHAGIA DENGAN ISTRI


-->Aku sangat mencintaimu. Kau satu-satunya wanita yang membuatku jatuh cinta sejak pandangan pertama.\
Hanya saja, sikapmu selama ini membuatku tidak merasa sebagai orang kau cintai, kau sukai, kau inginkan, dan kau harapkan. Sikapmu tak membuatku merasa nyaman, merasa kau perhatikan dan merasa istimewa bagimu. Bahkan sejak awal, aku merasa bahkan seseorang yang kau nantikan dalam hidupku.
Cinta ini terasa hampa, hambar tiada rasa. Aku tak merasakan kau punya rasa padaku. Aku tak merasakan cintamu padaku. Yang aku tahu, kau hanya membutuhkanku sebagai teman dalam kehidupanmu, yang harus membantumu setiap waktu.
Sejak memutuskan menikah denganmu, aku hanya berfikir untuk memulai hidupku yang baru. Aku tak berharap pada kesucian seperti itu, karena itu aku tak ragu memutuskan untuk memilihmu. Aku tak peduli pada masa lalumu, karena setiap orang pasti punya masa lalu.
Aku berharap akan jalani keindahan seperti yang aku impikan, tapi kenyataannya tidak seperti harapan. Kamu tak ada bedanya dengan yang dulu.
Aku sempat berfikir telah salah memilih kekasih orang sebagai kekasihku. Kehadiranku tak sepenuhnya menggantikan dirinya di hatimu.
Sepeti dia yang dulu, kamu selalu berdalih karena kamu dan dia terlanjur baik, terlanjur semua orang tahu.
Hingga beberapa tahun kita menikah, kamu tetap berhubungan dengan dia. Kamu bilang tidak ada apa-apa antara kamu dan dia, hanya sebatas teman. Karena itu, kamu tak peduli bahkan marah pada sindiran-sindiranku.
Sejak saat itu, sebenarnya aku sudah memutuskan bahwa kamu bukan siapa-siapa bagiku. Aku bersikap seperti sikapmu padaku. Kamu menganggapku sebagai jalan takdir yang harus kau terima. Akupun menganggap kamu hanya istriku. Aku hanya memilikimu, bukan hatimu, dan akupun begitu. Kalau kamu boleh berteman dengan mantan pacar, berarti hal yang sama juga boleh berlaku buatku.
Saat menikahimu, aku tak berharap keperawananmu. Kalau aku berharap keperawananmu, aku tak akan menikah denganmu. Aku memang tidak perjaka lagi, tapi akupun menganggapmu begitu. Saat kau bilang tak mungkin ke lain hati, siapapun pasti tahu, kalau artinya kau dan dia telah benar-benar menyatu, dan tak mungkin terpisahkan lagi.
Aku tak percaya bila akhirnya kau bilang masih perawan saat bersamaku. Seandainya benar kau masih perawan saat itu, aku tak merasa itu berarti bagiku. Apalagi sikapmu padaku selama ini tak membuatku merasa nyaman bersamamu. Aku tak bahagia bersamamu.
Kamu sendiri merasa sudah berzina dengannya, kenapa kau menyoal hubunganku dengan mantan kekasihku?
Aku tahu, hari-hari ini kamu mencoba berubah, tak sejujurnya aku masih tetap merasa tak bahagia bersamamu.